Ulah Alex?

Senin pagi Rinjani datang ke sekolah lebih awal karena beberapa hari setelah kejadian penyitaan rumah dan panti asuhan menyebabkan ia harus berpikir keras bagaimana ia membiayai sekolahnya sendiri. Sebab, sudah tidak ada lagi pemasukan uang setelah bundanya jatuh sakit akibat mendengar semua aset disita untuk melunasi hutang-hutang ayahnya.

Senyuman dan tawa yang biasa Rinjani tunjukkan kepada orang-orang, kini serasa sirna dimakan oleh kehidupan.

Usianya yang baru menginjak 16 tahun harus menghidupi biayanya sampai ia lulus sekolah. Rinjani pun tidak tahu apa yang akan ia lakukan jika harus satu sekolah membully dirinya hanya karena kesalahan ayahnya. Ia belum sempat memikirkan hal itu sebab ia sibuk untuk esok hari.

Seluruh murid dan guru sudah rapih untuk melaksanakan upacara bendera. Yang lain dari pemandangan biasanya, Rinjani melihat Alex menjadi pemimpin upacara pagi itu.

Saat pembawa acara menyuruh pemimpin upacara memasuki lapangan, Alex pun berjalan memasuki lapangan upacara dengan gagah, tidak ada kesan bahwa Alex seorang bad boy. Lalu dirinya berhenti tepat di depan Rinjani, mereka pun saling pandang sebelum Alex berbalik badan membelakanginya. Tetapi untuk kali ini Rinjani melihat ke arah lain, ia tidak mau memandang wajah Alex yang menurutnya sangat baik kepada dirinya. Tidak ada alasan yang tepat bagi Rinjani untuk menghindar dari hadapan Alex, namun untuk sekarang ini ia memang tidak mau berteman dengan siapa pun di sekolahnya. Rinjani ingin menikmati hidupnya sendiri, dan tentunya dengan seseorang yang hari ini akan datang untuk menemuinya.

Selesai upacara bendera Rinjani pun berjalan ke ruang kelasnya. Dan yang membuat dirinya bingung adalah saat ia masuk semua teman-teman sekelasnya menyorakinya. Kedua matanya melihat tulisan yang ada di papan tulis dengan huruf kapital.

...SISWI KELAS X MARKETING ADALAH SEORANG ANAK DARI AYAH YANG MEMILIKI HUTANG DI MANA-MANA!! DAN KEMATIANNYA PUN MENJADI ALASAN BAGINYA UNTUK KELUAR DARI HUTANG! TAPI SAYANG, SEMUA HUTANG-HUTANGNYA DIBAYAR OLEH RUMAH DAN PANTI ASUHAN. BAHKAN ISTRINYA MENJADI GILA MENGETAHUI APA YANG DILAKUKAN OLEH SUAMINYA ITU!!...

...NAMA ANAK ITU ADALAH RINJANI!!!...

Rinjani begitu terkejut, dan mencari tahu siapa orang yang telah mengetahui keadaan keluarganya, ia melihat ke sekelilingnya dan memergoki Luna bersama kedua temannya sedang menertawai dirinya, bahkan Luna memegang spidol sehingga itu adalah bukti bahwa dia yang melakukan ini semua.

Rinjani merasa sedih karena semua orang mengira bahwa bundanya gila, padahal kenyataannya tidaklah benar sama sekali.

Dengan perasaan marah, kesal dan sedih ia berjalan ke meja guru untuk mengambil penghapus papan tulis. Saat Rinjani mencoba untuk menghapusnya, semua tulisan itu tidaklah hilang, ternyata Luna menggunakan spidol permanen untuk menulisnya. Kedua mata Rinjani menatap Luna tajam lalu melemparkan penghapus yang berada di tangannya ke arah Luna dan teman-temannya.

"Woy! Kenapa lo! Gila juga! Iya?!" Luna marah saat penghapus papan tulis itu hampir mengenai wajahnya.

"Jangan mentang-mentang lo anak pemilik sekolah jadi seenaknya ya!" Balas Rinjani tak mau kalah.

"Oh, berani lo sama gue?! Mau gue bikin lo di keluarin dari sekolah!" Ancam Luna.

Kali ini Rinjani tampak kaget dengan ancaman Luna, ia memilih diam dan kembali ke tempat duduknya, walaupun semua teman-teman sekelasnya menyorakinya lagi akibat ia takut akan ancaman Luna.

"Karena lo udah melempar gue pakai penghapus, gue akan bilang ke kepsek!" Luna keluar kelas tanpa mendengarkan penjelasan Rinjani dulu.

Dan tak lama kemudian nama Rinjani dipanggil untuk ke kantor. Dengan pasrah Rinjani pun berjalan pelan ke lantai dasar.

Di kantor Rinjani berpapasan dengan Luna yang menyunggingkan senyum ketidaksukaan pada dirinya.

"Ada apa Bu?" Tanya Rinjani kepada Bu Citra selaku kepala sekolah.

"Silahkan duduk! Rinjani, apa betul kamu melempar Luna dengan penghapus papan tulis?" Tanya Bu Citra.

Rinjani mengangguk pelan.

Bu Citra menarik nafas panjang dan menghembuskannya dengan pelan. "Kamu tau 'kan siapa Luna?"

Kedua kalinya Rinjani hanya menjawab pertanyaan kepseknya dengan anggukan kepalanya.

"Ibu tau pasti ada alasan dibalik sikap kamu ke Luna. Tapi bagaimanapun Luna adalah anak pemilik sekolah ini. Jadi, ibu harap kamu memahaminya, kalau ibu membela Luna, bukannya ibu takut pada kedudukan dia di sekolah, akan tetapi ibu tidak mau kalau murid kesayangan ibu harus keluar dari sekolah ini."

Wajah Rinjani terangkat memandang Bu Citra yang mengatakannya dengan sangat berat hati.

"Saya ngerti Bu. Maaf, tadi saya agak emosi." Kata Rinjani.

"Kamu ada masalah?" Tanya Bu Citra.

Rinjani menggeleng pelan. "Nggak, ya udah saya permisi ke kelas dulu Bu."

"Emm, Rinjani." Panggil Bu Citra.

"Iya Bu."

"Sebagai gantinya, kamu harus membersihkan papan tulis itu sampai benar-benar hilang." Kata Bu Citra.

"Tapi itu butuh waktu lama, saya mau belajar buat hadapi semester nanti Bu." Ucap Rinjani.

"Ibu udah minta izin sama guru yang ngajar di kelas kamu. Lagipula ibu sudah suruh teman kamu untuk bawa papan tulis dan perlengkapan lainnya ke belakang sekolah."

"Oh, ya udah kalau gitu saya ke belakang sekolah dulu Bu."

"Iya."

Langkah kaki Rinjani terhenti saat melihat satu sosok laki-laki yang sedang memandang dirinya. Laki-laki itu adalah Alex, ternyata teman yang dibilang Bu Citra adalah Alex beserta Dewa, Satria dan Gentong.

"Jangan bilang apa-apa kalau ucapan kamu itu cuma nyakitin aku aja, sama kayak mereka!" Kata Rinjani pelan membalas pandangan Alex yang sudah berada di hadapannya.

"Nyakitin kamu?" Tanya Alex tidak mengerti dengan maksud ucapan Rinjani.

"Aku harus cepat-cepat bersihin papan tulisnya." Jawab Rinjani tidak menjawab perkataan lawan bicaranya itu.

Alex menahan tangan Rinjani yang ingin pergi dari hadapannya, "Biarin mereka bertiga yang bersihin." Ucap Alex.

"Aku yang di kasih hukuman bukan mereka!" Balas Rinjani.

"Aku tau, tapi aku mau kamu..."

"Lex, aku ini cuma adik kelas kamu! Jadi jangan pernah membelaku lagi, aku bisa jaga diriku sendiri!" Rinjani pun menyuruh ketiga kakak kelasnya untuk pergi dan membiarkan dirinya melakukan hukuman atas perbuatannya sendiri tanpa bantuan dari siapa pun.

"Maksud kamu apa?" Alex semakin tidak mengerti.

"Intinya aku dan kamu cuma sebatas kakak dan adik kelas!" Jawab Rinjani memulai menghilangkan tulisan-tulisan yang berada di papan tulis kelasnya.

Alex langsung pergi meninggalkan Rinjani bersama dengan papan tulis yang penuh dengan tulisan mencela tersebut.

Ucapan Rinjani semakin lama membuat Alex menjadi tidak konsentrasi, ia bingung dengan dirinya sekarang ini, sebab belum pernah ia mengingat ucapan siapa pun di dalam benaknya, tetapi kini perkataan Rinjani lah yang membuat seisi kepala Alex penuh dengan pertanyaan demi pertanyaan yang ia jawab sendiri.

Di dalam kelas Alex mencoba untuk menetralisir keadaannya, ia juga mencoba untuk memecahkan masalah Rinjani bersamaan dengan sikapnya yang terlihat tidak nyaman padanya. Itu bukan Rinjani, Alex tahu pasti ada sesuatu yang terjadi padanya terlepas masalah keluarganya.

"Apa semuanya salah gue ya? Gue yang pertama kalinya bilang kalau gue cinta sama Rinjani, dan semakin lama masalah demi masalah itu datang ke dia. Gue tau pasti ada orang yang benci sama Rinjani." Ucap Alex di dalam pikirannya.

"gue mau lo hapus semuanya tentang gue dan Rinjani di Instagram SMK!" Kata Alex serius. Hingga membuat Winda dan beberapa teman lainnya terkejut dengan kedatangan si pembuat onar tapi cerdas itu di hadapannya.

"Kenapa?" Tanya Winda.

"lo gak dengar? gue cuma nyuruh lo buat hapus! bukan tanya alasannya apa!" Bentak Alex kesal pada temannya yang satu ini. Selain menjadi mimin di akun Instagram SMK PERMATA, Winda juga termasuk siswi yang suka menyebarkan gosip murahan.

"Oke. Tapi percuma Lex, semua orang udah tau dan itu udah ke sebar." Sahut Winda santai.

"Bangsat lo!" Bentak Alex.

"Wo.. wo.. sabar Lex! sabar!" Satria dan Dewa menahan amarah Alex yang tiba-tiba memuncak.

"lo bikin semuanya normal antara gue dan Rinjani gak ada apa-apa, atau lo mau lihat cowok lo babak belur di tangan gue!" Ancam Alex melepaskan dirinya dari tahanan kedua sahabatnya itu.

"gue akan usahain semuanya normal lagi." Akhirnya Winda pun mengalah daripada harus melihat kekasihnya bonyok di tangan Alex.

Dewa, Satria, dan Gentong kebingungan melihat sikap Alex yang tidak seperti biasanya. Hari ini ia terlihat lebih pendiam namun amarahnya tidak terkontrol sama sekali. Bahkan mereka juga melihat Alex sering kali berada di luar kelas jika sedang tidak ada guru hanya untuk melihat ke halaman belakang sekolah yang terdapat saung di sana.

"Ini hukuman lo yang terakhir Jan, gue pastiin itu. Besok-besok lo akan tenang sekolah di sini dan gue cuma bisa lihat lo kayak gini." Kata Alex di dalam hatinya sambil melihat Rinjani yang sedang membersihkan papan tulis itu.

Selesai membersihkan tulisan tersebut, Rinjani segera berjalan ke kelasnya sambil membawa sebotol air mineral yang ia beli di koperasi. Rinjani menarik nafas panjang dan mencoba untuk tidak memikirkan kejadian itu, bahkan ia tidak mau berurusan lagi dengan Luna dan teman-temannya.

Kedua mata Rinjani saling pandang saat melihat Alex bersama temannya sedang duduk di depan kelas. Tatapan Alex mengikuti kemana diri Rinjani pergi, sedangkan Rinjani membuang tatapannya dan pura-pura tidak melihat Alex.

Alex menyandarkan tubuhnya pada dinding sekolah, ia hanya berharap semuanya kembali normal seperti dulu lagi. Ia juga akan lebih hati-hati dalam berucap agar tidak ada lagi orang lain yang menderita karenanya terutama Rinjani.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!