Pagi itu Rinjani merasa sial karena harus datang terlambat akibat angkot yang ia naiki menabrak salah seorang pengendara motor, sehingga sopir angkot tersebut harus menyelesaikan masalahnya terlebih dahulu. Pintu gerbang sudah di tutup 5 menit yang lalu dan membuat Rinjani kebingungan harus melakukan apa. Kalau memohon pada satpam sekolahan pun percuma, ia akan disuruh pulang. Ia mengintip dari lubang pagar dan melihat bahwa ada guru piket di sana bersama beberapa guru lainnya, lalu ia membalikkan tubuhnya dan terkejut karena mendapati Adri sudah berdiri di belakangnya.
"Telat?" Tanyanya memandang langsung di kedua bola mata Rinjani dan hanya di balas dengan anggukan pelan.
"Kaki kamu udah sembuh?" Tanyanya lagi.
"Bukan waktunya buat bahas kaki! sekarang kamu pikirin gimana caranya aku masuk ke dalam tanpa dapat omelan dari guru piket." Jawab Rinjani.
Adri tersenyum karena bisa mendengar suara Rinjani begitu cerewet pagi ini. Adri pun mengintip ingin tahu siapa saja yang sedang menunggu gerbang dan tiba-tiba ia berteriak kesakitan sambil merangkul Rinjani dengan tangan kanannya. Adri menoleh ke wajah Rinjani dan mengedipkan mata kanannya, tingkahnya membuat Rinjani semakin bingung. Tak lama pintu gerbang terbuka dan tampaklah pak Burhan dan pak Iwan memandang ke arah mereka berdua dengan panik karena Adri terus-menerus berteriak kesakitan.
"Dia kenapa?" Tanya pak Iwan sambil membantu Adri berjalan
"Emm...dia..." Rinjani terlihat gugup.
"Saya keserempet mobil pak, untung ada Rinjani yang menolong saya." Jawab Adri meringis pura-pura sakit sambil memegangi kakinya.
"Ya sudah bawa dia ke ruang UKS!" Suruh pak Burhan pada Rinjani dan pak Dodi satpam sekolahnya.
Sesampainya di ruang UKS pak Dodi langsung disuruh balik oleh Adri. Sedangkan Rinjani melihat ada beberapa anggota OSIS yang sedang berada di sana sambil menatap dirinya dan Adri secara bergantian. Lalu Rinjani permisi untuk keluar dari ruang UKS, karena ia tidak mau menjadi pusat perhatian anggota OSIS tersebut. Namun tangannya tertahan oleh tangan seseorang yang tak lain adalah Adri yang sedang tersenyum kepadanya.
"Makasih udah mau bersandiwara denganku." Ujarnya
Rinjani mengangguk dan tidak berani untuk membalas senyumannya, atau hanya sekedar memandang wajah Adri sebentar. Justru ia malah lari keluar ruangan untuk segera masuk ke dalam kelasnya.
Dari luar kelas suara Bu Hindun terdengar sedang menjelaskan mata pelajaran Agama. Rinjani menarik nafas supaya tidak terlalu tegang, karena Bu Hindun adalah salah satu guru paling galak di sekolahnya, ia pun mengetuk pintu kelas lalu memberikan salam.
Bu Hindun menatap Rinjani tajam.
"Kenapa baru datang?" Tanyanya.
"Maaf Bu, tadi saya ... emm ... tolongin teman dulu. Dia keserempet mobil bu." Jawab Rinjani menundukkan wajahnya.
"Teman?" Tanya Bu Hindun
"I-iya, dia salah satu murid kelas XI Marketing." Jawab Rinjani mencoba tidak gugup.
"Siapa namanya?"
"Sa, saya lupa nanya."
"Ya sudah kamu duduk sana!" Suruh Bu Hindun.
"Makasih Bu." Rinjani segera berjalan ke tempat duduknya sambil dipandangi oleh seluruh teman di kelasnya.
"Gue udah tau nama kakak kelas itu ndah." Bisik Rinjani membuka buku paket agamanya.
Indah langsung berpaling dari buku Agamanya lalu melihat Rinjani. "Serius?"
Rinjani mengangguk.
"Siapa namanya?" Bisik Indah mengabaikan penjelasan Bu Hindun yang sedang menerangkan tentang perjalanan manusia setelah alam dunia.
"Adri." Jawab Rinjani
"Adri?" Indah menaikkan kedua bola matanya berpikir siapa Adri yang di maksud oleh temannya itu.
"Kenapa?" Tanya Rinjani.
"Gak apa-apa. Ceritanya nanti aja jam istirahat, oke." Ucap Indah pelan.
"Oke."
Bel istirahat telah berbunyi semua murid pun berbondong-bondong keluar dari kelasnya masing-masing, kecuali Rinjani yang memilih untuk berada di dalam kelas karena harus menulis surat yang belum ia selesaikan.
"Gue beli air dulu ya, nanti gue ceritain siapa Adri." Ujar Indah.
"Iya."
Samar-samar Rinjani mendengar suara teman-temannya yang berada di luar kelas menyuruh orang untuk masuk ke dalam kelas menemui dirinya. Dan tak lama datanglah dua orang cowok yang di belakangnya ada beberapa cewek begitu histeris melihat cowok tersebut sambil berbisik-bisik membicarakannya, mereka berdiri tepat di depan tempat duduk Rinjani.
"Siapa yang namanya Rinjani?" Tanya cowok dengan baju seragam yang terlihat lebih rapih di bandingkan dengan temannya.
"Siapa!" Timpal cowok satunya yang memiliki poni dan warna rambut yang kecoklatan. Tak lupa baju seragam yang acak-acakan menambah pandangan bahwa dia adalah salah satu anak nakal di sekolah. Dan jika ada razia mendadak, sudah bisa di pastikan bahwa bajunya akan kena gunting oleh pak Burhan.
"Saya." Kata Rinjani tenang.
Wajah kedua cowok itu langsung memandanginya tanpa bicara apapun.
"Ada perlu apa?" Tanya Rinjani.
"Boleh pinjam Al-Qur'an." Jawabnya.
Rinjani langsung mengeluarkan Al-Qur'an nya yang ia taruh di dalam kotak meja lalu menyodorkannya kepada dua cowok itu.
"Kami pinjam ya." Ucap mereka.
"Iya."
Kedua cowok itu pun keluar dari kelas Rinjani di ikuti oleh beberapa cewek-cewek.
"Apa mereka selalu ngikutin gitu ya? Aneh." Ucap Rinjani melihat para cewek-cewek di sekolahnya.
"Rinjaniiiiii." Indah datang membawa 2 botol air minum sambil nyengir pada Rinjani, seperti orang yang baru saja ketemu dengan pujaan hatinya.
"Eh, eh, kenapa lo?" Tanya Rinjani menjauh saat temannya itu hendak memeluk dirinya.
"Gue baru ketemu Song Joong Ki." Jawabnya dengan nafas ngos-ngosan.
"Song Joong Ki?" Rinjani berfikir sejenak dengan nama Korea itu, sepertinya tidak asing lagi di telinganya namun Rinjani tidak tahu siapa dia.
Indah mengangguk penuh semangat.
"Siapa dia?" Tanya Rinjani dengan wajah polosnya.
"Oh my God Jan, lo gak tau siapa dia?" Ujar indah menepuk jidatnya sendiri.
Rinjani menggeleng cepat.
"Dia itu aktor Korea Jan, sumpah ganteng banget!" Dengan wajah berseri-seri Indah mengatakannya sambil senyum-senyum sendiri.
"Indah, aktor Korea nya dateng ke sekolah kita? Ngapain? Emangnya ada pelajaran bahasa Korea ya?"
Wajah Indah langsung terlihat bete dan memandang Rinjani dengan penuh tanya. Sebenarnya temannya yang satu ini sedang bercanda dengannya karena rentetan pertanyaan yang ia ajukan padanya, atau memang serius bertanya seperti itu.
"lo pintar Jan, tapi kok lemot ya." Jawab Indah.
"Lagian lo dateng ke sini langsung ngomongin aktor Korea, padahal lo tau gue bukan pecinta drama Korea." Kata Rinjani membuka minuman yang Indah bawa untuknya.
"Tadi cowok dua orang yang baru keluar dari kelas kita, yang pakai bajunya acak-acakan mirip Song Joong Ki." Ucap Indah lagi.
Kini wajah Rinjani semakin bingung di buatnya, ia sendiri tidak tahu siapa Song Joong Ki, dan tiba-tiba indah menyangkut-pautkan bahwa kakak kelas tadi mirip dengan aktor Korea tersebut.
"Betapa gantengnya cowok itu di bilang mirip sama aktor Korea." pikir Rinjani. Walaupun ia tidak tahu siapa saja nama-nama aktor Korea, tetapi ia tahu bahwa orang-orang Korea memang tampan.
"lo ada foto aktor Korea nya?" Tanya Rinjani.
"Gue punya!" Jawab Indah tambah semangat.
"Apa? lo sampe nyimpan fotonya? Fans fanatik ya."
Sambil mengisap lolipop. Indah mengutak-atik HP-nya dan tidak mempedulikan cibiran dari Rinjani.
"Nah, ini dia, mirip kan?"
Rinjani mengambil hp Indah dan memerhatikan foto aktor Korea yang di maksud oleh temannya itu.
"Gantengan kakak kelas yang tadilah." Hp Indah langsung ditaruh di meja.
"Apa?!" Indah kaget karena idolanya kalah saing dengan anak SMK.
"Kenapa kaget sih? gue bilangin ya, dia itu cuma aktor Korea yang gak akan bisa jadi pacar lo. Nah sedangkan kakak kelas yang tadi ada kemungkinan bisa pacaran sama lo. Jadi hebat 'kan lo dapetin orang yang jadi kembaran idola lo." Kata Rinjani menjelaskannya.
"Benar juga! siapa tau gue jadi ceweknya ya."
Rinjani hanya mengangguk sambil meminum air botolnya lalu membuka lagi buku tulisnya dan mulai menulis kembali. Daripada harus meladeni obrolan Indah tentang para aktris dan aktor negeri ginseng tersebut.
"Hai!" Sapa cowok yang di maksud oleh indah. Rinjani melirik Indah sedang merapihkan rambutnya agar terlihat rapih di matanya.
"Hai." Balas indah tersenyum ramah.
"Ada apa?" Tanya Rinjani menutup buku tulisnya.
"Nih, udah selesai minjamnya. Makasih buat Al-Quran nya. Dari semua cewek yang ada di sekolah ini cuma kamu yang memandang saya biasa saja." Jawabnya menaruh Al-Quran di atas meja Rinjani.
"Oh, iya, sama-sama," ujar Rinjani.
"Eh, tunggu." Rinjani menahan kakak kelasnya untuk tidak pergi dari ruang kelasnya.
"Iya." Cowok itu menoleh dan memandang wajah Rinjani.
Lalu HP Indah di dekatkan ke wajah kakak kelasnya yang bergambar foto Song Joong Ki sehingga Rinjani bisa membedakan secara langsung.
"Ada apa?" Tanya cowok itu.
"Jani, lo gila ya." Bisik Indah menahan tingkah Rinjani yang hanya akan membuatnya malu.
"Kata teman saya, kakak mirip dia." Rinjani memberikan HP nya pada cowok tersebut.
"Benarkah? Wah, pantas banyak cewek yang ngantri mau jadi pacar saya." Sahutnya dengan bangga.
"Apa kakak punya kepribadian seperti ini?" Tanya Rinjani.
"Maksudnya?" Cowok itu bertanya balik.
"Merasa bangga dikelilingi banyak cewek." Jawab Rinjani.
"Saya normal, dan saya sangat menyukai cewek cantik. Tapi saya tidak suka di bandingkan dengan siapa pun, Saya lebih senang jadi diri saya sendiri." Ujarnya, lalu pergi dari ruang kelas Rinjani.
"Apa?" Rinjani kesal melihat sikap kakak kelasnya itu.
"Udahlah Jan, udah pergi juga orangnya. Huft, sakit hati lagi deh." Kata Indah lemas dan menaruh kepalanya di atas meja.
"Sabar ya ndah." Rinjani mengelus bahu teman sebangkunya.
"Mulai sekarang jangan bahas dia lagi."
"Oke."
Rinjani membuka Al-Qur'an nya, dan ia melihat ada secarik kertas berada di dalamnya. Ia pun segera membukanya dan mulai membacanya dalam hati.
...Hai, terimakasih ya sudah mau meminjamkan Al-Quran ini padaku. Oh, iya, namaku Alex bukan Adri. jadi mulai sekarang, kalau ada yang tanya siapa aku? kamu harus bilang "Alex". Aku senang saat kamu bilang bahwa aku adalah temanmu bukan kakak kelasmu....
..."Alex Adriansyah Putra"...
Selesai membaca suratnya Rinjani langsung menanyakan beberapa hal tentang Alex pada Indah, Karena sepertinya hanya dirinyalah yang benar-benar tidak mengetahui siapa sebenarnya Alex. Lalu Rinjani memasukkan surat dari Alex ke dalam tasnya.
"lo kenal Adri ndah?"
Indah mengangkat wajahnya dengan malas-malasan. "Kakak kelas itu namanya Alex Jan, bukan Adri." Jawabnya.
"Oh, lo tau dia siapa? Maksud gue, kenapa semua orang begitu tergila-gila padanya?" Tanya Rinjani penasaran.
"Gue kasih tau lo ya. Alex itu selain siswa di sekolah kita, dia juga mengatur perusahaan milik ayahnya. Yang gue tau sih, dia lahir dari keluarga yang sangat kaya raya." Jawab Indah.
"Ayahnya di mana?" Tanya Rinjani.
"Gak tau, yang gue tau cuma itu doang. Oh, iya, gue bilangin lagi nih, nama teman-temannya yang tadi masuk ke kelas kita itu Satria dan Dewa. Yang mirip idola gue Satria namanya. Mereka bertiga emang kaya pengeran jan, udah ganteng, baik, ramah, kaya, ah, gue hidup kaya di zaman cerita dongeng." Jawab Indah panjang lebar.
Rinjani mengernyitkan dahinya sambil memandang tajam pada temannya. "Dan elo bisanya cuma berkhayal."
"Wah, wah, udah gue jelasin siapa mereka, sekarang lo nyinyir gue ya."
"Hahaha, emang beneran 'kan?" Rinjani tertawa meledek temannya.
"lo bilang mereka ramah? Masa? Gue perhatiin mereka gak pernah balas sapaan dari cewek-cewek yang manggil namanya." Lanjut Rinjani lagi.
"Ah, okeh gue ralat, mereka gak seramah yang gue pikirin." Ucap Indah.
"Makanya ndah jangan kebanyakan nonton drama Korea, karena hidup tidak seindah drama Korea." Ujar Rinjani.
"Mulai lagi deh, udahlah gue gak mau kasih tau apa-apa lagi siapa Alex dan lainnya."
"Siapa juga yang mau tau."
"Rinjaniiiiii, elo itu nyebelin!"
"Hehehe."
"Gue mau tidur aja." Ucap Indah memejamkan matanya dan menutup wajahnya dengan buku tulis.
"Apa mereka sesempurna itu? Apa tidak ada satu pun kekurangan yang mereka rasakan pada diri mereka masing-masing? Ah, kalau memang apa yang dikatakan oleh Indah itu benar, sungguh beruntung mereka." Pikir Rinjani di dalam lamunannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments