Sudah tiga hari Rinjani tidak melihat Alex di sekolah, padahal semester kenaikan kelas seluruh kejuruan dari kelas X sampai XII ruangannya di campur, dan kebetulan nomor kosong di samping bangkunya adalah milik Alex. Setiap kali Rinjani tanya pada Sandra ke mana perginya Alex? Jawabannya sama dengan Dewa dan Gentong, mereka tidak tahu. Lebih tepatnya mereka tidak mau menunjukkan keberadaan Alex pada Rinjani. Entah, apa yang salah pada diri Rinjani tetapi mereka hanya mengikuti apa yang dikatakan oleh sahabatnya.
Setiap hari, sepulang sekolah, Rinjani selalu duduk sendirian. baik di saung maupun di depan lapangan basket, sebab jika Alex tidak ada di saung maka ia sedang bermain basket. Tapi, kali ini kedua tempat itu tidak ada. Hari-hari semester Rinjani habiskan hanya dengan membaca buku-buku pelajaran.
...Kamu ke mana sih?...
Mungkin Alex akan bahagia jika mendengar pertanyaan tersebut dengan suara pelan namun ada pengharapan yang tertuang di dalam diri Rinjani. Semua pertanyaan itu hanya melayang di pikirannya, tanpa ada yang menjawabnya.
Selesai semester Rinjani langsung menuju rumah Alex untuk memastikan bahwa dirinya ada di sana. Diam-diam hati Rinjani selalu menanyakan keberadaan cowok yang selalu membuatnya jengkel, kesal, marah, dan cowok itu juga yang berhasil membuat senyuman serta tawanya yang kembali hadir. Di saat semua teman-temannya merendahkan dirinya, justru Alex lah yang bisa membuat senyuman di wajah Rinjani terukir kembali.
"Assalamualaikum." Teriak Rinjani sambil menekan bel rumah Alex.
Tak lama gerbang pintunya pun terbuka.
"Eh, neng..."
"Rinjani pak." Ucap Rinjani.
"Oh, iya. Ada apa neng?" Tanya pak satpam rumah Alex.
"Emm, Alex nya ada pak?"
"Udah 3 hari ini, Alex gak pulang ke rumah neng." Jawabnya.
"Dia ke mana ya pak?"
"Aduh, saya kurang tau. Coba neng tanya teman-temannya. Si Dewa atau Bimo."
"Ya udah deh pak, kalau gitu saya permisi dulu. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Rinjani berjalan pelan sambil mengatur nafasnya yang sudah lelah berjalan dari depan komplek rumah Alex menuju rumahnya, dan kini ia harus balik lagi jalan menuju jalan raya supaya mendapat angkot untuk mengantar dirinya pulang ke kontrakannya.
"Yah, hujan lagi!"
Rinjani pun segera berlari dan berteduh di bawah pohon besar. Ia memeluk tasnya sambil merapatkan kedua tangannya untuk menahan dinginnya air hujan.
Ingatannya kembali pada sosok cowok tinggi yang akan menghampirinya dan menyuruhnya naik ke belakang jok motornya. Pikiran tentang Alex tidak bisa Rinjani tolak, ia semakin tidak mengerti kenapa dirinya selalu menanyakan keberadaan Alex. Padahal dahulu, Alex mau tidak masuk sekolah sebulan pun Rinjani tidak peduli sama sekali. Dan sekarang ini semuanya berbalik 180 derajat.
Dengan guyuran hujan yang begitu deras, Rinjani memutuskan untuk meneruskan jalannya. Ia sudah tidak peduli dengan dinginnya, ia juga tidak peduli dengan tatapan orang yang menyaksikan dirinya di bawa air hujan seperti orang aneh. Semua sudah tidak ia pedulikan, saat ini ia hanya ingin melihat Alex. Itu sudah cukup baginya.
"Harusnya dari awal aku gak mau berteman dengannya!"
Poni yang sudah semakin panjang membuat pandangan Rinjani terhalang, ia langsung menjepitnya dan segera masuk ke dalam angkot.
"Maaf ya pak, basah." Ucap Rinjani pada seorang penumpang bapak-bapak yang berada di sampingnya.
"Iya gak apa-apa. Kamu habis dari mana?"
Rinjani diam sejenak. "Rumah teman pak."
"Oh, rumah teman kamu di komplek itu juga?" Tanyanya penuh semangat.
Rinjani mengangguk. "Iya."
"Siapa namanya?"
"Alex."
"Oh."
"Ada apa pak?"
"Ah, nggak. Rumah saya juga ada yang di sini."
"Oh gitu."
"Bapak boleh minta nomor telepon kamu? Nanti bapak mau cari yang mana temanmu, kalau udah ketemu langsung bapak hubungi kamu. Lagipula bapak tau kalau kamu gak ketemu sama teman kamu itu kan?"
Rinjani mengangguk pelan. Meskipun ada keheranan di dalam dirinya.
"Bapak mau bantu saya?" Tanya Rinjani.
"Iya." Jawab bapak itu.
"Emm, ini nomor saya pak, kalau bapak lihat teman saya, tolong kasih tau saya ya pak."
"Iya nak. Bang kiri! Ayo neng duluan."
"Iya pak."
Bapak itu pun turun. Mata Rinjani masih memandanginya sampai-sampai mengingatkan pada sosok ayahnya.
...*****...
Sesampainya Rinjani di kontrakan, ia segera mandi dan ganti pakaian. Lalu ia duduk di depan rumahnya sambil memandang hujan. Seperti yang ia lakukan di sekolah setiap kali hujan turun.
Desi menaruh susu hangat untuk putri semata wayangnya yang sedang melamun, ia pun ikutan duduk di sampingnya sambil meniru gaya anaknya.
"Bunda." Panggil Rinjani pelan.
"Iya?"
"Kalau kita merasa kehilangan seseorang, itu artinya apa ya bunda?"
Desi menatap wajah putrinya dengan dalam, "Kamu jatuh cinta." Tanyanya.
Rinjani langsung memandang wajah bundanya. "Jatuh cinta?"
Desi mengangguk lalu tersenyum. "Siapa orangnya?"
"Apa sih bunda? aku gak jatuh cinta, aku cuma mau ketemu dia doang. Soalnya udah 3 hari ini, dia gak ada di sekolah."
"Kamu bergantung padanya, kamu udah mulai nyaman dengannya."
"Bundaaa, dia itu cuma teman. gak lebih dari itu."
"Yakin?"
Rinjani mengangguk cepat.
"Ya sudah kalau begitu, tapi jangan salahkan hati kamu ya, kalau tiba-tiba ada cewek yang dia cintai."
"Bunda mau ke dalam dulu ah, mau bikin kue." Ucap Desi lagi.
Sore itu Rinjani sering mengecek ponselnya, ia seperti sedang menunggu kabar dari seseorang. Lalu hp nya berdering, dengan senyuman ia lihat nama layar di ponselnya namun senyuman itu menghilang saat ia membacanya.
"Dery?" gumamnya sendiri. Ia pun menerima panggilan dari sahabat kecilnya.
"Halo."
"Apa kabar Jan?"
"Baik, kamu?"
"Baik juga. Oh, iya jan, kamu bisa liburan ke sini?"
"Bisa, nanti aku sama bunda ke sana, dan ada seseorang juga yang aku ajak."
"Seseorang? Siapa? Cowok?"
"Iya, cowok. Dia menyenangkan, semoga bisa jadi teman kamu ya."
"Oh, tentu."
"Ya udah kalau gitu, aku mau istirahat ya."
"Iya."
Rinjani langsung mematikan telepon dari Dery, lalu ia membuka foto-foto di galeri ponselnya. Ia melihat foto kebersamaan dengan Alex, bagaimana menyebalkannya Alex bagi Rinjani, bagaimana sesuatu hal yang sederhana membuat Rinjani terhipnotis oleh kata-kata puitis yang Alex miliki.
Rinjani pun menaruh ponselnya di kamar tidurnya. Ia keluar dari kamarnya menuju dapur untuk membantu bundanya yang sedang sibuk mencetak kue-kue, ia pun langsung duduk di hadapan bundanya dan mulai mencetaknya.
"Sini bunda, aku bantu." Kata Rinjani.
"Loh, kamu dapat cetakan 'love' itu dari mana Jan?" Tanya Desi melihat hasil cetakan anaknya yang berbentuk love.
"Beli bunda." Jawabnya.
"Kamu gak jajan?"
"Jajan kok, ini aku beli dari sisa uang jajan aku." Rinjani memperlihatkan cetakannya.
"Benar?" Desi bertanya lagi.
"Benar bunda."
"Tapi, kenapa bentuknya love?" Tanya Desi memandang wajah anaknya yang terlihat malu.
"Udah gak ada lagi, cuma ini sisanya." Jawab Rinjani tersenyum.
"Oh."
"Bunda nabung buat apa?" Tanya Rinjani melihat celengan berada di samping Desi.
"Buat ujian kamu."
"Emm, selain itu?"
"Buat apa ya? Oh iya, bunda mau beli mesin jahit."
Rinjani terdiam sejenak.
"Memangnya ada apa Jan?" Tanya Desi penasaran.
"Pakai buat beli mesin jahit aja bunda, masalah ujian kan masih lama, tahun ini aku baru kelas 2. Jadi pakai aja dulu uangnya." Jawab Rinjani.
"Kalau bunda pakai uangnya, lalu ujian kamu gimana? Bunda tau masih lama, tapi kamu itu sekolah di sekolahan elite. Nabung dari sekarang itu udah cukup buat biaya ujian kamu. Tapi..."
"Tapi apa bunda?"
"Bunda hitung-hitung uangnya cuma cukup buat biaya ujian, kalau tour bunda gak ada uang."
Rinjani tersenyum. "Gak apa-apa bunda. Udah ah fokus bikin kue aja. Hehehe"
...*****...
Hari terakhir semester namun Alex belum juga terlihat batang hidungnya di sekolah. Rinjani berusaha menyelesaikan soal-soal semesternya lebih cepat, supaya sebelum jam istirahat ia bisa mengelilingi sekolahannya untuk mengintip setiap ruangan kelas dan mencari Alex.
Ruangan satu ke ruangan lainnya sudah Rinjani lihat dengan susah payah, karena tubuhnya yang pendek untuk menggapai jendela kelas, ia loncat untuk bisa memastikan apakah ada Alex di setiap ruang kelas yang ia lihat. Sampai jam istirahat berbunyi Rinjani belum juga menemukan keberadaan Alex, ia pun memutuskan untuk kembali ke ruangannya.
Di tempat duduknya, Rinjani menaruh kepalanya di atas meja sambil membaca buku pelajaran semester selanjutnya. Tiba-tiba ia mendengar suara teriakan salah seorang teman cewek Alex.
"Claraaaa." Teriaknya.
Dengan malas Rinjani melirik ke arah mereka. Kedua matanya terbelalak kaget sebab cewek itu adalah cewek yang berada di dalam foto berdua dengan Alex. Ternyata Clara namanya. Ucap Rinjani di dalam hati.
"Udah baikan Ra?" Tanya seorang cowok mendekat ke arah Clara.
"Udah." Jawabnya.
Rinjani menutup bukunya lalu melihat Dewa dan Gentong yang sedang bicara dengan Clara.
"Alex mana?" Tanya Clara.
"Ada, tapi gak mau di ganggu." Jawab Dewa.
"Sok sibuk deh, di mana dia? Alex gak akan ke ganggu kalau aku yang cari." Ucapnya.
Mereka pun pergi dari ruangan untuk bertemu Alex. Sedangkan Rinjani hanya bisa terpaku karena ucapan Dewa yang mengatakan bahwa Alex tidak mau di ganggu oleh siapa pun.
"Kalau cewek itu boleh ketemu Alex berarti dia spesial. Sedangkan aku? pasti aku cuma pengganggu makanya gak boleh ketemu."
Selesai semester Rinjani hanya menunggu pengambilan rapor saja, ia tidak ke sekolah sama sekali. Ia memilih untuk di rumah membantu bundanya menyiapkan kue-kue untuk langganannya yang semakin hari semakin bertambah.
Rinjani tidak tahu sama sekali kabar Alex, setiap kali ia menghubunginya, Alex tidak membalas pesan darinya sehingga Rinjani sudah tidak mau lagi tau tentang Alex. Bahkan untuk tiket ke Jogja, Rinjani akan mengambil semua uang yang sengaja ia tabung untuk membeli tiket pesawat berdua dengan bundanya.
Semuanya begitu saja Rinjani lupakan sampai nanti Alex sendiri yang datang menghampirinya. Sudah cukup baginya selama satu Minggu mencari keberadaan Alex tetapi hasilnya nihil. Ia tidak menemukan Alex di mana pun.
...Aku tau kamu bersembunyi di suatu tempat yang tidak bisa aku gapai. Begitu sulit untuk mencarimu, sampai diriku merasa lelah. Sebelumnya aku tidak menduga akan melakukan ini pada dirimu, seorang cowok menyebalkan yang selalu mengatakan bahwa ukuran tubuhku "separuh aku" jika di bandingkan dengan dirimu. Itu kata yang sangat lembut untuk bilang bahwa aku pendek. Kamu tau? Aku menyukai perkataan kamu lagi....
...Rinjani....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Wilda Khairany KH
sampe tamat ya thorrr😁
2023-01-13
0
Wilda Khairany KH
lanjut thor nanggung amat crtanya
2023-01-11
0