My First Love
Cuaca Kamis pagi begitu cerah, sang mentari sudah tidak malu untuk memancarkan sinarnya setelah seharian turun hujan tanpa henti, pancaran sinarnya yang selalu di nikmati oleh semua manusia di muka bumi ini.
Hari baru bagi gadis bernama Rinjani, ia akan memulai harinya menjadi seorang siswi di SMK PERMATA. Namun sebelum itu ia akan mengikuti Masa Orientasi Siswa (MOS). Rinjani termasuk gadis pendiam yang tidak banyak bicara. Bahkan ia lebih suka menyendiri ketimbang harus bergaul dengan teman-teman sebayanya, bukan karena ia tidak bisa bergaul dengan sesamanya, melainkan Rinjani tidak mau dirinya dimanfaatkan oleh teman-temannya hanya karena dirinya pintar. Dan itu sudah terbukti sejak ia duduk di bangku SMP.
Di depan gerbang sekolah sudah ada beberapa dari anggota OSIS yang bertugas untuk mengecek perlengkapan para siswa-siswi yang akan melaksanakan MOS. Banyak juga diantara mereka yang ditegur hanya karena name tag yang di buat dari kardus itu terbalik, sehingga anggota OSIS itu tidak dapat membaca siapa nama mereka dan berasal dari SMP mana.
Semua para peserta MOS dikumpulkan di ruang aula. Rinjani langsung memilih duduk di pojok belakang sebelah kanan, ia tidak berminat untuk duduk dibarisan depan, karena jika ada sesi perkenalan justru barisan tersebutlah yang akan ditunjuk oleh para OSIS. Kedua mata Rinjani menjelajah ke sekeliling ruangan, ia melihat banyak dari teman-teman barunya yang sudah memiliki teman, ia juga berfikir bahwa itu teman saat mereka SMP atau SD nya. Sedangkan Rinjani, lagi-lagi ia menikmati kesendirian yang biasa ia lakukan selama bertahun-tahun, dan belum ada yang bisa tulus untuk berteman dengannya.
Tak berapa lama para anggota OSIS pun datang dan berdiri di depan untuk memperkenalkan nama mereka semuanya, dari mulai Randy ketua OSIS yang tampan dan bijaksana, sampai para seksi-seksi keanggotannya. Semua siswi yang berada diruangan begitu antusias memperhatikan OSIS cowoknya, dan mungkin hanya Rinjani yang merasa risih melihat sikap mereka, kaya gak pernah lihat cowok aja ucap Rinjani di dalam hatinya.
Selesai acara perkenalan tiba-tiba Randy menunjuk Rinjani untuk maju ke depan dengan beberapa peserta lainnya, wajah Rinjani langsung terlihat kebingungan saat harus ditatap oleh para teman-teman barunya beserta kakak kelasnya.
"Saya mau main game. Kalau kalian bisa jawab siapa aja nama kita kalian boleh duduk, tapi kalau nggak kalian yang kenalin diri." Ucap Randy menunjuk dirinya dan teman-temannya.
"Apa?" Rinjani langsung refleks mengeluarkan suaranya setelah Randy berbicara.
"Kenapa? Ada game lain?" Tanya Randy mendekati Rinjani.
Rinjani terlihat sangat gugup saat wajah Randy berhadapan dengannya, bahkan jaraknya begitu dekat sehingga membuat para siswi histeris lagi melihatnya.
"Emm, nggak ada." Jawab Rinjani menundukkan wajahnya.
Randy tersenyum melihat sikap Rinjani. Lalu menyuruh satu persatu dari para peserta untuk menyebutkan nama anggota OSIS yang ia tunjuk.
Semua menjawab dengan benar. Kini giliran Rinjani yang sangat terhambat dalam menjawabnya, ia begitu lama sekali dalam berfikir untuk menjawab siapa saja nama kakak kelasnya yang berada di depannya.
Dari lima yang di suruh menyebutkan nama, Rinjani hanya menjawab 4 yang benar dan untuk cowok yang ditunjuk oleh Randy hanya menjadi pusat tatapan Rinjani dan peserta MOS.
"Siapa dia?" Tanya Randy.
"Dia kenalin diri?" Rinjani bertanya balik. Sehingga membuat salah seorang perempuan yang berada didekat cowok tersebut menepuk pundaknya "Lo udah gak tenar lagi." kata perempuan itu sambil tersenyum meledek.
Cowok itu berjalan menghampiri Rinjani lalu ditatapnya dengan serius "Kamu gak tau nama aku?" Tanyanya.
Rinjani langsung terpaku membalas tatapannya tanpa bisa berbicara sedikitpun, jantungnya terasa berhenti berdetak saat kedua bola mata cowok itu masuk kedalam dirinya. Ia merasa dirinya telah terkunci oleh ucapan cowok itu, tetapi Rinjani langsung tersadar dan menggeleng pelan.
Fikir Rinjani kakak kelasnya akan marah karena ia tidak tahu namanya. Namun dugaannya salah, justru Rinjani mendapatkan senyuman darinya. Senyuman yang siapa saja melihatnya akan langsung jatuh cinta padanya.
"Oke, kalau kamu gak tau nama aku. Izinkan aku buat tau nama kamu." Ucapnya pelan, sambil menatap Jani lalu pergi ke belakang tempat Rinjani duduk.
"Yuk, kenalin diri kamu." kata Randy menyadarkan lamunannya.
"Emm, nama saya Rinjani panggil Jani aja. Saya berasal dari SMP 2 Nusa Bangsa. Saya tinggal bersama kedua orangtua saya, ayah saya kerja disalah satu kantor di Jakarta sedangkan bunda pemilik panti asuhan Al-Ikhlas. Saya suka anak kecil karena mereka jujur dan tulus, mereka bisa bermain dengan hatinya tanpa ada rasa untuk memanfaatkannya. Selain sekolah, kadang saya juga bantu bunda dipanti. Sekian perkenalan dari saya terimakasih."
Satu ruangan itu pun memberikan tepuk tangan setelah Rinjani mengenalkan dirinya sehingga membuat dirinya tersenyum malu. Randy menyuruh Rinjani untuk kembali ketempat duduknya dan melanjutkan acara MOS berikutnya.
"Woy! Orangtua lo kehabisan ide ya? Sampai-sampai nama gunung di jadiin buat nama anak."
Rinjani menoleh ke arah suara perempuan yang begitu sinis melihat dirinya, semua ruangan hening saat perempuan tadi bicara seperti itu.
"Kenapa sepi, udah selesai acara MOS nya." kata Rinjani membuat para pengurus OSIS tersadar akan acaranya.
Akhirnya acara pun di lanjutkan dan tidak membahas apa yang di katakan oleh perempuan tadi.
Semua para peserta MOS diperintahkan untuk menaruh semua barang-barang yang sudah ia bawa. Bagi siapa yang belum lengkap atau salah dalam membawanya maka akan dikenakan hukuman.
Saat Randy sedang berbicara panjang lebar bersama orang-orang yang salah dalam membawa barang-barang yang disuruh oleh anggota OSIS. Justru Jani mengeluarkan buku tulis dan mulai menulis sesuatu di dalamnya tanpa di ketahui oleh siapa pun, sebab mereka sedang sibuk dengan acaranya sendiri.
Saat jam istirahat tiba seluruh peserta MOS berhamburan keluar aula, ada yang ke kantin hanya untuk mengganjal perut dengan makan siomay atau pergi ke koperasi untuk membeli snack dan minuman gelas.
Lain halnya dengan rinjani yang lebih memilih untuk berada di dalam masjid sekolah, ia memilih melaksanakan shalat zuhur terlebih dahulu baru berjalan ke kantin atau bahkan ia tidak akan makan siang.
Selesai shalat Rinjani menyandarkan punggungnya ke dinding masjid sambil memejamkan matanya sebentar karena waktu istirahat masih lama. Namun tiba-tiba telinganya mendengar suara berisik yang tidak jauh darinya.
"Tidur kok di masjid, dasar anak gunung!"
Kedua mata Rinjani terbuka lalu memandang 3 orang perempuan yang berada tak jauh dari hadapannya sedang cekikikan sambil menatap dirinya tajam seperti tatapan di aula. Rinjani menarik nafas panjang lalu bergegas pergi meninggalkan mereka tanpa membalas perkataannya.
"Sepertinya aku harus punya kesabaran ekstra untuk 3 tahun ke depan." Gumam Rinjani sambil memakai sepatunya.
"Sama aku juga." Tiba-tiba ada perempuan datang lalu duduk di samping Rinjani.
Ia hanya membalasnya dengan senyuman.
"Aku Indah. Kamu Rinjani 'kan?" Cewek itu menjabat tangan Rinjani dengan senyumannya.
"Kok?"
"Kamu kena hukum, makanya aku tau nama kamu." Kata Indah memotong ucapan Rinjani.
"Oh, iya."
"Aku gak punya teman, boleh ya aku temenan sama kamu." Ujar Indah.
Rinjani menoleh ke Indah lalu mengangguk dan mengajaknya untuk kembali ke aula.
"Masih sepi." Keluh Indah duduk di samping Rinjani.
"Gak suka sepi ya?" Tanya Jani.
"Ah, bukan gitu. Emm, aku ke koperasi dulu ya beli air minum sama pulpen" jawab Indah, lalu pergi.
"Beli pulpen? Di kantong seragamnya apa? Silet." gerutu Rinjani sendirian.
Seperti biasa, setiap kali Rinjani sendiri ia selalu menulis sesuatu di setiap lembaran demi lembaran buku tulis yang ia sampul berwarna putih. Kadang ia tersenyum sendiri menulisnya, kadang pula ia memeluk buku tersebut dengan erat setelah menulisnya.
"Hai, aku Sandra. Aku tau kamu gak tau namaku."
Wajah Rinjani langsung berubah kikuk saat salah seorang anggota OSIS datang mendekatinya, dan dengan cepat Jani menutup buku tulisnya lalu memasukkannya ke dalam tas plastiknya.
"Rinjani" ucapnya.
"Nama yang bagus." Kata Sandra.
"Makasih kak." Sahut Rinjani.
"Orangtua kamu pendaki?"
Jani menggeleng cepat.
"Lalu, kenapa nama kamu Rinjani?" Tanya Sandra lagi dengan rasa penasarannya.
"Kata ayahku, Rinjani itu nama yang indah sesuai dengan gunungnya. Rinjani berkarakter misterius, tetapi di baliknya, semua orang akan jatuh cinta apabila masuk ke dunianya Rinjani. Akan merasa terhipnotis dan gak akan mau pisah dengannya." Jawab Rinjani sambil mengingat bagaimana wajah ayahnya saat menjelaskan arti namanya. Dan itu adalah pertama dan terakhirnya Rinjani bertanya tentang namanya.
Sandra tersenyum kagum pada Rinjani. Sandra berfikir suatu saat temannya akan penasaran sama sosok perempuan yang sedang berhadapan dengan dirinya.
"Keren. sekarang kita teman ya."
"Eh"
"Aku gak terlalu bisa basa-basi sama cewek kalau mau jadi temannya, tapi ku rasa kamu temanku yang baik."
"Sandra" panggil cowok yang membuat Rinjani gugup setiap bertemu dengannya.
"Apa" Sahut Sandra.
Cowok itu berjalan ke tempat duduk Rinjani sambil memainkan pulpen yang berada ditangannya.
"Bisa gak cewek-cewek di luar lo usir, gue gak betah dikejar-kejar terus." Pintanya, lalu duduk di samping Rinjani. Hingga membuat Jani salah tingkah.
"Huft, sok artis deh Lo." Sandra pun keluar dan memberitahukan bahwa ia adalah kekasih cowok tersebut. Sehingga membuat para peserta MOS masuk ke dalam aula dengan raut wajah bete.
"Mau tau namaku?" Tanya cowok tersebut pada Rinjani.
"Hah?"
Cowok tersebut melemparkan senyumannya. "Aku akan beritahu siapa namaku. Jangan tanya pada siapa pun, Oke."
Entah mengapa Rinjani mengangguk menyetujui apa yang diucapkan oleh cowok itu.
Kini saatnya untuk memilih jurusan sesuai dengan keinginan masing-masing. Ada 3 jurusan di SMK PERMATA. Akuntansi (AK), Administrasi Perkantoran (AP) dan yang terakhir Marketing. Dari semua itu sebenarnya yang paling santai dalam hal belajar yaitu Marketing. Makanya tak heran banyak sekali peminatnya, khususnya para kaum Adam yang lebih memilih Marketing ketimbang 2 jurusan tersebut.
Kertas sudah dibagikan lalu seluruh peserta MOS disuruh untuk melingkari salah satu jurusan yang akan mereka jalani selama 3 tahun ke depan. Rinjani memutar-mutar pensilnya sambil memikirkan jurusan apa yang cocok untuk dirinya. Ia melirik punya Indah sudah melingkari Marketing, sedangkan Rinjani masih beradu pendapat dengan fikiran-fikirannya. Ia menarik nafas, lalu membulatkan Akuntansi atau biasa orang menyingkatnya dengan AK.
"Pilih Akuntansi?" Tanya cowok itu lagi yang telah berdiri disamping Rinjani.
"Ada yang salah?" Jani bertanya balik padanya.
"Nggak ada. Tapi kalau mau lebih cepat dapat kerja, yah Marketing. Jurusannya udah jelas, PRAKERIN nya juga langsung terjun di dunia kerja dan sesuai dengan jurusannya." Jawabnya.
PRAKERIN itu kepanjangan dari Praktek Kerja Industri, bahkan ada juga yang bilang Praktek Kerja Lapangan (PKL).
"Kamu nih anak Marketing ya?" Tanya Rinjani.
"Iya."
"Pantes banggain Marketing." Cibir Jani lalu menaruh pensilnya.
"Kalau mau tau siapa diriku, masuklah ke Marketing."
"Sebegitu pentingnya kamu buat diriku." Ucap Rinjani memberanikan diri menjawab setiap ucapan demi ucapan yang di katakan oleh cowok tersebut.
"Apa?"
"Ah, lupain aja." Rinjani akhirnya menghapus lingkarannya yang sudah berada di jurusan AK. Kini ia hanya diam sambil memperhatikan cowok tersebut jalan dan gabung bersama para anggota OSIS lainnya.
"Aku gak tau siapa dia. Tapi kenapa aku tertarik untuk mengikuti ucapannya?" ujar Rinjani dalam hati. Hingga akhirnya ia pun melingkari jurusan Marketing.
"Kamu beneran masuk Marketing Jan?" Tanya indah tidak percaya dengan keputusan teman barunya itu.
"Iya, nanti duduk sebangku ya." jawabnya.
"Sip." indah mengacungkan jempolnya di depan wajah Rinjani.
Semua kertas telah dikumpulkan pada Sandra dan Randy dibantu oleh anggota OSIS lainnya. Mereka juga memberikan beberapa motivasi mengenai jurusan yang telah dipilih oleh peserta MOS dan beberapa peraturan yang sudah ditulis oleh sekolahan. Semua itu disampaikan oleh Sandra selaku wakil ketua OSIS. Tiba-tiba terdengar suara perempuan yang menyinyir Sandra pada saat ia sedang bicara.
"Gila! Itu sih banyak peraturannya, bikin bosan aja!" Celetuk perempuan itu.
Semua mata langsung tertuju padanya tak terkecuali Rinjani ikut memandangnya, ia fikir Sandra atau OSIS yang lain akan menegur ketidaksopanan cewek itu. Tapi Sandra hanya terdiam sebentar lalu melanjutkan lagi perkataannya. Selang 5 menit perempuan tersebut bicara lagi.
"Ini tuh sekolahan bukan penjara!" Cibirnya.
Sebenarnya Rinjani sudah tidak tahan dengan semua yang diucapkan oleh cewek itu baik kepadanya maupun Sandra, tetapi Rinjani memilih diam lantaran cewek itu adalah anak pemilik sekolah. Tidak ada yang berani ikut campur apapun yang dikatakan oleh anak semata wayang pemilik sekolah tersebut. Mungkin lain waktu Rinjani akan balas perkataan yang sudah membuat orang malu akan ucapannya itu.
Inilah resiko yang harus Rinjani hadapi selama 3 tahun kedepan, ia mendapati teman-teman barunya yang selalu mengunggulkan materi dan kecantikan sebagai bahan ejekan. Sungguh menguras kesabarannya dan itu membuat Rinjani malas untuk berteman dengan mereka, cukup Indah saja yang akan menjadi temannya selama masa putih abu-abu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments