Air Mata

Upacara bendera telah selesai. Semua para murid langsung berbondong-bondong masuk ke dalam kelas mereka masing-masing, untuk melaksanakan mata pelajaran pertamanya. Di kelas X Marketing semua murid telah siap dengan baju olahraganya. Lalu mereka berjalan ke lantai bawah, karena pak Yadi sudah menunggu mereka dengan bola basket yang berada di lapangan.

SMK PERMATA mempunyai beberapa lapangan. Yang pertama, lapangan untuk upacara bendera, lapangan basket, dan lapangan badminton. Semua lapangan itu berada di tengah-tengah sekolahan antara SMK, SMA, dan SMP, semuanya menjadi satu gerbang namun berbeda gedung.

Indah berbisik menyuruh Rinjani untuk melihat ke atas, saat pak Yadi sedang memberikan arahan cara bermain basket. Dengan rasa malas, ia pun menuruti kemauan temannya itu. Dan kini kedua matanya menangkap sosok cowok yang sedang berdiri di lantai 3 sambil menatap dirinya dingin. Tidak ada senyuman yang biasa Alex perlihatkan pada Rinjani.

"Cie, dilihatin tuh." Goda Indah.

langsung saja wajah Rinjani berpaling dari Alex dan tidak mau melihat ke atas lagi. "Dia gak ngelihat gue."

"Masa sih? Gue panggil ya?"

"Eh, jangan!" Cegah Rinjani.

"Hahaha, takut kan lo." Ucap Indah.

"Udah ah, jangan ngomongin dia mulu."

Rinjani pun pura-pura tidak mendengar apapun yang diucapkan oleh Indah.

Karena cowok duluan yang main basket, para ceweknya duduk di pinggir lapangan sambil bersorak-sorai meneriaki teman sekelasnya bermain.

"gue denger-denger, waktu di kantin lo dilayani ya, sama Alex. Dan sampai diantar ke kelas, iya?!" Kata Luna, datang menghampiri Rinjani yang sedang fokus melihat permainan para cowok kelasnya.

"Cuma denger doang kan, jadi belum tentu benar." Sahut Rinjani tanpa melihat Luna.

"gue emang gak lihat. Tapi, temen-temen gue punya fotonya. Mau lo apa sih sebenarnya?!" Kata Luna.

Mata Rinjani langsung memandang Luna karena tidak mengerti apa yang di maksud.

"gue gak mau apa-apa. Lagi pula Alex bukan siapa-siapa gue." Jawab Rinjani.

"Oh, ya, gini deh. gue gak pernah sekalipun minta maaf sama orang. Dan sekarang lo orang pertama yang denger kata maaf dari mulut gue. Gue minta maaf karena gue merendahkan nama lo, tapi gue minta tolong sama lo! Jangan deket-deket Alex karena dia punya gue!" ujar Luna.

"Kalau sampai gue lihat lo deket-deket sama dia, lo bakal nyesel Rinjani!" ancam Luna lalu pergi dari hadapan Rinjani.

"Udah gue bilang 'kan Jan, kalau dia tuh suka sama Alex." Ucap Indah.

"gue gak peduli, dan gue gak suka sama Alex. Terus, masalahnya apa? Dia mau ngancam gue atau nggak, yah, bodo amat." Kata Rinjani.

"lo berubah tau." Kata Indah.

"Berubah? Masa?"

Indah mengangguk. "Waktu MOS. gue kira pendiam dan cuek lo sama orang lain, udah paten di diri lo. Eh, sekarang malah 180 derajat perubahannya. Lo berani, dan masih cuek sih. Tapi, lo udah gak pendiam kayak dulu lagi."

"Gue udah capek ndah jadi cewek pendiam bertahun-tahun, dan gue juga kangen cara marah gue kayak gimana." Rinjani nyengir memperlihatkan gigi-giginya yang rapih.

"Rinjani awaaaas!" teriak teman-temannya.

Namun belum sempat Rinjani menghindar bola basket itu sudah mengenai wajahnya hingga membuat hidungnya berdarah.

"lo gak apa-apa?" Tanya Indah panik.

"Gak apa-apa. gue ke toilet dulu."

Rinjani berlari sambil memegangi hidungnya yang terasa nyeri.

Namun langkah kakinya terhenti saat Alex sudah berdiri di depannya, memandang hidung Rinjani yang masih mengeluarkan darah.

"Kena bola?" Tanyanya.

"Iya." Jawab Rinjani.

"Belum main tapi udah berdarah." Ujar Alex, lalu mendekatkan sapu tangannya dan membersihkan hidung Rinjani.

Namun Rinjani segera menghindar, menjauhkan wajahnya dari tangan Alex. Dan mencoba untuk menatap Alex sebentar.

"Kamu udah ambil bunga Anggrek yang ada di saung, dan ini sebagai gantinya." Kata Alex menjelaskan.

"Maksudnya?" Tanya Rinjani.

"Aku bersihkan darahmu sebagai gantinya." Jawabnya.

"Maksudnya?" Tanya Rinjani lagi, karena Ia tidak mengerti dengan ucapan Alex.

Alex mendengus kesal. "Semua guru bilang kamu pintar! Tapi lihat, kamu gak ngerti apa yang aku katakan dari tadi."

"Emang aku gak ngerti sama omongan kamu! Terus mau kamu apa!" Rinjani kaget, melihat Alex begitu kesal pada dirinya sampai-sampai ia pun ikut marah-marah karena ucapannya.

Tanpa merespon ucapan Rinjani. Alex mendekatkan tubuh tingginya lebih dekat dengan Rinjani. Lalu ia mulai membersihkan darah yang sejak tadi keluar dari hidung Rinjani.

Rinjani merasakan detak jantungnya sendiri. Tidak seperti biasanya ia seperti ini. "Semua cewek kamu lakukan hal yang sama, iya kan?" Tanya Rinjani mencoba santai supaya Alex tidak melihat betapa gugup dirinya.

Alex menarik nafasnya. "Betul. jadi jangan baper!"

"Siapa yang baper? Aku? Oh, gak mungkin." Kata Rinjani.

Alex hanya senyum melihat cewek yang berada di hadapannya. Ia merasa hanya Rinjani yang tidak menunjukkan sisi perhatian kepada dirinya, walaupun sudah sedekat ini.

Bahkan Rinjani belum pernah sekalipun tersenyum pada Alex saat ia sedang mengeluarkan sisi perhatiannya seperti yang ia lakukan sekarang ini. Dan itu membuat Alex semakin kagum padanya.

"Kamu nggak tertarik padaku?" Tanya Alex memancing dengan pertanyaan yang sama pada semua cewek. Dan semua cewek pun mengatakan bahwa dirinya sangat tertarik pada Alex.

"Apa? Tertarik? Nggak." Jawab Rinjani tanpa pikir panjang lagi.

"Serius?" Alex membungkukkan tubuhnya, supaya wajahnya bisa bertatapan dari dekat dengan wajah Rinjani.

"Iya." Jawab Rinjani.

Lagi-lagi ia tidak perlu berpikir dalam menjawab pertanyaan hal tersebut.

"Apa ada cowok yang buat kamu tertarik?"

"Ada. Tapi bukan kamu Lex,"

"Eh, udah selesai kan, makasih ya udah dibersihin. Sini sapu tangannya biar aku yang cuci. Dah." Rinjani melambaikan tangannya dan pergi meninggalkan Alex sendiri di depan toilet.

"Lihat aja. Seberapa lama lo gak suka sama gue." Gumam Alex lalu berjalan masuk ke dalam kelasnya.

Selesai olahraga Rinjani langsung ganti baju seragamnya untuk melanjutkan mata pelajaran kedua. Namun saat Rinjani berada di ruang ganti, terdengar dari speaker sekolah memanggil dirinya untuk segera datang ke kantor. Rinjani pun bergegas menuruni tangga untuk segera menuju kantor.

sedangkan Alex yang sedang presentasi pelajaran paham memandang Rinjani melalui jendela kelasnya.

"Farid." ucap Rinjani saat melihat ada sepupunya di dalam kantor.

"Ada apa rid?" Tanya Rinjani. Ia merasa ada sesuatu, Sampai-sampai Farid yang datang untuk menemui dirinya.

"Kita pulang Jan." jawab Farid.

"Apa? Pulang? Memangnya ada apa?" Rinjani semakin Panik.

"Ayah Jan, ayah meninggal kecelakaan."

"Apa?! Gak mungkin. pasti kamu bohong, ayah ada di kantornya!"

"Kamu tenang nak, sekarang bereskan buku-buku kamu setelah itu kamu boleh pulang ya." Ucap Bu Citra selaku kepala sekolah.

"Gak mungkin, gak mungkin," Rinjani nangis histeris "Ayaaaaaaah." teriaknya.

Di luar kantor ternyata sudah ada Alex sedang mendengarkan pembicaraan mereka, bahkan ia merasa tidak tega melihat Rinjani menangis seperti itu.

Saat Rinjani keluar kantor dan berlari ke kelasnya. Ia tidak menyadari bahwa ada Alex tengah berdiri menatap dirinya. Alex hanya bisa memandangnya, lalu pergi menuju lantai tiga untuk bertemu dengan Rinjani.

Mereka pun berpapasan di tangga lantai dua. Alex menarik tangan Rinjani dan memeluk untuk meredakan tangisnya, bukannya reda justru Rinjani malah tambah histeris.

"Ayahku meninggal Lex." kata Rinjani dengan suara lirih di dalam pelukan Alex.

Alex hanya membelai rambut Rinjani, sambil merasakan betapa tersiksanya jika kehilangan orang yang di sayang.

"Maaf Lex." Rinjani melepaskan pelukannya lalu pergi menuruni tangga.

"Woy, Lex, ngapain lo?" Tanya Dewa berjalan bersama Satria.

"Bilang Randy kita adain sumbangan buat ayahnya Rinjani." Jawab Alex.

"Emangnya kenapa?" Tanya Satria.

"Bokapnya meninggal, ayo!" Ajak Alex langsung berjalan menuju kelas Randy dan memulai untuk meminta sumbangan pada setiap kelas.

"Siapa yang ke rumahnya ngewakilin duit sumbangan ini?" tanya Randy berada di ruang OSIS.

"Gue, sama dia berdua." Jawab Alex menunjuk Satria dan Dewa.

"Gue ikut!" sahut Sandra.

"Ya udah, lo mau ke sana sekarang?" Tanya Randy.

"Iya." Jawab Alex.

"Ya udah hati-hati." Kata Randy.

Alex langsung melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, sehingga membuat Sandra ketakutan. Tapi, Sandra hanya bisa diam tanpa harus mengatakan apapun pada sahabatnya itu.

Sampai di depan rumah Rinjani, mereka langsung turun dan melihat banyak sekali orang yang datang untuk melayat ayah Rinjani. Kedua mata Alex terpaku pada sosok Rinjani yang tengah duduk menangis.

Mereka segera masuk ke dalam dan memberikan sumbangan kepada Rinjani. Dengan perasaan sedih di situlah Rinjani menyiratkan senyuman kecilnya pada mereka karena sudah mau membantu keluarganya.

Mereka pun ikut mengantar sampai ke pemakaman umum. Dan, ada yang lain di sana, Alex menatap ada seorang cowok sedang menenangkan Rinjani bahkan tanpa diduga Rinjani memeluk cowok tersebut di hadapan Alex dan teman-temannya sehingga menurut Sandra, Dewa, dan Satria itu adalah kekasihnya.

Ada perasaan lain yang ada di hati Alex. Ia tidak mau melihat adegan Rinjani bersama cowok itu, bahkan hanya ada dua pilihan untuknya, tetap berada di pemakaman, Tetapi terasa sesak atau Alex pergi menjauh dari pemakaman tersebut. Dan ternyata Alex lebih memilih pergi menjauh dari teman-temannya. Ia memilih untuk menunggu mereka di motornya.

Selesai pemakaman ayahnya. Rinjani berjalan menghampiri Alex, Sandra, Dewa, dan Satria.

"Lex, makasih ya udah datang." Kata Rinjani.

"Sama-sama." Sahutnya.

"Mau langsung balik ke sekolah?" Tanya Rinjani.

Alex mengangguk tanpa menjawab pertanyaan Rinjani, dan langsung mengajak teman-temannya kembali ke sekolah.

Rinjani hanya memandang dari kejauhan motor Alex yang semakin lama semakin menjauh dari pandangannya. Ia pun berbalik kembali kepada keluarganya untuk pulang ke rumah dan menyiapkan acara tahlilan ayahnya nanti malam.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!