Pulang ke rumah bisa bisanya Riyan berkata kalau aku dan Re kecelakaan. Re sedang dirawat di rumah sakit, karena itu aku diantar pulang oleh Riyan. Dia disambut bak pahlawan di rumahku. Ayah dan ibukku berterimakasih padanya. Cihh... benar benar menjijikkan. Penjahat ngaku pahlawan. Apa jadinya kalau aku membocorkan semuanya? Akan tetapi itu alasan yang sanggup menjelaskan luka di tanganku. Dia pamit pulang sambil mengedipkan matanya. Riyan menjalankan rencananya sendiri tanpa janjian dulu di mobil denganku. Licik juga dia.
Malamnya Re menghubungiku.
'Kamu gak diapa apain Riyan kan?' tanya Re.
'Enggak, rahang kamu apa kabar? Masih sakit?' tanyaku balik.
'Udah dikompres air hangat. Gak sesakit tadi.' jawabnya.
'Riyan datang ke kamu lagi gak? Maaf ya Re gara gara aku nyium kamu, kamu jadi kena tonjok.' ketikku merasa bersalah.
'It's ok, I'm happy to get a kiss from you.' pesannya dengan emotikon cium. Aku sampai terheran heran aneh dengan pesannya.
'Jangan di teruskan ke Riyan yaa.' pesan Re lagi. Aku tertawa.
'Kamu takut sama Riyan?' tanyaku.
'Nanti bukan hanya Riyan yang mukulin, orang orang bapaknya datang mukulin orang serumah. Hahahaha.' balas Re.
'Emang bapaknya kenapa?' tanyaku kepo.
'Kamu gak tahu ya? Lebih baik jangan cari tahu. Nice dream sweet heart.' katanya mengakhiri pesan.
Halah gombalnya juga sama dengan Riyan. Apa benar anak band semuaya play boy....
Bapaknya Riyan yaa... seperti apa orangnya? Kenapa Re sampai se takut itu? Maminya seperti itu, apa bapaknya menyeramkan? Aku jadi ragu kalau bapaknya buka showroom mobil seperti yang dia ceritakan di rumah.
***
Aku naik kelas dua. Teman temanku menjadi senior eskul sekarang. Mereka sama garangnya dengan senior terdahulu. Aku yang tak ikut eskul apapun hanya sesekali melihat mereka eskul. Aku juga gak mau susah payah terlibat. Sibuk belajar saja dan sibuk memikirkan Riyan tentunya. Hahaha bucin.
Dia berani mengajakku membolos sesekali. Sebenarnya dia itu pengaruh buruk. Pengaruh buruk yang tak mampu kutolak. Terkadang kami membolos ke gunung, ke pantai, atau kemanapun kami mau. Dia sekarang tak terdengar dengan cewek manapun di sekolahku. Entah diluar. Yang jelas aku tak pernah melihatnya dengan cewek lain lagi.
Dia itu manis. Pernah suatu hari saat kami sedang bolos mampir ke rumah makan. Saat itu hari sabtu, ada live music. Dia permisi ke toilet katanya. Tahu tahu sudah di panggung memangku gitar akustik.
"Lagu ini untuk teman sepesial saya. Yang lebih baik berteman, tapi saling menyayangi. Daripada pacaran saling menyakiti Afgan - bukan cinta biasa." Lagu pun mengalun dengan indahnya.
Pernah suatu hari aku bertanya pada Riyan kenapa menyukaiku dari puluhan gadis modis.
"Karena yang modis bisa dibuat asal ada uang. Sedang kecantikanmu tak perlu dibuat buat. Karena kamu cuek, membuatku penasaran. Karena kamu pintar, tapi tidak sombong dengan kepintaranmu." Duuuuuaaaarrr...... berhasil meledakkan hatiku sampai hujan bunga.
"Sekarang boleh aku menciummu?" katanya lagi sambil senyum manis.
"Jangan mimpi!!" jawabku sambil menarik hidungnya yang kelewat mancung. Dia pun tertawa. Walaupun aku suka ciumannya, tapi kalau ditanya secara blak blakan seperti itu tentu aku menolak.
Kami tetap berstatus teman. Haaaa teman tapi mesra. Teman temanku juga taunya aku teman saja dengannya. Terkadang saat dia menjemputku pulang teman temanku bilang iri padaku. Ada yang membodohkan aku karena tak mau menerima cintanya.
"Apa sih yang kurang dari Riyan?" tanya Tika suatu hari di kantin sekolah. Kami sedang menikmati soto saat istirahat ke dua.
"Ganteng iya, anak band iya, kaya iya, populer iya. Apa coba yang kurang?" kata Tika. Septy dan Asna mengangguk angguk akur.
"Yang kurang itu kamu. Kurang kerjaan jodoh jodohin orang," jawabku santai. Andai mereka tahu kalau dia anggota sindikat perdagangan wanita. Apa meraka mau dekat? Mau dipacari juga? batinku.
"Kalau kamu gak mau, aku juga mau lho Put," lanjut Tika entah serius entah bercanda.
"Ambil, ambil kalau mau," jawabku asal.
"Beneran ya, jangan nyesel." Aku manggut manggut menanggapi.
***
HUT sekolah tiba sebulan lagi. Tika dan Asna sibuk luar biasa. Mereka panitia HUT itu. Hampir tiap hari rapat dan rapat. Pulang juga sampai sore terus. Ternyata dibalik acara yang sukses ada panitia yang merana.
Mereka memintaku bicara dengan Riyan agar Simpel mau manggung lagi.
"Sekarang mereka punya tarif cukup mahal. Kas kita bisa habis buat ngundang Simpel doank," kata Tika.
"Jadi please, bicara sama Riyan yaa... minta diskon kek atau apa," lanjutnya. Aku menyanggupinya.
Memang benar Simple menunjukkan kemajuan. Jadwal manggung tertata rapi tiap minggunya. Mulai mengirimkan demo demo musik ke Jakarta. Kemajuan yang bagus. Walaupun modal mereka juga gak sedikit. Frekuensi ketemu dengan mereka saat latihan juga jarang. Aku lebih sering bertemu Riyan sendirian. Itu pun belum tentu seminggu sekali. Walaupun komunikasi lancar tiap hari.
Aku membuka pintu mobil dan di iring senyuman dari belakang kemudi.
"Ih, senyumnya selalu sama, manis dan bikin aku makin sayang," gombalanku saat Riyan menjemput sepulang sekolah. Ternyata aku salah perhitungan. Harusnya aku ngegombal di tempat umum yang ramai, bukan dalam mobil yang kacanya gelap 100 % dari luar...... aku kehabisan nafas karena ciuman Riyan yang ganas.
"Weee ini dia ceweknya Simpel. Lama gak ketemu, ada yang masih gak rela ceweknya diembat," sambut Andi saat aku tiba di studio mereka.
"Kok bisa ceweknya Simpel?" tanya Riyan sewot
"Ceweknya Simpel lah, gara gara dia kita punya lagu banyak. Simpel juga lebih berwarna karena ada yang baku hantam. Hahahaha." Riyan langsung melirik Re mode singa. Yang dilirik cekikikan.
"Jangan memperkeruh suasana yang udah cooling down," Cleo menimpali.
"Iya, rahangku udah gak cenut cenut ini. Tapi semoga aja gak patah setelah aku kasih ini ke Riyan," kata Re sambil menyerahkan dua lembar tisue ke Riyan. Riyan menerima tisue dengan wajah bertanya tanya. Aku juga penasaran.
"Lap itu bibir. Gak baik vokalis Simpel bibirnya penuh lip gloss cewek. Ntar dikira gak jantan boookk..... Baby, aku patah hati, karena bibirmu akhirnya sanggup direnggut Riyan," kata Re sambil memberikan cium jauh untuku. Tawa pun meledak di studio siang itu. Riyan mengusap bibirnya sambil senyum senyum. Aku????? Aku rasanya ingin tenggelam kedasar bumi saat itu juga. Maluuuuuuu.......
Mereka setuju manggung di sekolahku lagi bahkan tanpa bayaran. Aku senangnya bukan main. Pasti ini kabar gembira untuk panitia HUT. Siang itu aku menemani Simpel latihan lagi dengan gembira sekaligus malu kalau teringat tentang lip gloss. Bisa bisanya aku tak melihat bibir Riyan yang belepotan. Padahal sepanjang jalan kami mengobrol seru...... memalukan. Untung mereka tak ada yang membahas masalah bibir sampai selesai latihan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
MAY.s
Aah, itu aku thor😍prinsipku dulu pas bujang🤣
2023-03-08
1