Ketika kamu bahagia, maka waktu akan berjalan cepat untukmu. Rasanya baru kemarin aku menyelesaikan soal ujian semester satu. Sekarang aku selesai ujian semester 2. Hari bebas sebelum penerimaan rapot. Rasanya seperti surga hahahaha. Aku berencana main ke rumah salah satu teman sekelasku. Jaraknya lumayan jauh. Temanku harus naik sepeda dulu kemudian naik bis ke sekolah. Rencananya kami akan jalan kaki saja setelah naik bis. Cukup jauh katanya, tapi anggap saja petualangan.
Kami sekitar ber 8 orang termasuk aku dan Tika bergerombol keluar gerbang. Belum juga mencapai gerbang ada keributan di sisi kanan sekolah dekat parkiran. Kami penasaran justru berbelok menuju kerumunan. Ternyata dua siswi kelas satu baru saja duel. Rambut mereka acak acakan. Satu diantaranya bertaburan bintik nasi di kepala. Satunya kancing kemejanya terbuka. Menyisakan singlet putih dan tali dalaman berwarna pink. Ahhh sungguh pemandangan yang tidak enak. Guru BP tiba cepat saat kami baru saja melihat dua tersangka. Keduanya sudah di gelandang ke ruang BP. Temanku Septy bertanya pada salah satu anak yang ada disana lebih dulu tentang apa yang terjadi.
"Rebutan cowok. Sama sama ngatain pelakor. Yang satu lagi makan bekal nasi. Malah di tumpah in di kepala Susi. Jadi lah Susi keramas nasi trus jambak jambakan deh," jelasnya berapi api.
"Emang siapa yang direbut in?" tanya Septy.
"Mantannya Anggi, anak akutansi itu lho vokalisnya Simpel."
Aku menghela nafas mendengarnya. Ada perasaan marah dan benci pada Riyan. Cowok br eng sek yang jadi idola. Di sukai banyak cewek.... bodohnya termasuk aku hedeeeehhhh.
Kami melanjutkan main kerumah Habiba. Diatas bus, aku dan empat temanku duduk berhimpit. Di kursi bus panjang paling belakang. Suasana dalam bus lumayan ramai. Beberapa penumpang terpaksa berdiri. Aku sedang ngobrol di tengah perjalanan itu. Tiba tiba bus ngerem mendadak. Aku yang duduk di tengah lorong tak berpegangan pada apapun seperti terhempas kedepan. Menabrak seorang cowok yang sepertinya anak SMA juga. Untung saja tidak jatuh berdua. Dia dapat menahan bobot tubuhku saat itu. Walaupun kami harus berhimpit berpelukan. Aku segera minta maaf. Malu. Dia hanya tersenyum menanggapi. Tapi teman teman somplakku malah men cie cie hingga sisa perjalanan.
"Kamu itu, temannya naik bus biasa, eh kamunya malah minta peluk cowok," kata Habiba.
"Gak kenalan sekalian? Namanya siapa mas?" tanya Tika yang membuatku ingin gelantungan di kolong bus sangking malunya. Anehnya dia justru menyebutkan namanya.
"Zafran," katanya pendek sambil terus menatapku.
"Ini Putri, aku Tika, ini Habiba, ini Septy, ini Asna," Tika meyebut nama kami berlima yang duduk dibelakang. Dia hanya tersenyum menanggapi. Melirik kearahku.
"Kalau mau nomer bisa catet dulu nomerku." Habiba memukul kepala Tika dengan map yang dia pegang sambil berbisik.
"Centil, malu." Sisa perjalanan di habiskan dalam diam. Walaupun si zhafran ini ketahuan melirik kearahku beberapa kali.
Ternyata rumah Habiba cukup jauh dari tempat berhenti bus. Kami jalan kaki cukup jauh. Tapi tak terasa karena ramai ramai. Di rumah Habiba kami bercanda dengan santai, main kesawah dan makan lotis yang sambelnya keasinan. Maklum, sambel ini di buat oleh kami sendiri yang masih di wajibkan pegang buku, bukan pegang pisau dapur. Hahahaha.... Ngelesss....
Menjelang sore kami ingin pulang, tapi hujan turun dengan derasnya. Sedang jarak yang di tempuh jalan kaki cukup jauh. Habiba cuma ada satu payung. Kami kebingungan sendiri. Aku berbalas chat dengan Riyan.
'Lagi dimana?'
'Lagi main di rumah temen, ini mau pulang malah hujan.'
'Mau aku jemput? Kirim lokasi'
'Gak usah, jauh. Aku ber 7 gak enak kalau aku doang yang di jemput'
'Kirim lokasi aku jemput kalian semua'
Aku penasaran cara dia jemput kami bersamaan. Aku mengirim lokasi rumah Habiba.
Satu jam kemudian dengan hujan yang justru semakin deras teleponku berbunyi. Riyan tersesat dan meminta ancer ancer rumah Habiba secara manual. Ku serahkan telepon pada Habiba, dia memandu Riyan menemukan rumahnya. Kemudian sebuah mobil putih memasuki pekarangan rumah Habiba. Kami heboh di dalam.
"Itu pacarmu yang mau jemput?" tanya Septy.
"Bukan pacar, cuma teman," elakku.
"Bukan pacar tapi rela jauh jauh jemput kesini. Pakai mobil lagi," sahut Asna.
"Kita nebeng yak, sampai pangkalan bus juga gak papa," kata Meri melas.
"Sampai rumah masing masing dong, kan cinta sama Putri," tika ngelunjak.
Yang punya mobil sudah turun dan berdiri di depan rumah Habiba. Semakin heboh lah teman temanku di dalam. Ternyata dia Riyan Simpel yang tadi pagi jadi rebutan sampai gelut disekolah.
Kami ber tujuh masuk dalam mobil Riyan. Aku dipaksa paksa duduk depan. Sedang 6 lain duduk belakang. Untung mobilnya tiga baris jadi muat untuk kami semua. Sejak kapan juga Riyan bisa naik mobil? Aku baru pertama ini melihatnya.
"Makasih ya Riyan tumpangannya. Ini nganterin satu satu sampai rumah kan? Gak cuma sampai pangkalan bus?" tanya Tika masih ngelunjak.
"Boleh boleh aku lagi gak ada jadwal. Sebutin rumah masing masing biar aku tahu rutenya dari sini," jawab Riyan santai.
"Enggak, ke pangkalan bus aja. Kita bisa naik bus kok.m," jawabku sungkan.
"Eh, gak boleh nolak kebaikan, gak papa kan Yan sampai rumah. Hemat ongkos juga dikita. Sebagai tanda cinta lah ke Putri," sahut Tika lagi. Apa enaknya Tika tak lempar keluar mobil saja ya. Mulutnya itu lho ceplas ceplos bikin aku gimana gitu.
"Iya iya tanda cinta juga boleh," jawabnya sambil melirik sekilas kearahku. Senyum manis juga tidak lupa ia berikan. Bisik bisik cekikikan dari belakang langsung terdengar. Aku memalingkan wajah ke jendela samping. Malu.
"Riyan itu teman kami waktu SMP, kayaknya udah deket sama Putri dari SMP deh, tapi ya malu malu kucing gitu."
"Lha trus kalo deket dari SMP bukannya dulu pacaran sama kak Dena, trus sama Anggi anak akutansi, trus tadi di rebut in sama dua cewek sekretaris tadi?"
"Mungkin anak band gitu, pacarnya banyak."
"Lha Putri masuk pacarnya bukan? Mereka pacaran?"
Bisik bisik di jok belakang masih terdengar. Aku dan Riyan saling lirik. Dia justru tersenyum mendengarnya. Aku jadi gak enak sendiri.
"Gais, maaf yang di depan juga punya telinga. Harap kalau mau ngegosip jangan kedengaran yang di gosipin yaa!" kataku dengan penekanan tinggi. Riyan justru tertawa terbahak bahak. Teman temanku bungkam sambil nyekikik.
"Emang tadi ada yang gelut di sekolah?" tanya Riyan sambil menoleh sekilas kearahku.
"Iya anak sekretaris. Katanya rebutan kamu saling tuduh pelakor. Sampai ada yang keramas nasi," ceritaku singkat.
"Oooowww," jawab Riyan enteng. Seperti cuma gosip akan ada ulangan minggu depan. Santaiiii sekali. Hening aku mencoba membuka pembicaraan.
"Sejak kapan bisa bawa mobil?" tanyaku penasaran
"Lima bulan lalu mungkin. Kenapa mau jalan jalan sama aku naik mobil? Tapi ini mobil Mami, aku udah minta mobil sendiri, tapi belum di beliin. Nanti kalau udah di beliin kita jalan berdua yaaa," katanya sambil fokus menyetir kedepan.
"Aku takut di sopiri sopir amatir hahahaha," kataku bercanda. Dia tersenyum dengan manis
"Re kayaknya ambil nomer kamu dari hp. Awas ya kalian gak boleh jalan berdua. Aku cemburu," lanjutnya.
"Cemburu???!!! Bul sh it!!!! Kalau kamu cemburu aku jalan berdua sama Re, apa kabar aku!!!??? Yang harus denger gosip kamu dekat sana sini sampai di labrak pacarmu!!! Itu baru sekolahku. Gak tahu sekolah lain kayak gimana????!!! Kamu pikir cuma kamu yang punya hati!!!" omelku berapi api. Sok sok an cemburu segala! Lalu gak mikir kaya apa perasaanku gitu?
Tiba tiba celetukan dari belakang terdengar.
"Mohon maap juga Put, kalau pacaran berdua aja yaa... kalau ber 8 gini keramaian yang jadi obat nyamuk," kata Tika. Sejenak tadi aku lupa kalau ada 6 kepala menonton kami di belakang. Semua orang dalam mobil ngakak termasuk Riyan. Aku yang ngomel keceplosan agak malu tapi ikut ngakak juga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
MAY.s
Weh, babang Zafran ku main ke sini juga toh🤭
2023-03-05
1