Satu bulan lebih berlalu. Hanya sesekali dia mengirim kabar. Menanyakan ini dan itu. Kebanyakan tugas sekolah. Tugas Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris paling banyak. Dia tahu aku kuat dua mapel itu. Semakin susah soalnya semakin tertantang mengerjakannya. Itu sebabnya aku memilih ekskul jurnalisme di SMK ini. Agar hobi membaca dan menulisku dapat tercurah. Selain itu juga karena eskul ini aman. Aku tidak suka eskul yang menantang atau harus nginep nginep, lari lari, atau berbaris. Melelahkan menurutku.
Aku berjalan menuju koridor mading yang di ganti dua hari sekali. Markas eskul jurnalisme ada disampingnya. Aku berencana membuat beberapa puisi untuk ditempel esok hari. Tumben sekali tempat itu ramai. Biasanya hanya seorang dua orang asyik membaca. Kulihat Tika juga disitu.
"Rame banget Tik, ada apa?" tanyaku berdiri di sampingnya.
"Ini lho Simpel mau manggung di sekolah kita!!!! Simpel Put, Simpel!!! Hebat juga bisa panitia bisa undang Simpel," puji Tika sambil menunjuk nunjuk poster HUT sekolah yang diadakan dalam beberapa bulan.
"Simpel apaan sih?" tanyaku kepo.
"What?!!! Kamu gak tau Simpel?........," sebelum mendapat penjelasan aku dapat omelan panjang kali lebar dari Tika. Menyalahkan buku buku novel yang kubaca juga. Katanya gara gara buku itu aku jadi kuper dan kudet. Simpel ternyata band lokal yang cukup terkenal. Dan yang mengejutkan vocalistnya itu Riyan.
Iya sih dia memang anak band. Bahkan dulu aku terbantu saat pelajaran seni musik. Riyan yang mati matian mengajariku alat musik sampai akhirnya dia menyerah. Aku yang buta nada ini apalah. Aku hanya bisa menikmati musik. Bukan memainkannya. Namun aku dulu tetap mendapat nilai seni musik bagus atas bantuannya.
"Dia mau manggung disini Put!!! disini!!!" Tika girang sekali.
"Kamu ngefans sama dia? Mau tanda tangan apa nomer hpnya sekalian?" tanyaku stengah mengejek. Bagiku gak penting juga HUT sekolah diisi band lokal.
"Hanya band lokal bukan Ungu atau Peterpan," kataku pada Tika.
"Ihh... ngeremehin gitu. Simpel juga lumayan. Bisa lihat Riyan manggung. Bangga dulu pernah satu SMP sama dia. Karismanya itu juga gak kalah dari Pasha Ungu kalau manggung. Ganteng, bersih, mancung, suaranya juga bagus," kata Tika dengan mata berbinar binar. Sesuka itu dia sama Riyan?
"Lebaaaaayyyy," sahutku santai.
"Tapi kalau kamu mau ngasih nomer Riyan aku gak nolak sama sekali. Mana mana?" Tika semangat mengeluarkan hpnya. Aku pun mengirimkan nomer anak setengah tengil setengah cabul dan buaya darat full itu pada Tika. Dia girangnya bukan main. Aku sampai terheran heran. Emang dia sepopuler itu? Atau Tika yang kelewat lebay sih?
***
Hari HUT sekolah tiba. Panggung besar berdiri sejak kemarin. Aku main drama dengan teman teman sekelas yang dipersiapkan sebulan sebelum acara. Bukan peran yang bagus. Hanya menjadi dagelan. Semua kelas satu wajib mengisi minimal dua pentas seni. Bebas mau apa aja beberapa temanku ngedance pakai rok mini dan tank top. Aku gak mungkin terpilih jadi anggota dancer hahaha. Jadilah aku menjadi anggota tim drama. Dandanaku acak acakan memang sengaja acak acakan untuk mendukung peran dagelan.
"Kamu ngisi acara juga? Tak kirain cuma nonton," kata seseorang bersandar di pintu. Dari siluet body dan aroma parfum yang menyeruak aku yakin itu Riyan.
"Iya, ikut dapat figuran buat drama," jawabku memoleskan blush on yang sudah sangat merah dipipiku. Aku memakai rok panjang dengan lengan baju 3/4 mirip ibu ibu. Juga kalung entah kalung apa aja. Semua kalung dikalungkan. Semua gelang juga dipakai. Kacau pokonya.
"Pantes dandananya begituan," jawabnya duduk disampingku. Tiba tiba kenapa udara sekitar rasanya sesak. Padahal dikelas itu hanya aku dan dia. Teman teman yang lain ada dilapangan. Sedangkan para pengisi acara bersiap di kelas belakang panggung. Aku yang merasa terlalu sesak dibelakang panggung, memutuskan berias di kelasku sendirian. Aku memang tidak terlalu suka keramaian.
"Put, aku minta maaf buat yang..."
"Udah aku maafkan gak usah di bahas," potongku cepat. Dia mengangkat bahunya. Membahasakan oke. Canggung lagi. Kami terdiam. Aku masih memoleskan makeup ala kadarnya.
"Aku nanti ada lagu. Aku buat dari puisimu waktu SMP maaf ya aku ambil gak ada izin ke kamu dulu," senyum diakhir kalimatnya sungguh manis.
"Puisi yang mana?" tanyaku. Aku sudah ribuan menulis puisi. Kadang kadang konyol dan buruk.
"Yang kamu tempel waktu kelas kita ada tugas ngisi mading. Judulnya 'Hanya Melihat'. Aku kok ngerasa puisi itu buat aku hahahahha," katanya sambil tertawa. Bibir bawah yang tebal dan terbelah di tengah itu tertawa. Aku mau pingsan sangking indahnya.
"Ngaco, cuma puisi gak berarti apapun!" aku berkilah. Dia lagi lagi tersenyum. Kesegaran buat mataku. Lumayan juga siapa tahu mengurangi minus mata ini kalau sering melihatnya tersenyum.
"Iya toh, bisa gitu bikin puisi bukan dari hati?" tanyanya. Pertanyaan jebakan. Tentu saja tidak, mana ada puisi dibikin ngasal tanpa masuk kehati pembuatnya dulu. Lalu bagaimana puisi itu tercipta rangkaian katanya. Aku diam tidak menjaawab. Pura pura sibuk dengan makeup yang sebenarnya udah selesai.
"Itu udah terlalu menor sayang, kamu mau jadi badut? Udah, cantikmu hilang lho," katanya lagi. Desiran desiran lembut dalam diriku membuat tanganku berkeringat.
"Sayang sayang! Sejak kapan kamu jadi sayangku!!" kataku protes, padahal seneng hihihi.
"Sejak sekarang. Kalau kamu izinkan aku mau jadi sayangmu dan kamu jadi sayangku," katanya santai. Kemahiran gombalnya berbanding terbalik dengan kemampuan akademisnya hahahaha.
"Sejak sekarang aku mau kebelakang panggung. Dramaku mau dimulai," kataku kemudian berdiri. Dia ikut berdiri kami beriringan berjalan keluar kelas. Bergabung dengan pengisi acara lain.
Dia duduk santai dengan teman temannya. Yang kata temanku personil Simpel yang lain. Mereka berpenampilan gaul sekali. Riyan duduk anteng. Sibuk dengan hp mahalnya. Terlihat sombong kalau begitu.
Ketegangan menguasai timku. Kami membentuk lingkaran dan berdoa. Drama kali ini mengangkat kisah Bawang Putih dan Bawang Merah dengan modifikasi dagelan. Sudah hafal diluar kepala semua adegan adegannya, tapi tetap saja debaran jantung ini gak bisa bohong. Riyan mendatangiku. Memberikan botol kecil air mineral.
"Minum dikit, sebelum naik panggung tarik nafas panjang tiga kali lalu hembuskan," katanya. Aku menerimamya sambil manggut manggut. Dia kembali duduk santai. Tidak tegang sama sekali padahal dia juga mau tampil.
Teman temannya melihat kearahku.
"Target baru Yan?" tanya seseorang bermata sipit. Riyan menggeleng.
"Terlalu polos dan terlalu susah didekati. Tapi cantiknya susah dilupakan," kata Riyan. Membuat lima laki laki itu tertawa. Apa yang dimaksud aku??? Target? Target pacar gitu? Owww, jadi selama ini dia emang gitu kali ya... narget sana sini berhasil trus dibuang. Hah, cowok macam apa itu!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
MAY.s
Ngakak 🤣
2023-02-15
0
MAY.s
Boleh usul band kotak juga sekalian😅
2023-02-15
0