Hari senin tiba. Aku sudah menulis rapi karangan itu. Kuselipkan diantara buku berukuran folio, agar tidak lecek. Dari pagi jantungku sudah tak biasa. Terbayang bau parfum dan senyum manisnya. Semakin siang detak jantungku semakin menjadi. Senin itu, aku sama sekali tak konsen. Pelajaran yang biasanya masuk diotak ini dengan mudah, hari itu sama sekali tak masuk. Konsentrasiku full terganggu hanya dengan membayangkan wangi parfumnya dan senyum manis.
Bodoh!!! Aku merutuki diriku sendiri. Hanya karena cowok yang entah memikirkanku atau tidak aku menyia nyiakan satu hari pelajaran. Entah dia suka atau hanya memanfaatkaku saja. Bodohhh. Tugasku belajar, menjadi yang terbaik, bukan berbinar binar memikirkannya. Lagi pula mulutnya mengatakan suka saat dia menggandeng cewek lain. Sudah tau buaya tebar pesona. Masih saja terpikat pesonanya.
Bel berakhirnya pelajaran sudah berbunyi. Hatiku makin mengkhianati pikiran. Dia semakin berdisko ria. Aku melambatkan aktifitasku merapikan meja.
"Tumben gak langsung pulang Put?" tanya temanku Tika.
"Ini mau pulang. Lagi beres beres," jawabku.
"Biasanya buru buru waktu pulang. Ayu ah kita keluar barengan," ajak Tika. Aku pun keluar kelas beriringan dengan Tika.
"Nanti dijemput apa naik angkot Put?" tanyanya.
"Di jemput kok," jawabku singkat.
"Dijemput bapak yaa? Wah lumayan hemat ongkos angkot," katanya lagi.
"Iya," aku mengiyakan hemat ongkos angkotnya. Siapa yang jemput tidak aku iyakan. Yang jemput nanti terlalu ganteng disebut Bapak.
Di luar gerbang, Dia sudah menunggu. Nangkring di motor besarnya diiringi tatapan siswi siswi lain. Dia memang sulit diabaikan. Entah tampangnya, entah motor besarnya yang mencolok.
"Oh megot, oh megot, itu Riyan kan!! Ngapain disini? Ceweknya orang sini?" Tika kaget dengan kehadiran Riyan. Dia dulu satu SMP denganku, jadi wajar kalau mengenali Riyan.
"Ihh, samperin lahhh... siapa tau bisa jadi gebetanku," Tika semangat menuju kearah Riyan. Aku mengikutinya dari belakang.
Riyan menyadari kehadiran kami. Senyuman itu tersungging di bibirnya. Seakan duniaku menyejuk seketika. Padahal ini panas tengah hari. Halah aku merasa lebay sendiri.
"Hai Riyan, apa kabar? Ngapain di SMK kusus cewek? Cewek kamu orang sini sekarang?" tanya Tika antusias.
"Hai Tika, iya cewekku orang sini. Itu orangnya di sampingmu," tunjuk Riyan padaku. Tika sudah membuka mulutnya kaget.
"Ngaco!!! Kalau bercanda jangan bikin fitnah dong," elakku cepat. Dia cemberut.
"Tuh, kamu denger sendirikan Tik. Aku ditolak sama dia," kata Riyan setengah merajuk.
"Emang kapan bilang sukanya... udah cabut yuk. Panas ini," kataku mengalihkan perhatian. Dia pun mulai menghidupkan motornya. Dengan gerakan memanjat aku menaiki boncengannya.
"Duluan ya Tik," pamitku pada Tika yang masih melongo.
Dijalan Dia kembali menarik tanganku. Memeluk pinggangnya dengan nyaman. Menghirup aroma parfumnya yang ternyata ia semprotkan juga dijaket. Heiii sebulan habis berapa botol parfum sih dia.
"Aku agak ngebut yaa, kita pergi agak jauh," katanya disela sela angin yang berhembus kencang.
Dia benar melajukan motornya lebih cepat. Masuk katagori ugal ugalan dengan berkali kali rambu lalu lintas di gasak. Aku semakin mengeratkan pelukanku.
"Takut?" tanyanya saat motor sudah melaju agak pelan.
"Takutlah, nyawaku cuma satu. Kalau punya 7 kaya kucing oke oke saja," jawabku agak ketus.
"Hatiku juga cuma ada satu Put. Itu pun kamu sia siakan," jawabnya. Aku mencubit perut datarnya. Dia mengaduh.
"Kamu dulu sama Voni aja bilang begitu. Kayaknya hatimu ada tujuh deh," sanggahku. Dia tertawa, perutnya bergetar.
Motor berhenti dikawasan kebun teh. Gila!! Berapa lama kami motoran. Nanti pulangnya ngomong apa sama orang rumah. Panikku dalam hati.
"Kamu hubungi dulu orang tuamu. Bilang kalau ada tugas kelompok pulang agak sore," katanya seperti tahu apa yang kupikirkan.
"Tahu dari mana kamu aku mikirin itu??!!" jawabku kaget
"Menebak raut wajahmu itu gampang Sayang. Yang sulit meluluhkan hatimu," katanya santai.
Sayang.....
Sayang....
Sayang....
Kata kata itu terngiang dikepalaku. Membuat aku bengong sesaat.
"Cepatan dihubungi! Keburu di telpon duluan nanti," katanya. Aku tersadar dengan perintahnya. Segera kulakukan apa yang dia sarankan.
Kami mengobrol sambil makan siang. Membahas karangan Bahasa Inggris itu. Dia ingin tahu detail isinya. Agar tak terlalu terlihat bahwa bukan dia yang membuat. Akupun menceritakan dalam Bahasa Indonesianya.
Restoran itu sepertinya cukup mahal untuk kelas pelajar. Aku penasaran berapa uang sakunya hahaha. Restoran itu berada di tengah perkebunan teh. Terdapat gazebo gazebo kecil yang mengelilingi kolam ikan di tengah. Dia memilih gazebo terpojok yang hampir tidak terlihat pengunjung lain. Pemandangan dari gazebo ini minim sekali. Bahkan kolam ikannya yg ditengah hanya terlihat ujungnya. Pintu masuk gazebo terdekat ada di sisi lain. Jadi pemandangannya hanya dinding gazebo lain, secuil kolam ikan dan jalan setapak buatan menuju gazebo kami. Seleranya memilih tempat duduk buruk sekali.
Kami menyelsaikan makan selanjutnya dalam diam. Lumayan makanannya enak juga.
"Kamu kalau makan belepotan gini?" tanyanya sambil menarik tisue. Mengusap bibirku dengan lembut. Aku diam. Sepertinya aku tidak sebelepotan itu kalau makan. Dia mendekat, masih mengusap ngusap ujung bibirku dengan lembut. Pandangan kami terkunci. Wajahnya semakin mendekat. Matanya mengarah pada bibirku. Sepersekian detik aku terlena. Sepersekian detik berikutnya aku sadar apa maksudnya. Aku sadar kenapa dia memilih tempat yang buruk untuk duduk. What the fu ck!!!!. Aku menarik wajahku dan berdiri.
"Aku mau pulang sekarang!!" teriakku marah. Dia diam beberapa menit.
"Oke kita pulang. Selsaikan dulu makannya," ktanya.
"Bodo amat. Pokoknya pulang!!!" kataku semakin keras.
"Oke, setidaknya minum dulu. Aku selsaikan pembayaran," katanya menyambar minum kemudian berlalu.
Diperjalanan pulang aku hanya diam. Dia mencoba membuka pembicaraan. Aku diam seribu bahasa. Berkali kali Dia menarik tanganku untuk memeluknya. Aku terus menolak. Walaupun duduk tegak diboncengan motor besar seperti ini cukup tidak nyaman.
"Oke terserah kalau mau duduk begitu. Aku mau ngebut biar cepet sampai rumah. Usahakan gak jatuh di jalan," katanya. Dia benar benar memacu dengan cepat. Aku takut juga kalau begini. Terpaksa kembali kupeluk pinggangnya dan bersandar dengan nyaman. Sebelum ku lakukan itu ku tepuk helemnya sekeras kerasnya. Dari gerakan perutnya aku tahu dia tertawa. Entah dengan kecepatan berapa dia melajukan motornya.
Play boy cap apa yang aku kenal ini. Dia.... tidak wajar. Tidak wajar dengan usia kami yang baru kelas satu SMA. Kenapa dia sepicik itu? Memikirkan tempat dan strategi? Dia seperti sudah profesional. Lalu berapa uang sakunya sampai bisa mengajaku makan di tempat orang orang dewasa? Siapa dia? Pikiran itu terus menghantuiku. Kami berpisah didepan gang rumahku lagi. Dia menarik tanganku sebelum aku masuk.
"Aku minta maaf," katanya. Aku diam hanya menarik tanganku kemudian berlalu.
Bersambung.........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
MAY.s
Hiss... Dasar! Ngajari elek kui🤣
2023-01-21
0
MAY.s
Aq masih penasaran sama yang di bintangin. Kasi tau dong.....
2023-01-21
0
MAY.s
Dua²nya. Natap wajah sama motor kerennya😍
2023-01-21
0