Kami mengantar satu persatu teman sampai dirumah mereka. Aku sudah izin dengan Ibu kalau aku pulang terlambat. Tinggal aku dan Riyan sekarang. Setelah terakhir kami mengantar Asna sampai rumah. Hening tercipta. Walaupun tadi aku bisa bercanda, tapi aku sebenarnya kesal juga dengan kata kata Riyan. Cemburu??? Omong kosong!!!
"Aku minta maaf, aku minta maaf kalau menyakitimu. Aku salah, aku memang buruk.... Terserahlah mau bilang apa, tapi aku memang seburuk yang kamu pikirkan," kata Riyan memecah keheningan. Aku masih diam, rasanya malas menanggapinya berbicara.
"Oke begini, aku janji gak akan terlihat olehmu jalan dengan cewek lain. Tapi aku memang harus mencari target untuk Mami. Anggap saja aku sedang membantu Ibuku jualan di warung bakso. Yaa, seperti itu saja," kata Riyan.
"Kamu gak mau berhenti? Itu jahat sekali Yan. Kamu merusak masa depan orang," jawabku.
"Aku gak maksa Put, aku gak maksa mereka. Terkadang ada yang dengan senang hati datang ke mami dengan sendirinya. Aku gak maksa mereka Sayang," Riyan berkilah.
Perdebatan terjadi sampai di depan rumahku. Dia tetap kekeh kalau itu bukan hal yang menjijikkan. Aku turun dengan perasaan dongkol.
Dia mengirim pesan terus menerus. Aku malas menanggapinya. Dia berbahaya. Bukan sekedar anak band yang playboy. Dia masuk dalam sindikat perdagangan perempuan. Aku sadar itu. Tapi sesekali aku tak tahan membalas pesannya. Kami masih berkirim pesan walau tidak bertemu dalam waktu yang lama.
***
Renan benar menghubungiku. Saat itu libur kenaikan kelas. Dia mengajakku berburu novel murah. Katanya dia tahu tempat novel murah, tapi baru.
'Oke, nanti siang aku jemput, tapi gak bisa lama karena sorenya aku ada manggung di alun alun.' Pesan dari Re.
'Rebes aku tunggu.' Jawabku.
Re menjemputku dan pamit pada Ibu. Ternyata tempat itu tempat buku loak, anehnya banyak berjajar novel novel yang bahkan masih tersegel baru. Mataku berbinar binar melihatnya. Ternyata Re juga penggemar novel meski lebih ke genre horor dan detektif. Kami lupa waktu, sampai hp Re terus terusan berbunyi.
"Gawat!! Satu jam lagi aku manggung Put, ayo buruan," kata Re panik. Kami bergegas ke tempat acara. Re berjanji mengantar pulang nanti setelah manggung. Gak keburu kalau mengantarku dulu.
Kami tiba dibelakang panggung tempat para pengisi acara singgah sejenak. Re mencari tenda Simpel. Begitu ketemu dia menarikku untuk masuk. Pemandangan tak mengenakkan terlihat. Riyan sedang duduk dengan cewek sexy memegang gitarnya. Tangan cewek itu menyandar dibahunya. Wajah mereka tak sampai sejengkal. Riyan kaget melihatku. Menatap marah kearah Re. Re yang gugup menyibukkan diri dengan kostum. Personel Simpel yang lain saling pandang. Canggung tercipta. Cleo memecah keheningan dengan mengambilkanku bangku plastik.
"Duduk disini Put, sebentar lagi kami naik. Nanti kalau selesai biar..... Rrrr....renan mengantarkanmu pulang," katanya sambil membungkuk kearahku.
"Kumohon jangan ada drama dulu please," bisiknya ditelingaku. Aku pun mengangguk.
Mereka bersiap, ternyata cewek itu akan manggung bersama Simpel. Dia juga bersiap. Mata Riyan terus melirik kearahku. Aku tak peduli. Kubuka salah satu novel baru yang kubeli tadi. Aku tenggelam dalam cerita novel itu.
Simpel tampil menyanyikan dua lagu dan satu lagu duet dengan si cewek itu mungkin. Mengcover Pandangan Pertama ala Slank dan Nirina. Uuuu manis sekali!!! Geram geram kesal aku dibuatnya.
Suara ribut dari depan tenda. Sepertinya mereka akan masuk tenda usai tampil. Aku segera menyibukkan diri dengan novelku lagi.
"Good job gais aku suka. Terimakasih sudah mengajakku duet," kata si cewek sambil mencium pipi Riyan. Aku tahu mata beberapa orang tertuju padaku. Aku pura pura sibuk membaca. Si cewek terus bercerita ini itu dengan personel simpel sambil menggelayut di lengan Riyan mirip monyet.
Renan datang menghampiriku.
"Ayo kita pulang!" ajaknya sambil mengulurkan tangan. Aku menerima uluran tangannya. Dengan cepat kucium pipi Re dan berkata
"Terimakasih untuk novelnya," Re terkejut dan melotot kearahku. Pandangannya beralih pada Riyan yang juga melotot kearah kami. Mukanya merah padam. Fery menyemburkan minum yang baru ia teguk. Riyan berdiri dan menarikku paksa. Aku bergelayut dilengan Re. Aksi tarik menarik terjadi. Tiba tiba satu pukulan mengarah pada dagu Re. Re terpelanting ke bawah dan Riyan menarikku keluar tenda. Aku dan gadis itu menjerit bersamaan. Sayangnya jeritanku terbawa lalu, karena Riyan terus memaksaku ikut dengannya.
"Lepas!!!! Riyan lepas!!!! Ini sakit!!!" kataku berteriak sambil menunjuk pergelangan tanganku yang kemerahan. Dia melihat sekilas kemudian melepaskannya. Mengganti belenggunya dengan mengalungkan tangannya kepundakku. Mukanya masih merah padam.
Tiba di parkiran mobil. Dia membuka sebuah mobil berwarna merah. Mendorongku masuk kedalam. Aroma parfum Riyan tercium di mobil itu. Sepertinya mobil baru. Riyan membuka pintu kemudi dan membantingnya dengan kasar. Dia menjalankan mobil itu dengan muka yang masih merah padam.
Hening..... Sepanjang perjalanan hanya hening tercipta. Riyan tidak membawaku pulang. Ini bukan jalan pulang kerumahku.
"Kita mau kemana? Aku mau pulang!" kataku. Tidak ada tanggapan. Melirik pun tidak.
"Riyan kamu dengar!!! Aku mau pulang!!! Antar aku pulang!!" kataku dengan suara meninggi. Masih tidak ada tanggapan.
"Oke antar aku pulang atau aku lompat dari mobil!" dia melirik sekilas. Dia menepikan mobilnya. Aku meraih hendel akan keluar. Tapi tiba tiba dia menarik kedua tanganku. Mengikatnya dengan ikat pinggang yang dia pakai tadi. Aku meronta dan berteriak. Dia tidak peduli. Ku jejakkan kakiku di dadanya. Dia mengaduh sebentar, tapi gerakanku kalah kuat dan kalah cepat. Selain mengikat tanganku dia mengikat tubuhku dengan seat belt. Aku teruss berteriak dan memakinya. Dia tidak perduli. Terus melajukan mobilnya.
Mobil melaju memasuki perumahan elit di kota ini. Walaupun jaraknya tak jauh dari rumahku, namun tempat ini begitu elit. Jalan masuknya saja ada di tengah kota. Bangunan bangunan indah berjajar di depanku. Rumah yang mirip tumpukan cake ulang tahun sangking indahnya. Aku diam setelah capek berteriak teriak. Hanya mengamati sekitar.
Mobil mengklakson panjang di sebuah gerbang hitam tinggi. Kemudian gerbang terbuka. Riyan mengendarai mobilnya masuk kedalam.
'Apa ini rumahnya?' Batinku.
Mobil melintasi pekarangan besar rumah cat krem berlantai dua. Riyan terus melajukan mobilnya masuk garasi. Seseorang sudah membukakan pintu garasi untuknya.
Dia menghentikan mobilnya dan keluar. Aku kembali menjerit sekuat kuatnya. Meminta tolong pada siapapun disitu. Aku berharap orang di depan garasi masih ada. Dia memang masih ada, tapi cuma berdiri mematung. Aku semakin keras meminta tolong padanya. Tapi dia masih santai melihat.
"Sekarang nyulik anak orang Mas?" tanyanya santai pada Riyan.
"Bukan anak orang, anak kucing!" jawab Riyan ketus. Aku bengong. Orang itu sama sekali tidak panik aku terikat dan di seret masuk. Dia bahkan menutup garasi kembali dengan santainya.
Aku meronta, sekuat tenaga aku tak mau diseret. Diam di tempat sebisaku. Riyan cukup kuwalahan, tapi dia tak kalah akal. Dia menggotong tubuhku yang bisa dikatakan ramping olehnya. Aku terus berteriak, memaki, dan meminta tolong. Tapi kami terus masuk kedalam rumah.
"Buka pintunya!!" perintahnya pada asisten rumah tangga yang menonton adegan gendong menggendong kami. Dia pun patuh membuka pintu. Sebuah kamar luas bernuansa abu abu tua dan silver menghampar di depanku. Riyan meletakkanku ketempat tidur dan pergi mengunci kamar itu dari luar. Aku mengamati sekeliling. Ada foto Riyan di depan sana dengan nuansa mono crom. Dia bertelanjang dada dan mengapit sebuah gitar listrik. Ada beberapa gitar listrik di pojok kamar. Selain sofa malas dan meja belajar mewah lengkap dengan laptop. Disamping tempat tidur ada bingkai foto yang terpasang. Aku berdiri untuk melihat foto siapa yang terpasang. Ternyata salah satu foto kami saat sedang selfie.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
MAY.s
Wow, apakah Ryan agak psycho? 🧐
2023-03-08
1
MAY.s
Wauw😮aku kaget, tapi aku setuju. Orang kayak Ryan, harusnya bales kayak gitu. Hahaha...
2023-03-08
1