Drama berlangsung sukses. Kami menjadi gerombolan lawak yang sanggup mendengungkan tawa seisi sekolah. Penampilan kocak kami memang sangat memalukan. Bawang merah dan bawang putih yang sama sekali tidak menyedihkan. Bawang putihnya centil, pangerannya kecewek cewekan karena memang cewek tulen aslinya. Ditambah dengan tiga tetangga bawang yang entah dari mana. Tetangga bawang itulah peran yang aku mainkan bersama dua temanku.
Bangga? Tentu saja walau hanya peran konyol aku bangga dengan diriku sendiri. Bangga juga dengan tim lawak yang siang malam memikirkan lawakan dan berlatih agar sukses.
"Aku berlatih adegan lucu sampai aku gak bisa ketawa," kata salah satu temanku saat berlatih dulu.
Ketegangan mencair di belakang panggung usai tampil.
"Gais, kita sukses gais!!" kata teman satu timku.
"Iya sukses mempermalukan diri sendiri," kata yang lain. Tertawalah semua orang. Kami tos kemenangan.
"Drama koplakkkk..... hora popo penting lucu!!" kata kami bersamaan sambil mengangkat tangan. Tepuk tangan juga diberikan para pengisi acara lain pada kami.
Tika kembali melirik kerah Simpel yang menunggu tampil.
"Yan, boleh gak kami foto bareng Simpel buat kenang kenangan," kata Tika. Riyan mengangguk.
"Ayo foto sama cewek cewek cantik geng!" kata Riyan pada personel Simpel. Jadilah kami grub lawak berfoto bersama Simpel, karena banyak orang kami harus menempel satu sama lain agar masuk satu frame foto.
"Mepet mepet, ini foto mirip foto emak emak PKK RT sangking kebanyakan orang," kata tukang foto dadakan kami.
Riyan berdiri di belakangku. Tubuh kami berhimpit. Tiba tiba tangannya menggenggam tanganku dari belakang. Jadilah pose kami seperti itu hingga akhir sesi foto. Walaupun yang lain berganti gaya.
"Selamat ya, penampilan yang sukses," bisiknya saat yang lain berganti gaya. Nafasnya wangi menerpa sebagian wajahku. Jarak wajah kami tak sampai lima jari. Membuatku seperti terserang badai es dan gelombang panas diwaktu yang sama. Aku hanya mengangguk gugup menanggapinya.
"Hapus makeupmu, aku bisa mimpi buruk dengan melihatmu begitu terus," katanya saat kami selsai sesi foto. Aku justru menjulurkan lidah.
"Gak mau, aku mau gini aja biar kamu mimpi buruk!" kataku sambil tertawa dan berlari meninggalkannya. Usai sudah tugasku mengisi acara. Sekarang saatnya aku menikmati acara. Aku mengambil tasku di ruang kelas sebelah. Kuraba laci seperti biasa takut ada yang tertinggal. Satu kertas kecil nyangkut ditanganku. Aku membukannya.
...Untukmu yang selalu indah dalam cara sederhana. Terimakasih untuk memaafkanku. Terimakasih untuk mau jadi temanku. Aku berharap cerita kita lebih panjang dari sekedar teman. Agar bibirmu yang tersenyum seindah mawar itu dapat terus kunikmati. Penggemar rahasiamu dari dulu. Riyan....
What!!!!! dia menuliskan nama!!! Aku memang sering dulu waktu SMP dapat surat surat semacam ini. Dengan amplop bergambar yang wangi. Biasanya satu stel dengan kertas surat di dalamnya. Biasanya juga tanpa nama pengirim. Tapi aku tidak yakin semua dari Riyan. Karena tulisan tangannya berbeda beda. Dulu kuanggap hal itu lelucon. Lha bagaimana aku mau balas kalau gak tahu dari siapa? Ternyata salah satunya dari Riyan. Haaa dia memujaku saat masih pacaran dengan Voni? Dasar bajul buntung cap kadal. Tapi aku tetap memasukanya dalam tasku. Sayang kalau dibuang hihihi.
"Ngapain senyum senyum dalam kelas sendiri?" tanya Tika di belakangku. Aku hampir melompat sangking kagetnya.
"kesambet bapak bawang putih yang pakai jas dan dasi, tapi pakai celana kolor pendek," jawabku asal. Kami tertawa. Itulah kostum yang dipakai Tika tadi waktu drama.
Simpel tampil mengguncang sekolah. Suara Riyan menggema diseluruh penjuru. Hampir semua anak maju kedepan panggung untuk menyaksikan Simpel dari dekat.
"Masih mau aku nyanyi??" teriak Riyan diatas panggung.
"Masih mau Simpel tampil???" tanyanya membakar semangat.
"Masih!!" teriak para gadis murid SMK. Musik pun kembali dimainkan. Tika sudah berteriak histeris dari tadi. Dia menempel di depan panggung. Aku tak tahu suara Riyan sebagus itu. Aku hanya tahu dia anggota band dulu. Tak tahu juga dia vokalisnya. Dengan kaos putih dan celana jeans saja ketampanannya berkali lipat. Apalagi dengan gitar yang tersandang dibahunya. What the fu ck dilihat dari manapun dia memukau.
Keramaian di depan panggung semakin memuncak. Aku merasa sesak hingga mengalah menyaksikan Simpel dari jauh. Duduk di teras kelas yang menghadap panggung.
"Lagu terakhir adalah lagu kolaborasi saya sebagai pencipta melodi dengan seseorang yang begitu unik, sepesial dan berkilau dengan caranya....." kata Riyan sebelum menyanyikan lagu pamungkasnya. Teriakan histeris semakin terdengar. Dari siswa siswa sekolah yang mayoritas perempuan.
Liriknya kukenal. Yaa seburuk apapun ingatanku aku tetap tahu itu puisi ciptaanku. Riyan mencampurkan melody lembut dipuisi itu. Jadi yang unik, sepesial dan berkilau itu aku. Haaaahhhhh untung blush on yang kukenakan waktu drama masih ada di wajahku. Jadi aku malu malu kucing pun tak terlihat. Lagian siapa yang menyadari maluku. Didepan sana ada suguhan Simpel dengan sejuta pesonanya. Lebih menarik melihat itu dari pada perempuan bekacamata dengan wajah acak acakan.
Aku sudah didalam angkot saat hpku berbunyi 'Hai, gimana penampilanku tadi?' Pesan masuk dihpku. Tentu saja dari si vokalis yang sudah di pastikan namanya akan di bicarakan banyak orang disekolahku. Beberapa hari kedepan gosip tentang Simpel pasti trending disekolah.
'Lumayan, tidak buruk' ketikku cepat.
'Lain kali kita bikin lagu lagi yaa. Liriknya kamu, melodinya aku. Oke'. Aku tahu itu bukan tawaran yang butuh jawaban iya atau tidak. Itu keinginan yang harus aku turuti.
Benar dugaanku. Pagi hari Tika dan teman sekelasku lainnya sibuk membicarakan Simpel. Terutama vokalisnya. Tika dengan bangganya berkata bahwa dia mengenal Riyan. Bahkan punya nomer hpnya. Banyak teman yang memohon untuk membagikannya.
"Sampai mati pun akan ku simpan sendiri!!" katanya ketus sambil terus memfoto copy PR dari LKSku ke LKSnya.
"Pelit ihhh Tika!!" protes temanku. Aku tersenyum. Sepertinya ide bagus menjual nomer Riyan hahahaha. Tapi tentu saja itu hanya pemikiran. Aku gak sampai hati melakukannya.
Tika adalah teman semejaku. Kami semakin dekat karena berasal dari SMP yang sama. Luntang lantung bersama saat awal masuk sekolah ini. Masalah PR dan pelajaran apapun dia bisa mengandalkanku. Aku tak masalah memberikannya contekan sepanjang waktu. Bagiku semakin banyak yang menyontek bukuku semakin baik. Mereka akan tergantung denganku. Berkuranglah sainganku untuk mendapat juara. Karena meraka terbiasa mengandalakanku. Bukan berfikir dengan otak mereka sendiri. Kejam? Yaa mungkin aku sekejam itu. Kejam yang tidak disadari teman temanku. Bagi meraka aku baik hati. Hahahaha.... Trik itu sudah kulakukan sejak dulu di SMP. Hasilnya bagus, berkuranglah sainganku untuk dapat juara kelas.
Aku makan dikantin sama Tika dan beberapa teman.
"Riyan kemarin keren yaa..." kata Tika. Ditanggapi antusias oleh teman temanku yang lain. Tepok jidat masih belum move on.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
MAY.s
Hem... pinter kali curi² kesempatan
2023-02-15
0
Wanda Revano
uhhhh kk bkin aku inget msa skolah dlu tau gak.cuma bedanya dulu pcrku pemain dram bukan dibagian vocal.ih gemes pen nyubit kk authornya krena dah bkin senyum2 sndri keinget msa2 sekolah😁😊😬
2023-01-20
1