Dua minggu setelah sweet seventeen yang berkesan, aku masih seperti orang gila kalau memikirkannya. Senyam senyum gak jelas. Gelangnya kini manis di tanganku. Entah kenapa membuatku semangat menjalani hari hariku.
Aku dikirim lomba mewakili sekolah. Dua lomba sekaligus. Rumpun bahasa yang artinya aku akan mengerjakan tiga soal berbeda dari tiga bahasa berbeda. Indonesia, inggris, dan bahasa jawa. Yang kedua mendongeng, mirip lomba sinopsis yang pernah ku ikuti waktu SMP. Tapi yang ini lebih mudah karena hanya beberapa lembar yang harus di hafal. Bukan satu buku full.
Teman temanku memberiku semangat. Aku berlatih sebelan sebelum hari H. Benar benar melelahkan. Ratusan soal menjadi try out untuk lomba rumpun bahasa. Kemudian minimal dua jam aku harus menghafalkan dongeng yang aku pilih. Memperbaiki kata yang salah, intonasi yang kurang, dan masih banyak lagi. Riyan juga mendukung, meski hanya lewat pesan. Karena Simpel juga mulai berkembang. Mereka akan ke Jakarta untuk rekaman lagu pertamanya. Good jobs!! Kami sama sama berjuang di bidang kami masing masing.
Hari perlombaan pun tiba. Seperti biasa tanganku tak berhenti bergetar. Aku menenangkannya dengan memegangi ujung jas berlogo sekolahku. Satu mobil itu ada dua guru, aku, dan band kecil anak kelas satu. Mereka akan memusikalisasi puisi milik Chairil Anwar. Menantang juga. Kami sempat latihan bersama. Mirip aku dan Riyan. Aku membuat puisinya, Riyan membuat nadanya.
Ternyata tempat perlombaan disekolah Re, tapi aku tak berhasil menemukannya. Lagi pula aku sibuk persiapan dan terlalu gugup untuk mencari dimana Re.
Perlombaan berlangsung. Aku mengerjakan soal rumpun bahasa dulu. Baru lomba mendongeng. Pengumuman pemenang lomba tiba. Aku kalah dirumpun bahasa, tapi juara dua untuk lomba mendongeng. Penyerahan piala pun terjadi di aula sekolah itu. Aku melompat gembira karena dua hal. Aku juara dan anak kelas satu mendapat juara pertama lomba musikalisasi puisi. Waaaaa membahagiakan. Kami pulang beriringan. Membopong piala kami masing masing.
Tiba tiba ada yang nyeletuk.
"Maaf mbak mbak juara, boleh minta foto?" rombongan kami menoleh. Ternyata Re yang sudah siap dengan hp di tangannya.
"Waah sepertinya kalian dapat fans anak anak," kata guru kami. Kami berfoto sambil mengangkat piala kami tinggi tinggi. Kemudian Re memoto anak kelas satu. Dia juga memfoto aku dengan pialaku.
"Aku akan mencetak ini untuk Riyan, dia pasti akan senang. Good job princess," kata Re sebelum kami berpisah.
Selebrasi kecil dilakukan oleh teman temanku. Mereka minta traktir. Aku dapat beberapa lembar uang merah hasil juara. Oke, gak masalah kalau buat nraktir mereka di kantin sekolah. Hahaha. Aku juga menraktir keluargaku. Itu pertama kali aku menraktir keluargaku bukan uang hasil pemberian. Seperti hasil dari kerja kerasku. Rasanya membanggakan, dan aku ingin melakukannya lagi nanti.
Akhri pekan tiba. Kata Riyan ia sudah tiba di Jakarta. Saatnya dia yang berjuang. Aku yakin Simpel akan sukses. Mereka latihan hampir tiap hari. Ada atau tidak jadwal manggung. Apalagi didukung finasial dari semua personel yang berkantong tebal. Modal ada, kemauan ada, kerja keras ada. Tinggal menunggu ketentuan Tuhan yang disebut keberuntungan untuk nasib baik.
'Aku akan membawa fotomu dari sekolah Re.'
Pesan dari Riyan
'Untuk apa?' balasku.
'Untuk semangatku. Aku yakin tidak akan membuat malu gadis juara mendongeng' pesannya. Aku tertawa. Ada ada saja.
***
Seminggu berlalu. Riyan jarang memberiku kabar. Dia sibuk dengan kegiatannya di Jakarta. Minggu kugunakan untuk bersantai, menonton kartun favorit dari Sinchan sampai Doraemon. Itu saja sudah cukup mengusir kebosanan harus belajar terus selama seminggu. Ayahku katanya ada janji dengan temannya. Dia berangkat sendiri walau dengan omelan Ibu. Ibuku tidak pernah suka ayahku pergi sendiri. Dimana pun kapanpun dia ingin ikut.
Ayah pulang siang saat aku tidur siang. Aku mendengar suara motornya. Aku tidur di ruang tamu. Kemudian dia bicara agak serius dengan ibu. Nadanya agak meninggi. Tapi aku kurang jelas mereka bicara apa, mereka bicara di kamar hanya berdua. Tapi itu membuatku penasaran dan tidak melanjutkan tidur siang.
Mereka keluar kamar dan melihatku terjaga.
"Kamu sudah bangun?" tanya Ibu. Aku mengangguk ibu duduk di sampingku.
"Boleh Ayah pinjam hpmu?" tanya ayah. Tangannya sudah menggantung diudara. Aku menyerahkan hpku yang ada disofa.
"Dengar nak, apa kamu pernah melakukan hal tidak baik bersama Riyan?" tanya Ibu. Hal tidak baik? Apa? Aku justru teringat ciuman kami. Tapi aku menggeleng. Sambil memegang gelang pemberian Riyan. Ada yang salah dengan Riyan??
"Kami hanya berteman Bu, mengantar jemput aku pulang kan. Lalu waktu PKL juga," kataku.
"Bukan hal seperti itu! Hal tidak baik misalnya minum obat, menghisap bubuk yang dipanaskan dengan botol, atau merokok gan ja," kata Ayah gusar.
"Atau mungkin kau pernah diminta mengirim paket yang kamu sendiri tidak tahu isinya.... si al an!!!! Kenapa dia yang jadi pacarmu nak!!!!! Kenapa harus dia!!!!" ayah membanting hpku dan berkata dengan penuh penyesalan. Hpku buyar. Sim cardnya terlepas dari hp. Aku kaget dan berusaha mengambilnya. Tapi kalah cepat dari gerakan Ayah. Beliau mengambil dan mematahkannya.
"Mulai sekarang jangan pernah berhubungan atau pergi dengan Riyan. Bertemu muka saja tidak boleh!! Mengerti? Kalau kamu berani melawan Ayah akan kirim kamu ketempat yang jauh. Mengerti!!!" ayah pergi kekamarnya. Aku menangis. Ibu memelukku.
"Kenapa Bu, ada apa dengan Riyan? Bukankah dia baik?" tanyaku sesenggukan.
"Tidak nak, dia tidak baik........"
Ibu menceritakan kalau tadi Ayah bertemu teman lamanya. Teman saat Ayah muda. Teman Ayah saat Beliau jadi anak nakal. Temannya itu kaya raya sekarang, tapi bukan dari bisnis yang halal. Dia menjadi bandar narkoba dan obat obat terlarang. Itu Ayah dengar sendiri dari mulutnya....
Flash back on......
"Kau kerja apa sekarang Har? Berapa anakmu sekarang?" tanya seorang teman dengan penampilan mewah.
"Jadi PNS. Anakku tiga perempuan semua. Yang paling kecil baru saja dapat piala saat lomba bahasa kemarin," jawab Har.
"Tiga perempuan semua? Kenapa tidak punya anak laki laki?" tanya sang teman.
"Aku justru suka. Aku gak mau punya anak laki laki kalau nakalnya sama kaya kita dulu. Hahahaha pusing, pusing orang tuanya," kata Har. Teman Har pun ikut tertawa. Saat itu datang mendekat seorang bocah laki laki yang sangat dikenal oleh Har. Mereka sama terkejutnya.
"Naaahhh ini anak laki lakiku satu satunya. Dia yang akan meneruskan bisnis kecil kecilanku. Dia sudah ku didik kuat sejak kecil. Riyan namanya. Sana salim sama pakde Har," kata teman sambil menepuk nepuk punggung anaknya dengan bangga. Si anak menuruti keinginan ayahnya. Ia mencium tangan Har dengan sopan.
"Kau akan kesulitan mencari mantu Har kalau anakmu tiga perempuan semua," kata teman Har
"Tentu, tentu aku akan kesulitan. Aku akan mencari mantu yang baik. Bahkan pacar yang baik," kata Har menyembunyikan geram dalam suaranya.
"Jangan ambil dari orang orang seperti kita. Nanti anakmu patah hati. Hahahaha," si teman sangat senang ketemu sohibnya di masa muda. Tidak menyadari kalau dua orang yang duduk bersamanya saling pandang dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Tentu tidak, aku tidak akan membiarkan orang seperti kita dekat dengan anak perempuanku... Melihatnya pun tidak," kata Har sambil menatap lurus ke arah bocah laki laki disamping temannya. Bocah laki laki itu juga menatap lurus kearahnya. Har mengambil rokok yang ada dimeja. Api dinyalakan oleh temannya. Asap putih mengepul diantara mereka.
"Kau tahu Yan. Dulu kami sering terlibat kejahatan jalanan. Ayah pakde Har ini seorang polisi. Beliau yang selalu membereskan masalah kami. Apa kabar beliau Har?" tanya Sang Teman.
"Sudah meninggal. Saat anak ragilku SD," jawab Har sambil terus menatap Riyan. Yang ditatap seperti tak gentar. Ia mengambil rokok dan menyalakannya sendiri.
"Sekarang kalau keluargamu ada masalah panggil aku atau anakku Har. Kami memang bukan polisi, tapi ada beberapa polisi yang sanggup kami beli," kata teman Har.
Har mengangguk angguk sambil terus menghisap rokoknya. Riyan juga sama. Mereka berdua sedang pusing memikirkan gadis yang sama.
flash back off
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
MAY.s
Jan bilang bapaknya Ryan temennya bosambo😁
2023-03-14
1