Motor melaju sedang. Memecah keramaian anak anak seusia kami pulang. Dia sedikit berteriak agar suaranya terdengar olehku. Suaranya terbawa angin hingga samar terdengar ditelingaku.
"Majukan dudukmu! Kalau gini kita mirip orang cerewet dan orang tuli lagi ngobrol!" teriaknya diantara riuh jalan raya siang itu. Aku tertawa kemudian memajukan dudukku. Tiba tiba Dia menarik tanganku. Melingkarkan tanganku dipinggangnya.
"Pegangan! Nanti jatuh!" perintahnya lagi. Tanganku erat memeluk pinggangnya. Detak jantungku berubah irama seolah mendobrak dadaku. Aroma parfumnya masih sama. Menguar memenuhi hidungku. Aroma segar dan maskulin. Astaga.... kenapa rasanya malu, senang, deg degan jadi satu. Aku ini kenapa yaa.. cuma dibonceng, tapi uforia di dadaku mirip mau lomba dikirim sekolah.... hahaha.... bodoh.
Siksaan terhadap jantungku belum berhenti. Di lampu merah ia meletakkan tangannya agak kebelakang. Otomatis mengenai pahaku yang setengah terbuka karena memakai rok. Geli... saat tangannya separuh mengenai kulit pahaku. Aku ingin menepisnya, tapi juga tertantang untuk menikmatinya. Semakin kencang jantungku berdetak.
"Kamu lapar?" tanyanya sambil menoleh kebelakang. Jarak wajah kami begitu dekat. Nafasnya bau wangi khas permen mint. Sepertinya Dia baru saja mengunyah permen. Aku gugup. Mau berkata tapi kelu. Bibirku bergetar, namun tak ada yang diucapkan. Dia tampan sekali kalau dari dekat begini. Wajahnya bersih, bibirnya indah, matanya yang jernih mengerjab seolah gerakan lambat dimataku. Juga lengkap dengan hidung runcing yang mancungnya kelewatan.
Dia tersenyum. Aku yakin kegugupanku terbaca olehnya. Aku mematung diam.
"Kita makan dulu yaa," katanya dengan tatapan intens. Jantungku.... jantungku masih amankah dia? Semoga belum melompat keluar dari tempatnya. Tin tin...... tin tiiiiinnn klakson dibelakang mengejutkan kami. Dia segera melajukan motornya. Motor yang kami tumpangi berhenti di sebuah tongkrongan gaul anak muda. Aku belum pernah datang ketempat ini. Selain karena cupu, juga ini tongkrongan untuk anak berkantong tebal. Uang saku yg cukup untuk beli soto dan es teh di kantin tak akan sanggup. Tongkrongan itu cukup ramai dengan siswa siswi modis yang bergerombol. Hp, tas, sepatu yang mereka kenakan bukan barang embyeh embyeh umumnya kebanyakan siswa SMA. Aku jadi minder minder gimana. Aku mengikuti Riyan yang berjalan santai dan duduk di sebuah kursi. Menuliskan menu yang sebelumnya ditanyakan padaku. Aku ngikut saja menu dia.
Dia memutar mutar kunci motornya sambil memandangku. Aku jadi salah tingkah sendiri.
"Apa?" tanyaku saat tidak nyaman dengan tatapannya.
"Kamu cantik. Masih cantik seperti yang dulu," katanya gombal akut.
"Cih, bicaramu membuatku mual," jawabku mengejek. Dia tertawa. Dua orang cewek menyapanya dengan ramah. Dua orang cewek dengan rok mini dan rambut lurus terawat yang tergerai. Dari seragam yang mereka kenakan Aku tahu mereka dari SMA swasta favorit dikota ini.
"Lagi sama siapa Yan?" tanya seorang cewek sambil menatapku dari atas kebawah.
"Gebetan baru," jawab Riyan santai.
"Seleramu berubah," katanya dengan tatapan sinis kearahku. Riyan tertawa.
"Pergilah, jangan ganggu kami atau kulaporkan sama mami," kata Riyan mengusir mereka. Merekapun pergi.
"Kamu anak mami yaa?" tanyaku saat dua cewek tadi pergi.
"Mamiku bukan sembarang mami. Dia galak dan suka menggigit," kata Riyan bercanda.
"Ihhh gak boleh gitu sama orang tua. Dosa," kataku mengingatkan. Dia tertawa.
"Dua cewek tadi temanmu?" tanyaku. Dia mengangguk.
"Bisa dibilang teman," jawab Riyan ambigu.
"Kamu cukup terkenal rupanya. Aku kira hanya terkenal di SMP kita aja," kataku.
"Kamu itu terlalu sibuk belajar sampai kurang gaul. Tapi gak papa. Harus ada anak pintar disekolah. Apa lagi anak pintar yang seperti kamu. Agar yang lain tidak capek capek belajar," katanya. Kali ini Aku yang tertawa.
Pesanan kami datang. Spagheti dengan keju bertumpuk tinggi diatasnya. Masih hangat mengepulkan asap. Juga dua gelas es yang berembun. Sepertinya enak. Kami makan dalam diam.
Dia menjelaskan PR Bahasa Inggrisnya. Rupanya hanya cerita tentang pengalaman lucu. Tidak sulit sebenarnya hanya membuat karangan kemudian di translate dalam Bahasa Inggris. Mudah sebenarnya, dikerjakan sendiri juga bisa. Mungkin Dia terlalu malas mengerjakannya.
"Tugasnya di kumpulkan minggu depan, jadi besok Senin tak ambil yaa. Nanti tak jemput lagi kaya sekarang, oke?" jelasnya dengan senyum manis.
"Gak usah jemput, aku bantuin ambil hari Senin. Nanti aku pulang sendiri," elakku. Bisa gak aman jantungku kalau berdekatan dengan dia lagi.
"Gak papa aku jemput kamukan buat tanda terimakasih," paksanya.
"Tanda terimakasihnya cukup ini aja dan nganterin aku pulang nanti," kataku sambil mengangkat segelas es bertabur cho cho chips yang sudah habis setengahnya.
"Kalau gitu aku maksa! Kalau kamu gak mau dijemput besok Senin, aku mau jemput kamu besok, sampai Senin depan," katanya setengah merajuk mirip anak kecil. Sayangnya kadar ganteng diwajahnya justru bertambah.
"Kamu mau aku dimarahin pacarmu? Dikira aku ngerebut Kamu dari dia nanti. Masak kamu gak jemput pacarmu malah jemputin aku," kataku.
"Pacar yang mana?" tanyanya santai sambil mengendikan bahu.
"Kepalamu habis kejedot? Sampai lupa pacar sendiri?" tanyaku sambil meringis.
"Siapa?" tanyanya balik seolah benar benar tak mengerti.
"Ya si Voni!!" kataku gamblan menyebut pacar yang dia gandeng kesana kesini waktu SMP. Cewek yang beberapa kali membuatku iri karena terus menempel padanya mirip premen karet.
"Udah putus. Aku putusin waktu kita lulus," katanya santai seolah sedang membicarakan harga krupuk di kantin.
"Kenapa....." tanyaku terputus.
"Aku sekarang jomblo. Nungguin kamu mau jadi pacarku," potongnya santai.
"Males!!!!" jawabku cepat sambil melengos. Padahal jantungku sudah berdesir. Dia tersenyum. Senyum tebar pesona yg paling memikat. Jujur Aku terpikat.
"Yakin??? Aku gak mau kamu jawab sekarang kok. Nanti nanti juga boleh. Yang penting Aku deket sama kamu aja dulu," katanya masih dengan senyum manis.
"Halah, uwis ayo mulih. (halah, sudah ayo pulang)," kataku beranjak. Lagi lagi agar mukaku tak terbaca ekspresinya. Aku malu dan senang luar biasa. Entah ini beneran atau bohongan, tapi ini pertama kalinya aku ditembak cowok.
Dia menarik tanganku agar kembali memeluk pinggangnya. Perjalanan berikutnya di isi dengan candaan khas anak sekolah. Tentang masa MOS nya yang tidak terlalu menyeramkan. Tentang sekolah barunya yang disiplin. Dia terus mengajakku bicara. Dia memang supel. Pembicaraan apa saja akan nyambung dan menyenangkan.
Aku memintanya berhenti di depan gang rumahku.
"Aku takut ketahuan orang rumah diantar cowok," kataku padanya. Dia oke oke saja. Menanggapi dengan santai. Kami berpisah dengan aroma parfumya menempel di kemeja sragamku dan.....pegel di pinggangku karena harus setengah jongkok setengah nemplok selama perjalanan pulang. Perasaanku berbunga bunga hanya dengan menciumi bekas parfumnya yang menempel. Aku jadi enggan mencuci baju seragamku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
Astri kurniasari
kasian mamanya rian apakah di novel ini kebuka knapa lilis bisa ninggalin suaminya...
2024-03-28
1
MAY.s
Kenapa di bintangin, kn jadi kepo🤔
2023-01-20
1
MAY.s
Hmm... Modus cowok mah sering gitu 😄
2023-01-20
1