Aku menangis juga. Tak menyangka Tika seburuk itu. Bukankah dia selalu niat banget jodoh jodohin aku sama Riyan? Kenapa sekarang malah dia seperti makan pacar teman. Apa mungkin karena aku juga yang selalu bungkam. Seolah olah aku gak suka sama Riyan dan Riyan masih mengejar ngejar aku? Tapi.... harusnya dia hafal aku. Harusnya dia juga tau aku suka cowok berengsek ini.
Aku memukul dada Riyan. Dia diam saja. Malah mengeratkan pelukannya. Aku mendongak menatap dia.
"Trus tadi ngapain?" tanyaku masih sesenggukan. Aku mau melepaskan pelukan, tapi dia mengunci tubuhku.
"Yakin mau tahu?" tanyanya setengah berbisik. Aku mengangguk. Dia kembali meletakkan kepalaku di dadanya.
"Dia minta ketemu. Aku juga ada perlu dengannya. Saat pulang dia....... Eh.... Maaf.... merogohi kem alu anku dari belakang. Aku sudah hampir meninggalkan dia di jalan. Kalau saja aku gak ingat dia itu temanmu. Aku sempat memakinya tadi. Be re ng sek!!! balasannya dia tidak lagi menghide kamu di wall fbnya."
"Dia masih meng hide kok. Aku tahu dari fbnya Septy," kataku sambil mendongak menatap matanya. Mencari kebohongan dari semua penjelasannya. Kami bertatapan sangat dekat.
"Apa aku bisa mempercayaimu?" lanjutku
"Aku mau bersumpah atas nama apapun," katanya sambil melihat mataku. Kemudian dia menciumku. Awalnya lembut. Lama lama semakin menuntut. Lidahnya lincah menari di rongga mulutku. Kami berhenti saat aku kehabisan nafas.
"Bernafas sayang, bernafas. Belum ada sejarahnya mati karena ciuman. Kau tidak ingin mengukir sejarah itu kan?" katanya sambil nyengingis. Kucubit perutnya agar dia semakin meringis.
Aku ingat percakapan kami dulu. Dia ingin mengambil Riyan dariku, kalau aku tak segera berpacaran dengannya. Yaaa benar juga, dia kira kami hanya saling kejar tidak seperti ini. Dia memang agak nekat masalah cinta. Dulu waktu SMP aku ingat dia pernah membuat geger di sekolah gara gara di putusin pacarnya. Mau lompat dari jendela sekolah dan bawa silet untuk rautan pensil kalau gak salah. Dulu aku gak terlalu dekat dengannya di SMP.
Riyan masih memelukku. Dia kini bersandar di pundakku. Satu tangannya menggelayut di pinggang. Satu tangannya menyibak rambutku yang jatuh kedepan. Tiba tiba dia mengecup leherku. Kecupan keras seperti dengan gigitan atau sejenisnya. Aku berteriak tapi yang keluar erangan. Dia melepaskan pelukannya. Meminum air dari kulkas kecilnya. Menghabiskan satu botol penuh. Mukanya merah padam aneh. Kemudian permisi ketoilet.
Aku rasa benar Riyan tidak tertarik dengannya. Toh kalau tertarik mau apa? Bukankah berkali kali aku diselingkuhi? Di selingkuhi? Memang apa hubungan kami? Cuma temankan? Yaaa selama ini kami memproklamirkan hubungan hanya teman. Yang salah bukan hanya Tika, tapi hubungan yang tidak jelas ini juga. Lagi pulaaaa.... dengan pede masih bisa kukatakan aku berani bersaing secara fisik dengan Tika. Kalau Riyan memilih Tika, mungkin ada yang salah dengan matanya.
Lama aku bermonolog, tapi Riyan tak kunjung keluar dari kamar mandi. Apa dia sakit perut? Aku berjalan mengitari kamar, berhenti di meja rias mini. Ada parfum, pelembab wajah, deodorant, hand body, minyak rambut dalam bentuk gel, dan masih banyak lagi botol botol perawatan kulit. Pantas saja dia selalu tampil klimis dan wangi. Perawatannya saja melebihi perwatan kulitku. Ternyata dia pakai parfum mahal. Pantas saja harumnya tahan lama. Aku membuka parfum itu. Kusemprotkan sedikit ke tanganku. Wanginya....... sudah melekat menjadi ciri khas Riyan. Seperti wangi yang cocok menggambarkan dia. Bebas, buaya, cerdik, lembut. Ahhh, atau mungkin aku yang lebay karena suka padanya.
Aku melihat ke cermin. Ada bekas merah di leherku. Seperti baru di gigit serangga. Tiba tiba ada rasa yang aneh memenuhi tubuhku. Merinding disko gak jelas, saat mengingat Riyan melakukannya. Aku menutup krah bajuku. Tanda itu ada di samping agak depan. Sepertinya tidak akan terlihat jika tidak di perhatikan dengan seksama.
Pintu kamar mandi terbuka. Rupanya dia mandi sekalian. Ada tetesan air dari rambutnya. Dia juga menganti seluruh baju dan celananya.
"Apa kau sakit perut dan e ek di celana? Sampai mandi dan lama sekali?" tanyaku. Dia melihatku dan tertawa.
"Percayalah kau tak akan ingin tahu apa yang kulakukan di kamar mandi," katanya.
"Memangnya kenapa? Kau benar e ek dicelana?" tanyaku sedikit heran. Dia tertawa saja.
"Apa perut mu sakit?" lanjutku sedikit khawatir.
"Tidak, tidak, ada yang sakit tapi bukan perutku. Ayo pulang. Untung orang rumahmu percaya padaku jadi tak masalah mengantarkanmu sedikit terlambat," katanya sambil merangkul pundakku. Kami berjalan dengan berangkulan menuju garasi.
Rumahnya benar sepi. Aku hanya melihat satu pembantu di dekat tangga. Juga satpam depan.
"Kemana Mami?" tanyaku
"Entahlah. Dia menghilang dan datang dengan cepat," katanya santai.
"Lalu ayahmu?"
"Dia lebih sering ke luar kota. Sesekali mampir kesini. Kenapa? Kau ingin lebih akrab dengan calon mertua?" tanyanya. Aku tertawa mendengarnya.
"Mertua yaa, kita masih anak anak Yan, jalan kita masih panjang. Lulus juga belum. Memang kau yakin mau memperistri aku?" kataku sambil tertawa.
"Kalau aku boleh memilih aku ingin bersamamu selamanya. Hanya kamu yang membuatku berdebar. Hanya kamu yang ingin aku lindungi selamanya. Meski dengan tanganku yang kotor," ktanya sambil membuka pintu mobil dan masuk. Aku tersentuh dengan kata katanya.
"Aku agak trauma dengan pencabulan diatas motor. Jadi sementara pakai mobil dulu," katanya saat aku ikut masuk dan duduk di kursi penumpang depan. Aku tertawa.
"Memang bisa ya pegang pegang itu diatas motor?" tanyaku.
"Bisa lah, malah sering orang ngelakuin. Tapi ya atas dasar suka sama suka. Bukan atas dasar kegatelan yang maksa. Kamu mau praktek? Tapi kalau mau praktek denganku, aku gak janji bisa berhenti sampai disitu," katanya. Aku geleng geleng kepala mantap.
"Ciuman saja sudah cukup buat saat ini. Aku gak mau nge rusak apa pun. Belum waktunya," kataku.
"Bagus, aku juga gak mau nge rusak kamu. Biar aku yang bobrok, kamu jangan."
"Kamu pernah tidur dengan berapa cewek?" tanyaku.
"Yakin mau tahu? Nanti cemburu," jawabnya. Aku diam. Ada sisi buruk Riyan yang tak ingin sama sekali aku mengetahuinya. Terserahlah yang penting dia baik padaku.
"Kau akan minta kejelasan sama Tika?" tanya Riyan setelah hening lama.
"Tidak, biarkan saja. Asal kau tidak menanggapinya. Lagi pula kalau kau menanggapinya, ada yang salah dengan matamu. Aku lebih baik dari segi wajah, body, dan otak. Dia hanya suka dengan apa yang aku sukai. Nasib foto copy dan aslinya," kataku.
Riyan menepuk pahanya dengan tangan kiri sebagai ganti tepuk tangan.
"Wooo that's my girl Aku suka cara berpikirmu. Kenapa harus meributkan manusia receh yang setingkat di bawah kita. Dia hanya mendongak, mengomentari kita sambil meneteskan air liur. Berkhayal untuk jadi kita. That's my girl. You are my girl," katanya sambil mencium tanganku.
Perjalanan berikutnya diisi dengan canda tawa kami. Riyan berhenti disebuah mini market dan memesan kerak telor, kebab, martabak dan terang bulan bersamaan.
"Kau mau apa dengan makanan makanan ini?" tanyaku bingung.
"Aku butuh alasan karena mengantarmu pulang terlambat. Mereka jadi alasan dan sekaligus membikin orang tua mu shok, jadi tidak bertanya macam macam lagi," katanya santai.
"Dasar picik," kataku spontan. Dia tertawa
"Ku anggap itu pujian."
Benar saja. Sampai rumah ayah ibuku shock dengan bermacam oleh oleh yang di bawa Riyan. "Saya bingung mau cari oleh oleh apa. Jadi saya beli semuanya ternyata beli semuanya butuh waktu yang lama. Maaf terlambat mengantar Putri pulang," katanya santai. Orang tuaku tertawa dan memakluminya. Buaya...... buaya susah dilawan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
MAY.s
Permisi ke toilet untuk bersolo karier, Put🤭
2023-03-13
1