Carol merasa sangat bersyukur karena dia bisa melahirkan secara normal, walaupun sempat mengalami pendarahan hebat.
Namun, dia merasa sangat sedih karena ternyata bayi yang dia lahirkan terlihat diam saja. Dia tidak bergerak bahkan tidak bersuara, hatinya terasa sangat sakit.
Sembilan bulan dia mengandung bayi itu, tapi bayi yang dia lahirkan malah diam saja. Rasa sakit selepas melahirkan tidak terasa, karena hatinya lebih sakit saat melihat bayinya kini sedang ditangani oleh dokter.
Dia menangis meratapi nasibnya yang benar-benar sungguh luar biasa, ternyata Tuhan begitu baik sehingga menguji dirinya dengan ujian yang begitu bertubi-tubi.
"Mom mohon, bangunlah, Sayang." Carol menutupi bibirnya dengan kedua tangannya, dia menangis tanpa suara. Hanya tubuhnya yang terlihat bergetar hebat.
Dia terus saja memperhatikan apa yang sedang dilakukan oleh dokter dan juga beberapa perawat terhadap bayi yang dia lahirkan, bayi yang seakan enggan untuk bernapas dan untuk bersitatap mata dengan dirinya.
Tidak lama kemudian, bayi mungil itu nampak bergerak. Laku, terdengar suara tangisan yang begitu kencang dari bibir mungil itu setelah dokter melakukan tindakan terhadap bayi yang Carol lahirkan.
Carol terlihat bisa bernapas dengan lega, bahkan dia tertawa di sela isak tangisnya. Sungguh dia merasa sangat bahagia kala melihat bayinya kini bisa bersuara dengan sangat kencang.
Walaupun bayinya itu terlahir bukan karena hubungan penuh cinta yang dia jalani dengan ayah dari sang bayi, tapi Carol senang.
"Selamat, Nyonya. Bayi anda berjenis kelamin laki-laki," kata Dokter yang membawa bayi yang baru saja Carol lahirkan itu.
"Terima kasih," kata Carol dengan air mata yang terus berlinang di kedua pipinya.
Dia begitu merasa bahagia karena Tuhan mengirimkan bayi laki-laki yang begitu tampan kepada dirinya, dia merasa jika sejak saat ini dia tidak lagi sendirian lagi.
Dengan cepat dokter yang sudah membersihkan tubuh bayi mungil itu menengkurapkan bayi mungil itu di atas dada Carol.
Carol tersenyum kala melihat putranya mencari sumber makanannya, satu hal yang membuat Carol terdiam.
Wajah putranya dirasa begitu mirip dengan pria muda asal tanah air yang berprofesi sebagai pengusaha, pria yang selalu dia kagumi selama ini.
"Ya Tuhan, kenapa wajah kamu mirip sekali dengan dia? Apa mungkin karena Mom terlalu mengidolakan lelaki itu?" kata Carol seraya tertawa.
Dia merasa lucu karena selama sembilan bulan ini dia begitu mengagumi sosok pria tampan yang berasal dari tanah air, pria yang selalu menjadi penyemangat untuk dirinya.
Karena pria itu Carol bisa selalu bersemangat dalam menimba ilmu, karena Carol ingin sekali menjadi pengusaha yang sukses sama seperti pria itu.
"Gue sering mendengar pepatah, katanya jangan pernah membenci orang karena bayi yang ada dalam kandungan kamu akan mirip dengannya. Tapi, aku mengidolakannya. Kenapa kamu malah begitu dengannya?" tanya Carol.
Carol terlihat menatap wajah putranya dengan penuh bangga, karena dia bisa melahirkan dengan normal.
Dia juga merasa bangga karena bisa bertahan mengandung putranya, padahal dia sangat sadar jika bayi yang kemarin berada di dalam kandungannya adalah hasil dari perbuatan bejat pria yang tidak dia kenal.
Dia usap puncak kepala putrnya dengan sangat pelan sekali, hal itu dilakukan agar tidak menyakiti putranya itu.
"Ehm, maaf, Nyona. Apa suami anda tidak di ajak untuk masuk?" tanya Dokter.
"Suami?" tanya Carol dengan dahi yang mengernyit heran.
"Tuan Andrew, sejak tadi dia menunggu di luar." Dokter itu nampak menjelaskan.
"Oh, nanti saja kalau sudah di ruang perawatan," jawab Carol enggan.
Dia sangat paham jika Andrew pasti begitu khawatir terhadap dirinya, bahkan pria itu rela meninggalkan kuliahnya demi dirinya.
Padahal Andrew sedang mengerjakan masa kuliah terakhirnya, Carol terlihat menghela napas berat. Karena walau bagaimanapun juga dia berhutang banyak kepada Andrew, selama ini Andrew selalu perhatian kepada dirinya.
Dia sangat paham jika Andrew sangat menyukai dirinya, tapi bukan berarti dia akan menjadikan Andrew sebagai seorang kekasih atau calon dari ayah putranya.
Karena walaupun Andrew sangat baik terhadap dirinya, entah kenapa Carol tidak pernah menyukai pria itu.
Dia hanya menganggap pria itu sebatas sahabat, itulah yang selalu Carol rasakan terhadap Andrew.
Satu jam kemudian.
Carol sudah dipindahkan ke ruang perawatan, dia terlihat sedang mengistirahatkan tubuhnya yang terasa sangat lemah setelah melahirkan.
Andrew yang sejak tadi setia menunggu di luar langsung masuk ke dalam ruang perawatan mikik Carol, kemudian dia menyimpan satu kantong plastik makanan untuk Carol di atas nakas.
Lalu, dia terlihat duduk di bangku tunggu. Dia tetap wajah Carol dengan lekat, dia tetap wajah wanita yang selama ini dia sukai itu.
"Bagaimana keadaan elu, sudah lebih baik?" tanya Andrew.
Andrew menatap ke arah Carol dengan raut wajah khawatir, dia masih mengingat saat Carol yang menjerit saat akan melahirkan. Wajahnya pucat dan dia terlihat begitu kesakitan.
"Sudah, dong. Gue udah mendingan," jawab Carol.
Rasa sakit yang Carol alami berganti dengan rasa bahagia yang menyeruak ke dalam hatinya, apalagi saat melihat wajah tampan putranya. Rasa sakitnya terasa menguap entah ke mana.
"Lalu, bagaimana dengan keadaan bayi yang elu lahirkan?" tanya Andrew lagi.
"Dia sehat, puji Tuhan dia sangat sehat. Padahal gue sempat putus asa karena dia tidak bergerak dan tidak bernapas," kata Carol dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
Netranya terus memandang ke arah box bayi yang terdapat putranya dia sana, bayi. mungil itu sedang tertidur dengan lelap setelah puas menyusu.
"Elu jangan nangis, gue yakin elu bukan cewek cengeng. Gue tahu elu itu cewek yang kuat," kata Andrew berusaha untuk menguatkan hati Carol.
Mendengar apa yang dikatakan oleh Andrew, Carol terlihat mengusap air matanya yang mengalir di kedua pipinya. Dia juga tidak tahu kenapa dia malah mellow seperti itu.
"Atau mungkin, elu nangis karena ngga ditemenin sama bapaknya tuh bayi?" tanya Andrew seraya terkekeh.
Carol langsung memelototkan matanya ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Andrew, bukan seperti itu, pikirnya.
Namun, tetap saja dia merasakan sedih ketika melihat putranya hampir kehilangan nyawa. Dia tidak mengharapkan akan ada pria yang datang untuk bertanggung jawab, dia hanya berharap semoga Tuhan memberikan kesehatan kepada dirinya. Agar dia bisa bekerja dan menjamin kehidupan putranya.
"Engga lucu!" seru Carol.
"Ngga usah teriak juga, nanti anak elu bangun, oiya. Anak elu cowok atau cewek?" tanya Andrew.
"Dia cowo, dia sangat tampan," kata Carol dengan wajah bangga mengatakan jika keturunannya berjenis kelamin laki-laki.
Andrew tersenyum, dia ikut senang kala melihat kebahagiaan di wajah Carol. Kemudian, dia berkata.
"Kalau elu butuh seorang pria untuk menjadi bapak dari bayi elu, gue siap!" kata Andrew tanpa basa-basi.
Carol terdiam, matanya yang sejak tadi memandang putranya yang berada di dalam box bayi kini beralih kepada wajah Andrew yang menatapnya dengan penuh harap.
****
Selamat sore kesayangan, akhirnya dua puluh bab dalam waktu satu minggu terealisasikan. Terima kasih untuk dukungan kalian, jangan lupa untuk selalu tinggalkan jejak komentar dan juga likenya, sayang kalian semua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
💋ShasaVinta💋
Terus terang, jelas, gak bertele-tela… mantap lu ndreew…..
2022-11-08
1
💋ShasaVinta💋
Yah krn emang itu bapaknya
2022-11-08
1
💋ShasaVinta💋
Syukurlah….
2022-11-08
1