Jonathan terlihat begitu kesakitan, dia memegang perut bagian bawahnya dengan tangan kanannya. Sedangkan tangan kirinya terlihat mengelusi pinggangnya.
"Ouch Tuhan! Ini sangat sakit, ada apa ini?" tanya Jonathan.
Jonathan merasa jika tulang-tulang di tubuhnya seakan terlepas, lututnya terasa lemas. Wajahnya bahkan terlihat memucat, dia merasakan kesakitan yang luar biasa.
"Hastaga! Ouch!" teriak Jonathan ketika dia merasakan jika di dalam perutnya terasa seperti ada benda yang bergerak.
Berlin yang mendengar teriakan putranya langsung masuk ke dalam kamar putranya itu, dia begitu kaget saat mendengar teriakan kesakitan dari bibir putranya.
"Boy! Ada apa?" tanya Berlin.
Dia langsung menghampiri Jonathan yang sedang meringkuk kesakitan, dia terlihat begitu khawatir saat melihat wajah pucat putranya.
"Ada apa sih? Kenapa kamu---"
"Sakit, Mom. Ini sangat sakit, sakit sekali. Perutku kaya ada orang di dalemnya, pinggangku juga panas banget, Mom." Jonathan berkata seperti orang yang hendak melepas nyawa.
"Ya Tuhan, Sayang. Kenapa kamu bertingkah seperti orang yang mau melahirkan?" tanya Berlin.
Jonathan yang sedang meraung kesakitan langsung terdiam, dia jadi teringat akan wanita yang pernah dia tiduri.
"Jo! Kamu kenapa?" tanya Berlin yang melihat putranya terdiam, tapi wajahnya terlihat lebih memucat
"Mom, aku pernah memerkosa seorang perempuan. Tapi--"
Belum sempat Jonathan menyelesaikan ucapannya, Berlin terlihat menampar wajah putranya.
Dia tidak pada menyangka jika putranya akan melakukan hal tersebut, padahal dia selalu mengajarkan putranya untuk menghargai perempuan.
Perempuan bukan kaum yang lemah, tapi perempuan selalu ingin dimengerti, disayangi dan dipuji.
Berlin selalu berkata jika Jonathan terlahir dari rahim seorang perempuan, maka dari itu jangan pernah menyakiti hati wanita mana pun.
Berlin terlihat menatap Jonathan dengan wajah yang begitu kecewa, Jonathan terlihat bersimpuh di kaki momnya. Lalu, dia pun berkata.
"Itu bukan salahku, Mom. Itu semua karena aku dijebak, aku berada dalam pengaruh obat perangsang sehingga aku melakukannya. Tolong jangan benci aku, Mom. Please jangan menjauhiku," kata Jonathan seraya memeluk erat pinggang momnya.
Berlin terdiam, dia paham juga itu adalah hal yang tidak baik. Namun, dia juga paham jika putranya melakukannya dalam keadaan yang tidak baik.
"Mom, jangan diam saja. Jangan marah, Mom.
Please, aku melakukannya tidak sengaja," kata Jonathan memelas.
Berlin terlihat bingung harus mengatakan apa, di satu sisi dia merasa senang karena putranya mau mengakui perbuatan jahatnya.
Namun, di satu sisi dia juga merasa kecewa karena putranya sudah menyakiti hati dan fisik seorang perempuan.
"Jadi selama ini kamu selalu merasa mual dan juga sakit kepala karena kamu telah melakukan hal itu? Dia hamil Jo?" tanya Berlin dengan tatapan mata yang jauh entah ke mana.
"Sepertinya begitu, Mom. Aku rasa wanita itu hamil dan aku ikut merasakannya," kata Jonathan dengan penuh kesadaran.
"Lalu, apakah mungkin hari ini wanita itu melahirkan?" tanya Berlin.
"Sepertinya bagitu," kata Jonathan lagi dengan raut wajah yang sedih.
"Apa kamu tidak pernah mencarinya?" tanya Berlin.
"Mencarinya, Mom. Aku terus mencarinya, tapi tidak pernah aku temukan," kata Jonathan dengan raut wajah sedih.
Jonathan terlihat menuntun Berlin untuk duduk di atas sofa, Berlin terlihat menuruti apa yang diinginkan oleh putranya tersebut.
Berbeda jangan Jonathan yang memilih untuk duduk di atas lantai, lalu dia menyadarkan kepalanya di paha ibunya tersebut.
Lalu, Jonathan pun mulai menceritakan bagaimana awal dia bisa meniduri Carol, Berlin terlihat mendengarkan putranya bercerita dengan tenang.
Walau bagaimanapun juga dia tidak bisa marah begitu saja terhadap putranya, karena kini dia tahu itu bukan sepenuhnya kesalahan dari Jonathan.
"Lalu, apa yang akan kamu lakukan, Jo?" tanya Berlin.
"Aku akan terus mencarinya, jika wanita itu melahirkan, itu artinya dia melahirkan keturunanku. Aku akan bertanggung jawab dan menikahinya, aku akan mengurus keturunanku dengan baik," jawab Jonathan.
"Kenapa wanita itu sulit untuk ditemukan?" tanya Berlin.
"Aku tidak paham, tapi dulu perempuan itu memakai baju pelayan," kata Jo tertunduk lesu.
"Apa mungkin wanita itu pergi ke luar negeri, Jo? Atau mungkin dia pulang ke kampung halamannya?" tanya Berlin.
"Aku tidak kepikiran, aku hanya selalu mencarinya di ibu kota," jawab Jonathan.
"Ck! Suruh Leo mencari wanita itu sampai ke pelosok, Mom tidak mau jika keturunan kamu akan terlantar." Berlin menatap tajam ke arah Jonathan.
"Yes, Mom," jawab Jonathan.
"Sekarang tengkurap, biar Mom mengoleskan minyak hangat. Biar pinggangnya terasa lebih baik," kata Berlin.
Jonathan yang sedari tadi bersimpuh terlihat berusaha untuk bangun, dia tersenyum kala rasa sakit yang dia rasakan sudah menghilang.
"Mom, sudah tidak sakit," kata Jonathan.
"Oh ya ampun, sepertinya dia sudah melahirkan," celetuk Berlin dengan raut wajah sedih.
Berlin melirik jam yang bertengger cantik di dinding, waktu menunjukkan pukul sembilan malam.
"Hari Selasa, tanggal dua puluh. Ingat itu, Jo. Sepertinya ini adalah tanggal kelahilar dari anak kamu," kata Berlin dengan lesu.
"Semoga mereka baik-baik saja," kata Jo.
"Hem, cepatlah mandi. Beristirahatlah, Mom pergi dulu," kata Berlin.
"Yes, Mom." Jonatahan bangun dan memeluk Mom'nya. "Maaf sudah mengecewakan," kata Jonathan tulus.
"Iya," jawab Berlin.
Berlin terlihat keluar dari dalam kamar putranya, dia ingin mengistirahatkan tubuhnya yang tiba-tiba saja terasa tidak baik.
Dia benar-benar merasa syok saat mengetahui apa yang sudah dilakukan oleh putranya, dia tidak menyangka.
Selepas kepergian Berlin, Jonathan terlihat masuk ke dalam kamar mandi. Dia langsung mengguyur tubuhnya dengan air hangat, dia berharap akan lebih tenang dalam kekhawatirannya.
Terus terang saja dia merasa khawatir dengan keadaan wanita yang sudah dia tiduri itu, dia juga khawatir dengan keadaan bayi yang sudah dilahirkan wanita itu.
"Semoga kalian baik-baik saja, maaf karena sampai saat ini aku belum bisa menemukan kalian," kata Jonathan.
Setelah melaksanakan ritual mandinya, Jonathan langsung memakai bajunya. Kemudian, dia masuk ke dalam ruang kerja miliknya.
Matanya tidak bisa terpejam, pada akhirnya dia memutuskan untuk mengambil tas memilih Carol. Lalu, dia melihat kembali isi yang ada di dalam tas tersebut.
Dia menatap satu set perhiasan milik Carol yang berada di dalam tas tersebut, dia mengambil kalung milik Carol.
Dia tersenyum kala melihat liontin dengan huruf C di kalung itu, dia juga tersenyum kala melihat satu gepok uang yang sampai saat ini masih dia simpan.
"Sepertinya kamu bukan orang biasa, karena tas ini menunjukkan dari mana kamu berasal. Pantas saja aku begitu susah menemukan kamu, tapi... kenapa malam itu kamu berpenampilan seperti seorang pelayan?" tanya Jonathan.
Mata Jonathan tiba-tiba saja memanas, entah kenapa dia merasa begitu sedih. Bahkan, tanpa di minta air mata itu luruh tanpa aba-aba.
"Kenapa tiba-tiba hatiku terasa sakit?" tanya Jonathan seraya memegangi dadanya.
****
Selamat siang kesayangan, selamat beraktifitas. Semoga kalian sehat selalu dan murah rezeky, sayang kalian selalu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
💋ShasaVinta💋
Jeng Berlin…. Aku padamu…. Dari dulu kek Jo cuthat ma momi nyaa
2022-11-08
1
💋ShasaVinta💋
Syukurlah karena Jo ini masih ada niat baik untuk mencari Carol
2022-11-08
1
💋ShasaVinta💋
Keren Jeng Berlin 😂😂 aku setujuuu padamu.
2022-11-08
1