Carol terlihat berusaha untuk memejamkan matanya, dia berharap jika dirinya akan cepat tidur dan saat bangun semuanya kembali normal.
Diana begitu perihatin saat melihat keadaan dari sahabatnya itu, dia tidak menyangka jika kemalangan akan terus menerus menimpa sahabatnya itu.
Dia masih merasa beruntung, walaupun dia yatim piatu, tapi kehidupannya berjalan dengan normal. Walaupun dia harus banting tulang demi menghidupi dirinya.
"Gue tidur duluan," kata Carol dengan matanya yang terpejam.
"Ya," jawab Diana.
Diana terlihat merapikan bekas makan mereka, kemudian dia memasukan makanan sisanya ke dalam lemari. Lumayan bisa buat sarapan pagi, pikirnya.
***
Pagi telah menjelang, Carol terbangun seraya memegangi kepalanya yang terasa berputar-putar. Semalaman dia tidak bisa tidur dengan nyenyak, karena memikirkan perutnya yang akan membesar jika dia benar-benar hamil.
"Ck! Kepala gue," keluh Carol.
Carol terlihat turun dari ranjang, kemudian dia mengambil tespek dan segera masuk ke dalam kamar mandi. Dia duduk di atas closet tertutup seraya menggenggam tespek di tangannya.
Cukup lama dia duduk di atas closet tertutup, matanya memandang langit-langit kamar mandi dengan pikiran yang jauh entah ke mana.
"Ya Tuhan, bagaimana jika gue hamil?" tanya Carol dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
Dia tidak tahu jika kehidupannya akan seperti apa setelah ini, dia tidak tahu jika dia mempunyai anak, apakah dia bisa mengurusi anaknya atau tidak.
"Guer harus kuat, bayi adalah mahkluk mungil yang lucu. Gue pasti bisa merawatnya dengan baik, gue pasti bisa," kata Carol berusaha untuk menguatkan hatinya.
Setelah berusaha untuk menguatkan dirinya, akhirnya Carol melakukan tes kehamilan secara mandiri.
Dia melakukan tes kehamilan sesuai dengan instruksi yang tertera jelas di kertas pembungkus'nya, dia melakukannya dengan rasa yang berkecamuk di dalam dadanya.
Sepuluh menit kemudian, dia melihat ada garis dua berwarna merah pada tespack yang dia genggam.
Perasaannya benar-benar campur aduk, antara sedih, kecewa, terluka dan merasa gagal menjadi seorang wanita karena tidak bisa menjaga mahkotanya.
Tidak ada rasa bahagia sama sekali, tapi dia juga tidak ingin melakukan dosa besar dengan membunuh anak yang berada di dalam kandungannya.
Air mata Carol terus saja mengalir dengan deras, tangannya terus mengelusi perutnya dengan lembut.
Tatapan matanya terlihat kosong, dia masih merasa jika dirinya kini berada di alam mimpi. Mimpi buruk yang sulit sekali untuk ditepis.
"Ya Tuhan, maaf. Seharuanya gie brsyukur karena gue diberikan anugerah yang luar biasa, terlepas dari bagaimana cara gue bisa hamil," kata Carol.
Hatinya terasa menghangat kala membayangkan dirinya akan ada yang memanggil mommy, padahal dia belum lama minta adik ke pada kedua orang tuanya.
Namun, saat ini malah dirinya yang positif mengandung. Itu artinya, dia akan melahirkan bayi mungil lucu yang akan memberikan keceriaan di dalam harinya.
"Gue pasti bisa ngurusin bayi yang ada di dalam rahim gue, gue pasti bisa!" kata Carol seraya terisak.
Sungguh kini dia sedang menangisi nasibnya yang dirasa kurang beruntung semenjak kebangkrutan sang ayah, padahal sejak dulu dia selalu mendapatkan apa pun yang dia inginkan.
Dia selalu mendapatkan kasih sayang yang begitu melimpah, tapi saat ini dia malah merasakan hidupnya benar-benar berada di titik terendah.
Dia merasa berada di titik terlemah, dia benar-benar merasa terpuruk. Namun, demi calon buah hatinya dia harus bisa bangkit.
"Semangat, Carol! Semangat! Elu pasti bisa, ingat ada janin di dalam kandungan elu," kata Carol berusaha untuk menyemangati dirinya sendiri.
Setelah merasa lebih tenang Carol langsung melaksanakan ritual mandi paginya, setelah itu dia memakai baju dan bersiap untuk pergi kuliah.
Namun, sebelum dia pergi tentu saja dia membangunkan Diana yang masih terlelap dalam tidurnya terlebih dahulu.
Carol sadar jika Diana tidur saat tengah malam tiba, karena menemani dirinya yang takut melakukan hal yang tidak-tidak.
Padahal, Carol masih merasa waras. Dia tidak akan melakukan hal yang merugikan dirinya sendiri, dia masih ingin mewujudkan cita-cita kedua orang tuanya.
Walaupun Carol seorang perempuan, dia ingin menjadi pengusaha sukses. Walau pada kenyataannya bukan meneruskan perusahaan milik keluarganya, tapi dia ingin merilis usahanya sendiri. Atau mungkin bekerja kepada orang lain.
"Na, bangun! Ini sudah jam tujuh," kata Carol seraya menggoyang-goyangkan tangan temannya itu.
Diana terlihat menggeliatkan tubuhnya, matanya masih terasa sepat dan kepalanya masih terasa berat karena dia tidur saat tengah malam tiba.
"Beneran sudah jam tujuh?" tanya Diana yang merasa masih malam karena gordennya tidak Carol buka.
"Iya, mana mungkin gue bohong. Dah buruan mandi, jam delapan kita harus berangkat," kata Carol lagi.
"Iya, iya," jawab Diana.
Diana segera turun dari tempat tidur dan segera masuk ke dalam kamar mandi, mereka ada jam kuliah pukul sembilan pagi.
Namun, dia harus menaiki angkutan umum terlebih dahulu. Jadinya pukul delapan mereka harus sudah berangkat, agar mereka tidak terlambat.
Saat Diana melakukan ritual mandinya, Carol terlihat menghangatkan makanan sisa tadi malam. Sayang jika harus beli lagi, pikirnya.
"Gue udah siap, kita sarapan dulu sebelum berangkat," kata Diana seraya mengibaskan rambutnya yang masih sedikit basah.
"Gue ngga napsu makan, mau minum susu saja. Elu makan aja," kata Carol seraya meneguk susu buatannya.
Diana hanya bisa menghela napas berat saat mendengar apa yang dikatakan Carol, sebenarnya Carol membutuhkan asupan gizi yang banyak, karena Diana yakin jika Carol hamil anak dari pria yang sudah menidurinya malam itu.
Walaupun Carol belum mengatakan hal tersebut, tapi Diana merasakan perubahan yang berarti pada diri Calor.
Mulai dari wajahnya yang terlihat lebih pucat, bentuk tubuhnya pun terlihat berbeda. Namun, dia tidak bisa memaksa Carol untuk sarapan pagi.
Sebab, dia takut jika Carol akan marah. Dia tahunya mod ibu hamil itu akan naik turun, karena dia sempat memperhatikan tetangganya saat hamil.
"Hem, terserah elu aja. Nanti kalau laper jangan ditunda-tunda, elu harus langsung makan," kata Diana.
"Iya!" jawab Carol lalu meneguk sisa susu di dalam gelasnya.
Setelah melaksanakan ritual sarapan paginya, akhirnya Carol dan juga Diana pergi menuju kampus di mana mereka menimba ilmu.
Saat tiba di sana, Diana langsung bergegas berjalan untuk masuk ke dalam ruang kelasnya.
Berbeda dengan Carol, dia malah menghampiri seorang anak kecil yang berjualan bunga di pinggir jalan.
Anak itu sekitar berusia enam tahun, tapi sudah mencari nafkah sendirian. Hati Carol terenyuh melihat akan hal itu.
"Hai, Cantik. Berapa harga satu tangkai bunga mawarnya?" tanya Carol.
"Tiga dolar," jawab anak perempuan itu.
"Aku mau semua, jadi--"
"Jangan dibeli semua, Nona. Aku mau, sisakan satu untukku," kata Jonathan.
Jonathan yang sedang melintas di sana langsung memberhentikan mobil yang dia tumpangi saat melihat penjual bunga itu, tiba-tiba saja dia ingin menghirup wangi bunga mawar.
Mendengar suara berat yang terdengar begitu seksi di telinganya, Carol langsung menolehkan wajahnya.
Matanya langsung membulat dengan sempurna ketika melihat wajah Jonathan kini berada di hadapannya, beberapa hari yang lalu dia bermimpi bisa bertemu dengan seorang Jonathan Anderson.
Namun, kali ini dia benar-benar merasa tidak percaya jika Jonathan Anderson benar-benar berada di hadapannya.
"Nona, apa Nona tidak apa-apa?" tanya Jonathan yang melihat Carol malah diam terpaku seraya menatapnya dengan tidak percaya.
Carol tidak bisa menjawab pertanyaan dari Jonathan, justru kini dia merasa jika kepalanya terasa pusing.
Pandangannya terasa kabur dan tidak lama kemudian dia malah tidak sadarkan diri, Jonathan yang kaget langsung menagkap tubuh Carol yang hampir saja terjatuh ke aspal.
"Ya Tuhan, apakah wajahku sangat mengerikan? Kenapa dia malah pingsan?" tanya Jonathan bingung.
Jika jonathan merasa khawatir saat melihat keadaan wanita yang kini pingsan di dalam dekapannya, berbeda dengan anak kecil penjual bunga yang menatap takut ke arah Jonathan.
Bukan takut jika Jonathan akan menyakitinya, tapi dia takut jika Jonathan dan juga Carol tidak membeli bunga yang dia jual.
"Ehm! Tuan, bunganya?" tanya anak kecil itu seraya mengangkat seikat bunga mawar.
"Oh, God!" keluh Jonatahan.
***
Selamat siang kesayangan, selamat leyeh-leyeh. Selamat hari libur, sayang kalian semua. Jangan lupa tinggalkan jejak like dan komentarnya, terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞𝐀⃝🥀иσνιєℛᵉˣ𝓐𝔂⃝❥࿐
Pertemuan yang tak terduga 😁
2022-11-23
1
🍭ͪ ͩ🐣ᷡ ᷤꮯ𑜼ӟꮪ🍒⃞⃟🦅🍀⃟🩷️
tegar kali sih carol.. selalu bisa mengambil hikmah dan stay positif 🤗🤗
2022-11-23
0
🍇🐊⃝⃟🍒EndahCђαη🍁❣️🕊️⃝ᥴͨᏼ🍂
anak kecil mana tahu urusan orang dewasa🤭
2022-11-22
0