After Six Years
Seorang gadis berparas cantik berseragam putih-abu terlihat begitu senang, dia lulus dengan nilai terbaik.
Dia bahkan mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliah ke luar negeri, dia begitu bahagia dengan prestasi yang dia capai.
Setiap hari dia selalu rajin belajar, bahkan sepulang sekolah dia melakukan les. Ternyata semua itu tidak sia-sia, karena dia bisa lulus dengan nilai terbaik.
"Carol, selamat ya!" ucap Diana sahabat yang selalu menemani harinya.
Diana terlihat memeluk Carol, sang sahabat dengan sangat erat. Dia selalu merasa bangga dengan sahabatnya itu, walaupun dia anak orang kaya tapi dia tidak pernah membedakan kasta.
"Than's, Na. Gue seneng banget," kata Carol.
Carol tersenyum bangga karena perjuangannya tidak sia-sia, dia terlihat melerai pelukannya dan terlihat melompat-lompat seperti anak kecil.
Melihat tingkah dari sahabatnya tersebut, Diana langsung menggelengkan kepalanya seraya tertawa.
"Gue tuh kadang bingung sama elu, bonyok elu kaya raya. Ngapain sih elu sibuk banget jadi siswi berprestasi?" tanya Diana penuh protes.
Padahal menurut Diana jika Carol tidak lulus pun, uang kedua orang tuanya bisa berbicara. Tidak seperti dirinya yang hanya orang biasa, makanya dia harus benar-benar belajar dengan rajin.
"Hey! Gue ini mau buktiin sama orang tua gue, kalau gue bisa. Gue juga pengen bikin mereka bangga," jawab Carol.
Bukan hanya kedua orangtua Carol yang bangga, pikirnya. Diana juga selalu merasa bangga terhadap sahabatnya tersebut, bahkan di saat dia berada di titik terendah sekalipun Carol selalu ada membantu dirinya.
"Iya, gue tahu. Oh ya, gue harus buru-buru cabut. Entar malem gue harus jadi pelayan di Cafe. Ada yang mau pesta-pesta gitu, lumayanlah jadi pelayan semalam bisa langsung dapet duit satu juta," kata Diana seraya terkekeh.
Carol memandang bangga ke arah sahabatnya tersebut, walaupun dia bekerja sebagai pelayan tapi dia tidak pernah merasa malu dengan pekerjaannya.
Bahkan, dia bisa bersekolah di sekolah internasional dengan membiayai dirinya sendiri.
Maka dari itu dia selalu termotivasi untuk belajar dengan rajin, agar bisa memberikan nilai yang terbaik untuk kedua orang tuanya. Setidaknya itu yang bisa dia lakukan, pikirnya.
"Iya, good luck ya. Gue juga mau cabut, gue udah gak sabar pengen nunjukin nilai ini sama orang tua gue," kata Carol dengan mata berbinar.
Dia sudah tidak sabar untuk melihat reaksi dari kedua orang tuanya, mereka pasti akan bangga pikir Carol karena dia bisa mendapatkan nilai yang terbaik di sekolahnya.
"Yes, gue cabut," pamit Carol.
Setelah berpamitan kepada Carol, Diana terlihat berlari kearah pintu gerbang karena di sana sudah ada ojek online yang menunggu dirinya.
Dia harus segera pulang ke rumahnya, dia harus segera tidur agar nanti malam dia bisa mengerjakan pekerjaannya dengan baik.
Carol tersenyum melihat tingkah dari sahabatnya, kemudian dia menghampiri seorang sopir yang menunggu dirinya di tempat parkir.
Carolina Liandra Sebastian, ramaja berusia delapan belas tahun yang memiliki paras cantik dan juga manis.
Dia sangat pandai dan mandiri, tapi dia selalu ingin dimanja oleh kedua orang tuanya. Celindia Sebastian dan Barra Hendry Sebastian.
Tiba di kediaman Sebastian, Carol terlihat sangat keget karena di sana terlihat banyak orang yang sedang mengeluarkan perabotan dari dalam rumahnya.
Dia melihat Celindia yang sedang bersimpuh di lantai seraya menangis, Carol langsung berlari dan menghampiri sang Mommy.
"Mom, ada apa ini?" tanya Carol.
Bukannya menjawab pertanyaan dari putrinya, Celindia langsung memeluk Carol dengan sangat erat. Dia menangis sesenggukan di bahu sang putri.
"Mom, jelaskan ada apa?" tanya Carol.
"Perusahaan daddy bangkrut dan ternyata dia mempunyai hutang yang sangat banyak, rumah kita di disita. Semuanya sudah hilang, semuanya hancur," kata Celindia.
Perasaan Carol langsung hancur berkeping-keping, padahal dia ingin sekali menyampaikan kabar bahagianya.
Dia ingin sekali melihat rasa bangga di wajah kedua orang tuanya, tapi semuanya pupus sudah. Awalnya dia ingin memberikan kejutan kepada kedua orang tuanya, tapi kini dia yang malah terkejut.
Dia benar-benar tidak bisa berkata apa-apa lagi, bahkan tubuhnya kini terasa sangat lemas. Untuk bergerak saja seakan tidak sanggup.
Saat sedang meratapi kesedihannya, tiba-tiba saja seorang pria berperawakan tinggi tegap menghampiri mereka.
"Hutang suami anda sudah lunas, Nyonya. Ini saya kembalikan karena setelah dihitung semuanya sudah cukup," kata pria itu seraya melempar sebuah tas ke hadapan Celindia.
Celindia mengambil tas tersebut dan memeluknya dengan erat, hanya itulah sisa harta mereka yang masih ada.
Carol hanya bisa menatap ibunya dengan penuh rasa campur aduk di dalam hatinya, dia tidak bisa berbuat apa pun.
"Maaf, Nyonya. Rumah ini bukan milik anda lagi. Silakan benahi pakaian anda, karena tuan kami masih memberikan waktu," ucap seorang pria muda dan tampan.
"I--iya," jawab Celindia dengan bibirnya yang bergetar.
Melihat mommynya yang terlihat begitu lemah, Carol berusaha untuk kuat. Dia tidak boleh ikut lemah, di saat seperti ini dia harus berusaha untuk menyemangati mommynya.
"Ayo, Mom. Kita rapikan baju kita," ucap Carol.
"Ya, Sayang. Sekalian Mom juga akan membenahi baju-baju milik daddymu," kata Celindia.
"Nanti aku bantu," kata Carol.
"Tidak usah, Sayang," jawa Celindia dengan lemas.
Carol paham, dia tidak lagi banyak berbicara. Dia langsung membantu mommynya untuk masuk ke dalam rumah megah itu, rumah yang kini bukan lagi milik keluarga Sebastian.
Carol terlihat masuk kedalam kamarnya, lalu dia memasukkan beberapa bajunya dan juga barang-barang berharga miliknya ke dalam koper.
Dia tidak mungkin membawa semua baju dan barang-barangnya. Karena barang dan juga bajunya sangatlah banyak.
Begitupun dengan Celindia, dia juga membenahi baju-baju miliknya dan juga milik suaminya dalam suatu koper saja.
Sebelum ke luar dari rumah megah itu, Carol dan juga Celindia terlihat membawa beberapa foto kebersamaan mereka.
"Mom, kita akan ke mana?" tanya Carol.
"Kita harus ke Rumah Sakit, Sayang," jawab Celindia dengan wajah sendunya.
Ke Rumah Sakit? Memangnya ada apa dengan Rumah Sakit? Mereka baru saja diusir dari kediaman Sebastian, lalu kenapa harus pergi ke Rumah Sakit?
Carol jadi bertanya-tanya di dalam hatinya, apakah Rumah Sakit merupakan tempat penampungan, pikirnya.
"Mom, kenapa kita harus ke Rumah Sakit?" tanya Carol dengan wajah penasaran.
"Daddy, daddy kritis, Sayang. Dia sangat kaget karena perusahaannya bangkrut, dia tidak kuat. Daddy terkena serangan jantung," kata Celindia.
Celindia terlihat bersedih, bahkan air matanya kini kembali berurai. Dia sangat tidak percaya dengan apa yang kini dia alami, perusahaan suaminya tiba-tiba saja bangkrut. Bahkan, kini suaminya sedang berada di Rumah Sakit dalam keadaan kritis.
"Oh ya Tuhan!" kata Carol dengan kaget.
Dia tidak menyangka jika daddynya kini sedang berada di Rumah Sakit kena serangan jantung, padahal yang dia tau daddynya sangatlah sehat dan tidak memiliki riwayat penyakit jantung.
***
Selamat siang, selamat beraktifitas. Semoga kalian sehat selalu dan murah rezeky, sayang kalian semua. Jangan lupa tinggalkan jejak berupa like dan komentnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
🍾⃝🦚ʜαͩmᷞιͧδαᷠʜͣᵇᵃˢᵉ༄
Wahhh sampe dapat beasiswa ke luar negeri luar biasa bngttt ,,,, semoga aku jg gitu yah suksesnya nular ke pembaca 😘
2022-12-13
1
🍾⃝🦚ʜαͩmᷞιͧδαᷠʜͣᵇᵃˢᵉ༄
harapan terbaik adalah lulus dgn nilai terbaik , semoga aku jg begitu 😍🥰
2022-12-13
1
pacarnya Jaehyun❤
yang kaya itu kan orang tuanya, kalau kepintaran kan untuk kita sendiri dan keturunan kelak
2022-11-23
3