Carol kini sedang duduk di atas tanah, matanya tertuju pada gundukan tanah basah bertaburkan kembang tujuh rupa. Tubuhnya bergetar hebat, air matanya turun tiada hentinya.
Saat Carol tiba di Rumah Sakit, ternyata daddynya sudah tiada. Mendengar akan hal itu dia langsung syok, bahkan dia sampai tidak sadarkan diri.
Dia merasa semuanya terlalu cepat, dia bahkan belum mengobrol dengan sang daddy di sisa akhir hayatnya.
Dia bahkan belum menunjukkan nilainya yang sangat bagus kepada lelaki yang sudah menjadi cinta pertamanya itu, lelaki kebanggaannya.
Saat dia terbangun, dia benar-benar merasa tidak percaya dengan apa yang sudah terjadi. Hidupnya benar-benar seakan hancur, karena ibunya juga terkena serangan jantung mendadak saat mendengar kepergian daddynya.
Carol benar-benar merasa bersedih, karena Ibunya ikut menyusul kepergian sang daddy. Kini dia hanya seorang anak yatim piatu, bahkan untuk tempat tinggal pun dia tidak punya.
"Dad, Mom. Kenapa kalian tega meninggalkan aku? Aku mau ikut kalian, aku mau mati saja," kata Carol dengan air matanya yang terus saja mengucur dengan deras.
Diana sang sahabat yang melihat akan hal itu langsung menghampiri Carol, dia terlihat berjongkok dan mengeleus lembut kedua pundak dari sahabatnya itu.
Dia pernah berada di posisi itu, dia sangat tahu bagaimana rasanya kehilangan kedua orangtua.
Rasanya sangat sakit dan juga menyedihkan, dia harus banting tulang seorang diri untuk membiayai kehidupannya.
"Kita pulang, elu ngga mungkin diem di sini aja. Elu udah setengah hari di sini," kata Diana.
Dia benar-benar merasa sangat prihatin melihat kondisi dari sahabatnya itu, Carol yang biasanya selalu ceria dan terlihat begitu bahagia, kini dia terlihat sangat menyedihkan.
"Ta--tapi, gue masih mau bareng sama mommy, sama daddy juga," kata Carol di sela isak tangisnya.
Diana terlihat menghela napas berat, dia tahu jika sahabatnya itu sangat terluka. Namun, tidak mungkin bukan jika Carol harus menginap di kuburan.
"Ayolah, Carol. Kita pulang, kedua orang tua elu pasti bakalan sedih liat elu kaya gini." Diana langsung memeluk sahabatnya dengan erat.
Diana mencoba menenangkan hati sahabatnya yang sedang terluka, Diana juga sedang mencoba menyalurkan kekuatan agar Carol bisa lebih kuat lagi dalam menghadapi kenyataan hidup.
"Ayo kita pulang, mereka pasti ngga mau lihat elu kaya gini," kata Diana lagi.
Carol langsung membalas pelukan dari Diana, dia menangis sejadi-jadinya di dalam pelukan sahabatnya tersebut. Dia menumpahkan semua rasa sedihnya yang seakan tidak tertampung di dalam dirinya.
Kini dia merasa jika hidupnya benar benar hancur, rasanya dia ingin mati saja untuk menyusul kedua orang tuanya.
Kehidupan yang dia jalani dengan penuh cinta, kehidupan yang selalu dia jalani dengan penuh kemewahan, kini sirna begitu saja.
Tanpa dia duga dunia seakan terbalik dengan cepat, dia merasa jika kehidupan ini bukan seperti roda yang berputar. Namun, dia merasa dihempaskan dari atas gedung tinggi ke atas tanah.
Akan tetapu, dengan adanya Diana yang memberikan dia semangat membuat Carol sadar jika dia harus bertahan untuk membuat kedua orang tuanya bangga.
"Tapi, Na. Gue ngga punya rumah lagi, gue harus pulang ke mana?" kata Carol dengan sedih.
Diana merasakan sedikit kesal di dalam hatinya dengan apa yang dikatakan oleh Carol, padahal sejak tadi dia menemani sahabatnya itu dengan setia.
Itu artinya dia begitu peduli terhadap sahabatnya tersebut, tapi kenapa di harus memikirkan hal yang seolah mengatakan jika dirinya sendirian tanpa ada yang menemani dan ingin membantu.
"Elu nginep di rumah gue dulu, biarpun rumah gue kecil yang penting elu bisa tidur dengan nyenyak," kata Diana seraya terkekeh.
Rumah Diana memang sangatlah kecil, hanya memiliki dua kamar, satu ruang tamu dan juga dapur beserta kamar mandi di dekat dapur.
Namun, walaupun seperti itu dia merasa sangat bersyukur karena orang tuanya sebelum meninggal masih meninggalkan rumah yang sangat sederhana itu.
Karena dengan seperti itu, dia tidak perlu memikirkan biaya untuk mengontrak rumah. Dia hanya perlu memikirkan biaya sekolah dan makan sehari-hari.
Mendengar apa yang dikatakan oleh Diana, Carol terlihat melerai pelukannya. Kemudian, dia menatap wajah sahabatnya itu dengan lekat.
"Memangnya gue boleh tinggal di rumah elu? Kalau boleh gue janji deh cuma sementara waktu, gue nanti mau nyari kerja aja. Ngga usah kuliah, ngga ada ongkosnya juga buat ke luar negeri," kata Carol dengan sangat sedih.
"Hei! Kenapa elu ngomong gitu? Ada juga gue yang nanya, elu bakalan betah ngga di rumah gue yang super kecil itu? Elu kan, biasanya tinggal di rumah yang super mewah," kata Diana.
"Ngga gitu, mana ada gue kaya gitu. Gue selalu nyaman tinggal di rumah elu, kalau gue main di rumah elu juga gue betah-betah aja," kata Carol.
"Ya sudah, kalau gitu sekarang kita balik. Kita balik ke rumah gue, kita nginep gak usah mikirin nyari kostan. Yang penting elu ikut gue pulang terus tinggal aja sama gue," kata Diana.
Carol merasa sangat bersyukur karena memiliki sahabat seperti Diana, dengan tulus dan ikhlas dia menawarkan diri untuk mengajak dirinya menginap bersama dengan Diana.
Padahal ia sempat berpikir jika dirinya akan kebingungan dalam mencari kostan, karena dia tidak mempunyai uang sama sekali.
Hanya ada kalung, giwang dan juga cincin yang dia pakai saat ini. Barang berharga yang diberikan oleh sang mommy ketika dia hidup.
Jika saja tidak ada Diana, dia berpikir akan menjual perhiasannya untuk biaya hidupnya dan untuk ngekost.
"Thank's," kata Carol.
"Sama-sama, ayo kita pulang," ajak Diana.
"Iya, oh iya, Na. Baju gue sama baju daddy, mommy masih di pos satpam. Gue titip tadi," kata Carol seraya menunjuk pos jaga yang ada di pemakaman tersebut.
Diana melihat ada tiga buah koper dan juga satu buah tas hitam lumayan besar, dia jadi berpikir jika mereka tidak bisa memesan ojek online.
"Ya sudah, kalau begitu kita pesan taksi untuk pulang ke rumah gue. Gue masih ada ongkos kok," jawab Duana.
"Ya Tuhan, gue jadi ngga enak banget sama elu. Itu pasti gaji elu yang kemarin, kan? Gaji yang tadi malam untuk melayani orang pesta-pesta itu, kan?" kata Carol.
"Ya, jangan sungkan sama gue. Udah ah kita pulang, kita pulang ke rumah gue. Gue laper banget, pengen makan," kata Diana seraya mengelus perutnya.
"Iya, sorry, sorry. Kita pulang aja," kata Carol.
Carol terlihat berpamitan kepada kedua orang tuanya, setelah itu Diana dan juga Carol langsung memesan taksi dan segera pulang menuju rumah sederhana milik Diana.
Walaupun cobaan datang begitu berat menghampiri, tapi Carol merasa sangat senang karena ada sahabatnya yang selalu setia menemani.
Tiba di rumah Diana, Carol langsung membawa tiga koper dan juga satu tas hitam besar itu ke dalam rumah sederhana milik Diana.
"Ck! Bawaan elu banyak banget, tapi kayanya bermanfaat deh," kata Diana.
Diana membayangkan baju-baju yang biasa dipakai oleh mommy dan daddynya Carol, setiap hari mereka selalu memakai baju-baju bermerek dan sudah bisa dipastikan jika harganya pasti mahal.
"Maksudnya?" tanya Carol seraya duduk di salah satu sofa yang ada di ruang tamu.
"Maksud gue baju-baju punya bokap sama nyokap elu pasti harganya mahal-mahal, bisa ampe puluhan juta. Bagaimana kalau kita lelang aja di online? Kan, lumayan tuh duitnya bisa buat biayai hidup elu sehari-hari," kata Diana memberi saran.
"Gue pikirin dulu," jawab Carol.
"Iya, gue tunggu. By the way, gue mau masak mie instan. Elu mau?" tanya Diana tidak enak hati.
Dia sangat tahu makanan apa yang selalu dimakan oleh Carol, makanan-makanan mewah yang harganya wah.
Namun, dia tidak punya uang banyak. Di rumahnya dia hanya menyediakan mie instan, telur ada beberapa sayuran juga bakso serta sosis.
"Iya, gue mau. Gue juga laper, kata Carol.
"Ya sudah, kalo gitu elu mau ikut gue apa mau di sini saja?" tanya Diana.
"Gue mau bantu elu, gue ikut ke dapur. Cuma masak mie instan doang mah gue pasti bisa," kata Carol ragu.
Mendengar akan hal itu Diana namak tertawa, dia sangat tahu jika Carol tidak pernah menyentuh alat-alat dapur, hidupnya selalu saja serba dilayani.
"Elu kaya ama siapa aja, gue susah juga elu yang nolongin," kata Diana.
"Jangan suka ngomong begitu, jangan suka bangkit yang udah-udah," kata Carol tidak enak hati.
"Iya iya," kata Diana.
Akhirnya Carol dan juga Diana langsung masuk ke dapur, lalu mereka pun memasak mie dan memakannya dengan sangat lahap.
Kedua sahabat itu terlihat begitu kelaparan, mungkin karena seharian mereka belum makan.
Setelah makan Mie instan, Carol memutuskan untuk merapikan baju miliknya di dalam kamar yang satunya.
Diana dengan setia ikut membantu sahabatnya itu, setelah selesai merapikan baju milik Carol, Diana nampak memegang tas besar berwarna hitam yang sejak tadi Carol bawa.
"Ini isinya apaan sih? Gue penasaran, soalnya tadi pas gue angkat ini berat banget," kata Diana.
Diana terlihat menatap tas hitam yang ada di hadapannya itu dengan raut wajah penasaran, dia begitu ingin segera membukanya dan mengetahui apa isinya.
"Ngga tau gue, itu kemarin dilemparin sama orang yang nyita rumah. Katanya utang bokap udah lunas, itu sisanya," jawab Carol.
Carol terdiam, dia seperti sedang mengingat-ingat kala pria bertubuh tegap itu datang dan melemparkan tas itu ke arah dirinya dan juga
mommynya.
"Jangan-jangan duit lagi," kata Diana.
Diana yang merasa penasaran langsung membuka tas tersebut dengan tergesa, matanya nampak membuat dengan sempurna ketika dia melihat gepokan uang yang begitu banyak di dalam tas tersebut.
"Gila! Ini duit, Car!" teriak Diana.
Carol yang merasa kaget dengan apa diucapkan oleh Diana langsung membekap mulut sahabatnya tersebut, bagaimana kalau banyak orang yang datang dan memperebutkan uang tersebut, pikirnya.
**
Selamat malam kesayangan, selamat beristirahat. Semoga kalian sehat selalu dan murah rezeky, sayang kalian semua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
🍾⃝🦚ʜαͩmᷞιͧδαᷠʜͣᵇᵃˢᵉ༄
lumayan duitnya buat modal di masa depan
2022-12-13
1
🍁Katrin❣️💋🆂🆈🅰🅵🅰️👻ᴸᴷ
itulah hidup, tdk ada yg tau datang susah n senang. 😔
2022-11-23
2
Unnie Evi✅
Diana sepertinya sahabat yang baik untuk Carol
2022-11-22
0