Jonathan terlihat kebingungan kala Carol tiba-tiba saja jatuh pingsan, padahal tadi dia terlihat baik-baik saja saat dirinya hendak membeli bunga mawar dari anak kecil itu.
Namun, pada saat Carol bersitatap dengannya dia terlihat begitu kaget dan tidak lama kemudian dia langsung tidak sadarkan diri.
Padahal selama ini dia terkenal sebagai seorang pria yang begitu tampan, tapi kenapa saat berhadapan dengan Carol dia merasa jika dirinya adalah lelaki yang buruk rupa.
"Oh Tuhan, kenapa dia bisa pingsan? Bangun, Nona. Jangan membuat saya takut," kata Jonathan seraya menepuk-nepuk pipi Carol.
Sayangnya tidak ada sahutan dari Carol, dia tetap saja memejamkan matanya. Jonathan menjadi semakin panik, apalagi saat melihat wajah Carol yang pucat.
Anak kecil penjual bunga itu terlihat kebingungan kala melihat Carol pingsan, padahal wanita muda di hadapannya itu sudah berbicara akan membeli bunga miliknya.
Anak kecil itu mengalihkan pandangannya kepada Jonathan, lelaki yang menjadi harapan satu-satunya untuk dirinya.
"Ehm, Tuan. Maaf, bunganya mau jadi beli atau tidak?" tanya anak kecil tersebut.
Jonathan terlihat memalingkan wajahnya ke arah anak kecil itu, Jonathan bisa melihat jika anak kecil itu begitu berharap jika dirinya akan membeli semua bunga yang dia jual.
Jonathan terlihat menghela napas berat, dia mendekap erat tubuh Carol dengan tangan kanannya, lalu dia merogoh saku celananya dengan tangan kirinya dan memberikan uang seratus dolar kepada anak tersebut.
"Terimalah uang itu, anggap saja untuk membayar semua bunga milikmu," kata Jonathan.
Bukan niat Jonathan untuk mengusir anak itu, tapi dia sedang kerepotan. Saat ini yang ingin dia lakukan adalah segera membuat Carol sadar.
"Tapi, Tuan. Ini kebanyakan, saya tidak ada kembalianya," kata anak tersebut.
Anak itu terlihat bersedih, padahal dia sudah sangat senang jika bunganya akan terjual semua. Namun, saat melihat uang yang diberikan oleh Jonathan terlalu besar dia kebingungan untuk memberikan kembaliannya.
"Tidak usah dikembalikan, ambil saja." Jonathan kembali menatap wajah pucat Carol.
Mata anak kecil itu langsung berbinar mendengar apa yang dikatakan oleh Jonathan, dia benar-benar bahagia karena selain bunganya terjual semua, dia juga mendapatkan uang yang banyak.
"Terima kasih, Tuan. Terima kasih," kata anak itu seraya memberikan bunga mawarnya kepada Jonathan.
Lalu, dia mengecup punggung tangan Jonathan beberapa kali, dia bersikap seakan Jonathan adalah orang tua dari anak itu.
Pria yang kini sedang kerepotan menggendong Carol itu terlihat tersenyum melihat tingkah dari anak kecil itu, dia bahkan sempat mengusap puncak kepala anak itu.
"Sama-sama, sekarang pulanglah. Jangan berkeliaran di jalan!" kata Jonathan.
Anak itu langsung menganggukan kepalanya ketika Jonathan mengatakan hal tersebut, tentu saja dia tidak akan berkeliaran lagi di jalanan karena bunganya juga sudah laku.
Dia tinggal membawa uang tersebut dan memberikannya kepada ibunya yang benar-benar sedang membutuhkan, dia tersenyum senang.
"Iya, Tuan. Terima kasih, terima kasih sekali lagi," kata anak kecil tersebut.
Anak kecil itu langsung menyimpan uang yang diberikan oleh Jonathan ke dalam sakunya, lalu dia terlihat melompat-lompat kegirangan.
"Sama-sama," jawab Jonathan seraya tersenyum hangat.
Setelah mengucapkan terima kasih kepada Jonathan, anak kecil itu terlihat berlari untuk segera pulang ke rumahnya.
Berbeda dengan Jonathan yang terlihat kebingungan, haruskah dia membawa Carol ke Rumah Sakit?
Atau, haruskah dia membawa Carol ke kamar hotel miliknya? Ke mana dia harus membawa Carol dia tidak tahu, dia benar-benar bingung.
Namun, di saat dia sedang kebingungan, seorang security datang menghampirinya. Security yang berjaga di depan gerbang kampus tempat Carol menimba ilmu.
"Apa yang terjadi dengan Nona Carol?" tanya security tersebut.
Security itu terlihat memandang Carol dengan wajah khawatir, Carol memang hanyalah pendatang. Namun, dia merupakan siswa yang sangat berprestasi, sehingga anak itu gampang dikenali oleh semua orang
"Eh? Saya juga tidak tahu, tadi tiba-tiba dia pingsan," kata Jonathan dengan raut wajah takut.
Dia takut jika dirinya disangka akan melecehkan Carol, dia sungguh takut akan terjadi kesalahpahaman anatara dirinya dengan security tersebut.
"Oh, kalau begitu langsung dibawa saja ke ruang kesehatan di kampus. Mungkin dia belum sarapan atau sedang sakit," kata security tersebut.
"Memangnya dia mahasiswi di sini?" tanya Jonathan. Dia bertanya seperti itu karena security tersebut terlihat mengenali Carol.
Security tersebut terlihat tersenyum hangat, lalu dia menganggukkan kepalanya. Awalnya dia merasa curiga kepada Jonathan, tapi setelah melihat penampilan Jonathan, security itu yakin jika Jonathan orang baik.
"Iya, anda bisa mengantarkannya langsung ke ruang kesehatan," kata security tersebut seraya menunjukkan ruang kesehatan yang ada di dalam universitas tersebut.
Jonathan menganggukkan kepalanya, kemudian dia masuk ke Universitas tempat di mana Carol menimba ilmu.
Saat tiba di dalam ruang kesehatan, dia merebahkan tubuh Carol di atas berangkar dengan sangat perlahan.
Untuk sesaat dia menatap wajah Carol yang terlihat begitu pucat, ada rasa iba di dalam hatinya. Ada rasa hangat yang menjalar di dalam tubuhnya, ada rasa yang Jonatahan tidak tahu apa yang tiba-tiba saja mendebarkan hatinya.
Saat menatap Carol, dia merasa mual dan juga rasa sakit kepalanya tiba-tiba saja menghilang begitu saja.
Melihat Jonathan yang hanya diam saja, seorang petugas kesehatan datang menghampiri Jonathan dan bertanya.
"Ada apa-apa, Tuan? Apa yang terjadi?" tanya perugas kesehatan yang berjenis kelamin perempuan itu.
Jonathan yang sedang asyik menatap wajah Carol langsung menolehkan wajahnya ke arah petugas kesehatan tersebut.
"Entahlah, saya tidak tahu. Tapi, tiba-tiba saja dia pingsan," jawab Jonathan jujur.
Petugas kesehatan tersebut nampak mengernyitkan dahinya, dia merasa tidak paham dengan jawaban yang dilontarkan oleh Jonathan. Namun, karena tidak mau berdebat akhirnya dia pun berkata.
"Oh, tunggu sebentar. Saya akan segera memeriksakan kondisi kesehatannya," kata petugas kesehatan tersebut.
Jonathan terlihat memundurkan langkahnya, lalu dia menyimpan seikat bunga mawar tersebut di atas nakas.
Tatapannya kembali pada bunga mawar itu, dia mengambil satu tangkai bunga tersebut lalu menyelipkannya di saku jasnya.
"Sepertinya aku harus pergi, meeting akan dimulai setengah jam lagi," kata Jonathan seraya melirik jam yang melingkar di tangan kirinya.
Saat dia hendak melangkahkan kakinya, petugas kesehatan tersebut menghampiri Jonathan dan berkata.
"Maaf, Tuan. Sepertinya istri anda sedang hamil," kata petugas kesehatan itu kepada Jonathan.
****
Selamat sore kesayangan, selamat menikmati hari libur kalian. Semoga kalian sehat selalu dan murah rezeky, jangan lupa tinggalkan like dan juga komennya, sayang kalian selalu.
Setelah bab ini akan ada bab selanjutnya, jadi... jangan lupa untuk like dan komennya dulu, baru baca baru selanjutnya, terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞𝐀⃝🥀иσνιєℛᵉˣ𝓐𝔂⃝❥࿐
Eeeiiihh malah disangka istrinya..bukan istrinya tapi anak yang dikandung itu anaknya 🤭
2022-11-23
1
🍭ͪ ͩ🐣ᷡ ᷤꮯ𑜼ӟꮪ🍒⃞⃟🦅🍀⃟🩷️
Hayo loh hayo.. gimana ntu istrinya bang
2022-11-23
1
🍭ͪ ͩ🐣ᷡ ᷤꮯ𑜼ӟꮪ🍒⃞⃟🦅🍀⃟🩷️
itu namanya cinta ..
kau itu lupa apa wajah cewek yg kau cari
2022-11-23
0