Carol terlihat tersenyum-senyum seraya menatap wajah pria muda dan tampan di layar kaca, sesekali dia mengusap pipinya dengan kedua telapak tangannya.
Dia terlihat begitu gemas, kalau saja dekat dia ingin sekali mencubit pipinya. Ya, atau mungkin mencubit lengannya yang terlihat berotot.
Terkadang Carol terlihat terkikik kala membayangkan dirinya bisa berjumpa dengan pria yang dia rasa sangat mengagumkan itu, bahkan dia berharap bisa bertemu dengan pria itu dan mengobrol walau hanya sebentar saja.
Diana yang merasa terganggu saat mendengar suara Carol, langsung bangun dan turun dari tempat tidur.
Dia menghampiri Carol seraya mengucek matanya, kepalanya terasa sakit karena Carol sangat berisik.
"Elu ngapain sih? Ini masih sangat malam," keluh Diana seraya memandang jam di dinding.
Waktu terlihat menunjukkan pukul satu malam, tapi Carol malah mengganggu tidurnya. Padahal mereka ada kuliah pagi.
Dosennya juga terkenal killer, jika mereka datang terlambat Diana takut jika mereka akan terkena hukuman.
"Lihat deh, dia ganteng banget. Duh idungnya mancung banget," kata Carol seraya menepuk-nepuk pipinya dengan gemas.
Diana terlihat bergidig geli kala melihat ekspresi wajah dari Carol, tidak biasanya Carol begitu menyukai sosok seorang pria.
Selama ini Carol terkesan cuek, dia begitu fokus dalam pelajarannya. Dia selalu belajar dengan rajin tanpa memikirkan hal yang tidak-tidak, fokus pada hasil yang terbaik. Itulah Carol.
"Hastaga! Car, dia itu pengusaha muda dan kaya raya. Dia sangat dingin dan susah untuk disentuh," kata Diana.
Diana terlihat seperti orang yang begitu mengenal sosok pria yang kini sedang ada di dalam layar kaca tersebut, pria yang nampak tampan dan gagah itu sedang diwawancarai.
"Elu kenal?" tanya Carol antusias.
Diana terlihat memutar bola matanya dengan malas ketika mendapatkan pertanyaan dari Carol, sahabatnya itu benar-benar terlihat penasaran dengan sosok pria yang kini sedang dia tatap dengan raut wajah yang aneh, menurut Diana.
"Ya Tuhan, dia setiap hari wara-wiri di Resto tempat gue kerja paruh waktu. Soalnya kantornya dia pas depan Resto tempat gue gawe," kata Diana.
Hampir setiap hari Diana bertemu dengan sosok pria yang dikagumi oleh Carol saat ini, tapi dia tidak tertarik sama sekali. Apalagi saat melihat wajah dinginnya secara langsung.
"Oh, dia keren banget." Carol menatap wajah pria itu penuh kagum.
Diana nampak berdecak beberapa kali, dia sangat tidak suka kala sahabatnya itu berkata dengan penuh kagum.
"Iya lah, keren!" jawab Diana membenarkan. "Sayangnya orangnya menyebalkan," sambung Diana.
Carol tidak mengindahkan apa dikatakan oleh Diana, dia tetap saja merasa penasaran dengan sosok pria yang baru saja dia lihat itu.
"Namanya siapa?" tanya Carol antusias.
"Jonathan Anderson, Oiya, katanya kepala elu sakit. Terus dari tadi elu juga mual-mual terus, udah bae?" tanya Diana dengan raut wajah khawatir.
Carol langsung memeluk sahabatnya itu, dia tahu walaupun Diana cerewet tapi hanya dia yang selalu bersama dengan dirinya dalam suka maupun duka.
"Tadi masih sakit, lihat wajah dia jadi ngga," jawab Carol.
"Ya ampun, gue ngga paham." Diana menggelengkan kepalanya seraya terkekeh.
"Oh iya, ponsel gue mana?" tanya Carol.
"Mau apa?" tanya Diana.
"Mau searching foto dia, mau gue print," jawab Carol.
"Oh God!" kata Diana seraya menepuk jidatnya.
***
Beberapa hari kemudian.
Jonathan terlihat sedang duduk anteng di dalam ruangannya, dia terlihat memeriksa beberapa berkas di tangannya.
Seorang wanita cantik dengan rambut coklatnya yang panjang terlihat masuk tanpa permisi, dengan percaya diri bahkan wanita yang memakai baju minim itu langsung duduk di hadapan Jonathan.
Di tangannya terdapat secangkir kopi yang sengaja dia buatkan untuk Jonathan, dia tersenyum lalu menyimpan kopi itu di atas meja.
"Hai, Jo. Aku sudah selesai pemotretan produk baru yang kamu luncurkan, jadi aku ke sini sebentar untuk memberikan kopi ini sebagai penyemangat untuk kamu," kata Meriana.
Meriana terlihat sekali sedang mencari simpati dari Jonathan, sayangnya Jonathan hanya melirik ke arah Meriana sekilas, lalu dia menunduk kembali dan memeriksa berkasnya.
"Hei! Kenapa kamu mengacuhkan aku seperti ini? Aku hanya ingin memberikan kamu kopi," kata Meriana seraya menyodorkan kopi tersebut lebih dekat lagi ke arah Jonathan.
Sayangnya, bukan merespon dengan baik Jonathan malah terlihat mengernyitkan dahinya. Lalu, dia menutup hidungnya dengan tangan kanannya.
"Kopi apa yang kamu buat? Kenapa tercium bau yang tidak enak?" tanya Jonathan.
Meriana terlihat membulatkan matanya dengan sempurna mendengar apa yang dikatakan oleh Jonathan, padahal dia sudah bertanya kepada OB yang ada di pantri tentang kopi apa yang Jonathan sukai.
Mereka berkata jika Jonathan sangat menyukai kopi hitam, maka dari itu dia membuatkannya untuk Jonathan.
"Ini kopi hitam kesukaan kamu, Jo. Jangan berkata seperti itu," ucap Meriana.
Jonathan terlihat menurunkan tangannya, dia mencoba menghirup aroma kopi tersebut dan ternyata aroma kopi tersebut membuat kepalanya terasa semakin sakit.
"Tidak-tidak, Ini bukan kopi yang biasa aku minum. Baunya tidak enak, tolong singkirkan dariku. Kepalaku terasa pusing, perutku juga terasa sangat mual," kata Jonathan.
Mariana benar-benar tersinggung dengan apa yang dikatakan oleh Jonathan, tapi dia tidak bisa membantah apa yang diperintahkan oleh pria tampan tersebut.
Dia terlihat cemberut, tapi tangannya dengan cepat mengambil kopi tersebut dan segera bangun untuk membawa kopi tersebut ke pantri.
"Ya sudah, kalau kamu tidak mau kopi kamu mau aku buatkan apa?" tanya Meriana so akrab.
Padahal hubungan mereka tidak sedekat Itu, Jonathan tetap saja menganggap Meriana hanya sebagai model untuk produk yang sedang di pasarkan.
"Tidak usah, aku akan meminum air putih saja. Di sini sudah ada, tolong bawa kopi itu secepatnya ke luar. Lagian sebentar lagi aku akan pergi, aku tidak membutuhkan kopi itu," kata Jonathan.
Mariana terlihat mendengkus sebal, lalu dia terlihat pergi dari ruangan Jonathan dengan membawa kopi tersebut.
Dia langsung membawa kopi tersebut ke pantri dan menyimpannya di atas meja, dia merasa sangat kesal karena selalu saja berujung kegagalan setiap usaha yang dia lakukan.
"Dasar Jonathan sialan! Harus dengan cara apalagi aku mendekatimu? Padahal apa kekuranganku? Aku ini sangat cantik, seksi dan juga berbakat," kata Meriana seraya memandang pantulan dirinya di dari cermin.
Beberapa kali dia terlihat menghela napas panjang, lalu mengeluarkannya dengan perlahan. Hatinya terasa bergemuruh, dia merasa ditolak secara mentah-mentah oleh Jonathan.
Setiap kali dia mendekati lelaki tampan itu selalu saja mendapatkan penolakan. Dia jadi mulai berpikir, apakah Jonathan penyuka sesama jenis?
"Sebaiknya aku pergi saja, lagi pula acara pemotretannya juga sudah selesai," kata Meriana dengan raut wajah kesal.
Setelah kepergian Meriana, Leo nampak masuk ke dalam pantri. Dia ingin membuat kopi agar tidak mengantuk, karena masih banyak tugas yang harus dia kerjakan.
Apalagi sebentar lagi Jonathan akan pergi ke Bandara, karena harus segera melakukan penerbangan menuju negara B.
"Sepertinya kopi hitam akan membuat mataku lebih melek," kata Leo seraya terkekeh
Setelah mengatakan hal itu Leo terlihat mengambil cangkir. Tapi, saat Leo hendak menuangkan kopinya, dia malah melihat secangkir kopi yang masih mengepul di atas meja yang ada di ruangan tersebut.
Leo tersenyum kemudian duduk dan menarik cangkir kopi yang masih mengepul tersebut, kurang panjang.
Wah siapa gerangan yang berbaik hati membuat tekan kopi untukku tanya leo
Leo terlihat tersenyum-senyum, lalu dia langsung meminum kopi yang dia temukan di atas meja tersebut.
"Wow, manisnya pas," kata Leo saya terkekeh.
Setelah mengatakan hal itu, dia terlihat menghabiskan setengah gelas kopi hitam tersebut.
Lalu, dia keluar dari dalam pantri untuk mengingatkan Jonathan jika atasannya tersebut harus segera berangkat ke Bandara.
Tiba di dalam ruangan Jonathan, Leo terlihat membungkuk hormat kepada atasan tersebut. Laku, dia pun berkata.
"Tuan, ini sudah saatnya anda untuk berangkat," ingat Leo.
"Ya, aku paham. Tolong handle semua pekerjaanku selama aku pergi," kata Jonathan.
"Ya, tentu saja Tuan," jawab Leo.
Jonathan terlihat merapikan berkas yang sudah dia periksa, lalu dia memberikan berkas tersebut kepada Leo, setelah itu dia pun terlihat hendak keluar dari dalam ruangan miliknya.
Namun, langkahnya terhenti kala Leo tiba-tiba saja menggeliatkan tubuhnya dengan sangat aneh. Dia penasaran.
"Hai! Ada apa denganmu?" tanya Jonathan keheranan.
"Entahlah, Tuan. Badanku terasa panas, seperti ada sesuatu yang hendak meledak," jawab Leo.
"Lah kok bisa? Apakah kamu demam atau sakit?" tanya Jonathan.
"Entahlah, Tuan. Aku pun tidak tahu," kata Leo seraya terus saja menggeliat-geliatkan tubuhnya dengan aneh.
Jonathan terlihat begitu heran dengan tingkah dari Leo, karena Leo tidak seperti biasanya bersikap seperti itu.
"Aku akan segera pergi, segeralah kamu atasi penyakit kamu itu. Karena kamu terlihat sangat aneh," kata Jonathan.
"Iya, Tuan," jawab Leo seraya memegangi kepalanya yang tiba-tiba saja terasa berdenyut dengan kencang.
Bahkan miliknya kini terasa menggeliat, membuat celana yang dia pakai terasa sangat sesak. Dia terlihat panik.
"Ya Tuhan, sebenarnya apa yang terjadi denganku? Kenapa dia tiba-tiba saja badanku terasa panas? Ini juga, kenapa malah bangun," kesal Leo Seraya menatap gundukan miliknya yang terlihat membesar.
**
Up di jam malam, semoga lolos ya. Semoga kalian masih mau memberikan dukungan untuk Othor, salam sayang selalu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
N⃟ʲᵃᵃ࿐𝕴𝖘𝖒𝖎ⁱˢˢ༄༅⃟𝐐
rasa yang peka
2022-11-23
1
◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞𝐀⃝🥀иσνιєℛᵉˣ𝓐𝔂⃝❥࿐
Untung saja bukan Jonathan yang minum kopi itu
2022-11-23
0
◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞𝐀⃝🥀иσνιєℛᵉˣ𝓐𝔂⃝❥࿐
Apakah ini insting dan ikatan batin anak yang dikandung Carol dengan sosok ayahnya 🤔 iihh aku kok merinding 😱
2022-11-23
1