BAB 19 - Another Teror (Revisi)

Hari ke-7 penculikan Angelica.

Pagi ini, seorang kurir datang ke kediaman walikota Manggala dengan membawa bungkusan paket kecil dan ia serahkan kepada asisten rumah tangga yang kebetulan sedang membuang sampah, ketika sang walikota membuka paket yang ternyata berisi memory card dan potongan rambut tersebut — ia menjadi murka setelah melihat apa isi file di dalam benda kecil berbentuk persegi itu. Pak Freddy memegang dada kirinya yang tiba-tiba terasa nyeri.

Para ajudan yang sedang berjaga di depan pintu ruang kerjanya, masuk dengan tergesa-gesa karena mendengar suara keras dari dalam ruangan Pak Walikota. Mereka menemukan Pak Freddy jatuh pingsan.

Ambulance pun segera datang ke kediaman Pak Freddy dan membawanya ke Rumah Sakit S, beberapa dokter ahli dan paramedis langsung menangani Walikota Manggala ini, yang ternyata terkena serangan jantung ringan sehingga harus dirawat sebentar di ruang ICU. Saat Pak Freddy sadar dan membuka mata, ia sudah berada di dalam ruang rawat inap bersama istrinya dan dua petugas polisi, yaitu Citra dan Faisal. Mereka berdua datang karena Bu Winda, istri beliau yang meminta.

"Ba — bajingan itu ...." lirih Pak Freddy geram.

"Tolong Anda tenangkan dulu pikiran Anda!" pinta Citra. Ia menoleh ke arah istri sang walikota, wanita yang sudah berusia enam puluh tahun tapi masih terlihat cantik ini, tampak sangat cemas dengan keadaan suaminya.

"Apa isi dan bagaimana memory itu bisa sampai ke rumah Anda, Bu?" tanya Citra kali ini pada Bu Winda, istri walikota ini mencoba mengatur napas untuk menjawab pertanyaan Citra.

"Asisten rumah tangga kami yang kebetulan sedang membuang sampah, menerima sebuah paket dari seorang kurir," jelasnya.

"Dia hanya mengatakan paket ini untuk Pak Walikota, setelah membaca surat yang dikirim bersama paket tersebut ... suami saya langsung masuk ke ruangannya dan saya sama sekali tidak tahu apa isi paket itu," imbuh wanita ini lirih.

Setelah mencatat keterangan dari istri Walikota itu — Citra dan Faisal akan mulai meminta keterangan dari pekerja di rumah jabatan walikota termasuk penjaga keamanan dan asisten rumah tangga yang menerima bungkusan paket tadi.

"Cara kerja kurir one day delivery, biasanya mereka akan mengambil paket dari si pengirim atau pengirim membawa sendiri paketnya ke jasa pengiriman," kata Citra sembari memasang seat belt-nya. Mereka tidak ingin menunda penyelidikan lagi, karena bisa jadi — ini merupakan titik terang untuk menemukan keberadaan Angelica.

"Jika asisten rumah tangga itu bisa mengkonfirmasi jasa kurir pengiriman dari mana, mungkin akan mempermudah penyelidikan kita, Ndan," timpal Faisal disambut anggukan Citra.

Mereka merasa cahaya sedang menerangi kasus ini, serta memberi secercah harapan kepada kemajuan penyelidikan. Avanza milik Faisal pun melaju kencang menuju kediaman sang walikota dan setibanya di sana, mereka langsung menemui asisten rumah tangga yang Bu Winda maksud.

Dia adalah Sari seorang gadis berusia dua puluh tahun dan baru lima bulan bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumah jabatan walikota Manggala. Dialah yang menerima paket yang menyebabkan Pak Walikota terkena serangan jantung itu, meskipun gadis ini agak terkejut dan ketakutan karena didatangi oleh dua petugas kepolisian — dia sangat kooperatif menjawab pertanyaan Citra dan juga Faisal.

"Bisa ceritakan bagaimana kamu mendapat paket itu?" tanya Faisal.

Gadis tersebut tampak mengerutkan keningnya berusaha mengingat detail kejadian pagi tadi. "Saya waktu itu akan membuang sampah ... kurir itu datang dan ...." Cerita Sari mengalir memaparkan detail bagaimana ia bisa menerima bungkusan paket tersebut dari kurir. Faisal pun mencatat keterangan yang Sari paparkan itu.

"Kira-kira jam berapa kurir tersebut datang?" tanya Faisal lagi.

"Hmm — mungkin sekitar jam tujuh pagi .... Apa saya akan ditangkap, Pak? Saya tidak bersalah, Pak," ujar Sari ketakutan.

Citra menepuk bahu gadis itu untuk menenangkan dia. "Kamu ingat nama ekspedisi yang tertulis di jaketnya?" tanya Citra meminta Sari mengingat detail tentang kurir itu.

Dia tampak berusaha keras mengingat logo yang tertulis di jaket berwarna biru-hitam milik kurir tersebut dan ia tiba-tiba menepuk telapak tangannya sekali, lalu menjawab, "Di jaketnya tertulis ekspedisi N yang tertulis di jaketnya, ya, saya yakin itu — ekspedisi N. Kurir itu sempat membuka helmnya, saya sempat melihat rambut kurir tersebut sedikit gondrong, wajahnya lumayan tampan dengan tahi lalat kecil di ujung hidungnya!" Sari menegaskan sendiri keterangannya.

"Mungkin — CCTV yang terpasang di luar gerbang rumah, merekam kami saat itu," imbuhnya.

Keterangan Sari yang cukup mendetail membuat kedua petugas ini langsung meluncur ke kantor ekspedisi N, dan berbekal rekaman CCTV — maka tidak akan terlalu sulit menemukan kurir tersebut. Ternyata Dewi Fortuna sedang bersahabat dengan mereka, saat tiba di kantor ekspedisi N, seorang kurir yang sesuai ciri-ciri yang disebutkan Sari dan cocok dengan rekaman CCTV, baru saja datang dan memarkir motornya.

Faisal dan Citra segera menemuinya. "Selamat sore!" sapa Citra dan Faisal bersamaan kepada kurir itu. Kurir itu menoleh dan menatap mereka berdua dengan tatapan penuh tanya.

"Selamat sore," balasnya ragu.

"Saya Faisal dan ini komandan saya Iptu Citra. Kami dari kepolisian, ada beberapa pertanyaan yang harus kami tanyakan kepada Anda."

"Nama saya, Hadi, ada masalah apa, ya?" tanya kurir bernama Hadi ini cemas. Citra menunjukkan sebuah foto yang diambil dari rekaman CCTV kediaman Pak Freddy.

"Apakah yang tertangkap kamera CCTV ini adalah Anda?" tanya Citra sembari menunjukkan rekaman CCTV yang ada di ponselnya. Pemuda berusia pertengahan dua puluhan itu mengangguk pelan, ia kembali memandang Citra dan Faisal dengan sorot meminta penjelasan.

"Ya, itu saya, tadi pagi saya memang mengantarkan paket ke rumah Pak Walikota, apakah ada masalah? Memang paket itu tidak ditulis nama pengirimnya ...." Hadi terlihat sedikit ragu meneruskan penjelasannya.

Faisal dan Citra saling bertukar pandang. "Bagaimana bisa paket itu dikirim tanpa nama pengirim?" cecar Faisal.

"Untuk one day delivery biasanya sang pengirim meminta kurir untuk menjemput barang yang akan mereka kirim melalui aplikasi atau telepon, kalau tidak salah, untuk paket Pak Walikota itu kami mendapat telepon sekitar jam enam pagi dari seorang resepsionis wanita sebuah apartemen," jelas Hadi lebih lanjut kepada mereka.

"Boleh kami tahu apartemen mana dan siapa nama resepsionis itu?"

Hadi mengangguk. "Apartemen Artha, milik keluarga Arthasena, di samping apartemen Green House, kalau tidak salah ingat, nama resepsionis yang memberikan paket itu adalah Bella," papar Hadi lagi.

Faisal terhenyak, ia sama sekali tidak menyangka, jika asal paket tersebut adalah dari gedung apartemen sebelah apartemen tempat ia tinggal, dan ada kemungkinan jika pembunuh tersebut tinggal di sana.

"Resepsionis tidak mengatakan apapun?" Citra mencoba mengorek keterangan lebih dalam lagi dari Hadi.

Hadi mengusap dagunya. "Seingat saya tidak."

"Baik, terima kasih atas keterangannya. Jika kami butuh keterangan Anda lagi, kami akan menghubungi Anda — dan jika mengingat sesuatu tentang paket itu, Anda bisa hubungi kami," ujar Citra sembari menyerahkan kartu namanya.

Keberuntungan menghampiri penyelidikan mereka. Namun, mereka sendiri tidak yakin, apakah mereka sedang beruntung, ataukah pembunuh itu memang sengaja menuntun mereka menemuinya.

"Sial! Kenapa saya sama sekali tidak merasakan jika dia bersembunyi di sana selama ini!" Faisal mengutuk dirinya sendiri.

Citra menepuk bahu bawahannya itu. Dia tersenyum. "Bukan salah kamu, dia memang pria yang gila, entah apakah ini jebakan, ataukah keberuntungan untuk kita berdua."

Mereka kemudian kembali terdiam dalam perjalanan. Hanya alunan musik milik Paramore yang terdengar dari audio mobil Faisal.

----------------

Apartemen Artha.

Mobil Faisal memasuki basemen apartemen. Faisal merasa tidak asing dengan basemen apartemen tersebut, ia terus memandangi tiap sudut basemen sembari memarkir mobilnya.

"Kamu kenapa, Sal?" tegur Citra membuat Faisal tersentak dari lamunan.

"Oh ... eh, ti—tidak apa-apa, Ndan. Sa—saya hanya merasa ...." Faisal menggantung ucapannya. Citra mengernyitkan dahi melihat tingkah aneh bawahannya tersebut.

Mereka kemudian berjalan menuju elevator dan naik ke lobby apartemen, dan di dalam lift, Faisal masih saja melamun. Citra semakin curiga dengan sikap Faisal itu.

"Are you okay?" Suara Citra cukup membuat Faisal tersentak dan dia mengangguk cepat agar atasannya ini tidak cemas.

Suara denting lift mengisyaratkan mereka sudah sampai ke lantai tujuan mereka. Pintu baja itu terbuka lebar dan di depan terlihat sebuah meja tinggi dengan beberapa pegawai berpenampilan rapi yang tampaknya adalah resepsionis apartemen ini, Faisal dan Citra pun mendekati meja tersebut.

Salah seorang resepsionis wanita menyapa mereka. "Selamat sore, ada yang bisa kami bantu?" tanya sang resepsionis. Sebuah name tag terpasang di dadanya, Fina, nama resepsionis yang menyambut mereka itu.

Citra menunjukkan tanda pengenalnya. "Kami dari kepolisian, kami ingin menanyakan tentang paket yang diambil pagi ini oleh seorang kurir dari jasa ekspedisi N."

"Paket pagi ini? Kalau boleh tahu sekitar jam berapa ya?" tanya Fina.

"Menurut informasi kurir, sekitar jam enam pagi," jawab Faisal cepat.

"Mungkin itu resepsionis yang bertugas untuk shift malam, kami bertukar shift tiap delapan jam. Shift malam itu mulai jam sepuluh sampai jam enam pagi. Lalu shift pagi di mulai jam enam sampai jam dua sore, shift sore jam tiga sore sampai jam sepuluh malam," jelas Fina.

"Biasanya satu atau dua orang resepsionis dari shift malam akan mendapat hari off satu setengah hari," imbuhnya.

"Kalau resepsionis yang bernama Bella?" tanya Faisal lagi.

Gadis berusia awal dua puluhan itu terlihat mencondongkan tubuhnya ke samping dan mencolek rekannya. "Bella hari ini masuk apa tidak?" Ia terdengar setengah berbisik kepada rekan kerjanya.

Resepsionis lain itu seperti sedang membaca sesuatu di balik mejanya, mungkin jadwal shift mereka dan sejurus kemudian dia menggeleng.

"Sepertinya dia off hari ini sampai besok," jawab Fina.

"Boleh kami meminta alamat tempat tinggalnya?" tanya Citra. Fina kemudian menuliskan sebuah alamat di secarik kertas. Mendapati orang yang mereka cari tidak ada di tempat, Citra dan Faisal berharap jika penyelidikan kali ini tidak mengalami jalan buntu lagi, seperti sebelumnya.

...****************...

Terpopuler

Comments

Hiatus

Hiatus

bella kau dalam bahaya!
Run!!

2022-10-08

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 - First Blood (Prolog Revisi)
2 BAB 2 - Panti Asuhan Benedict (Revisi)
3 BAB 3 - Pengacara yang Tewas (Revisi)
4 BAB 4 - Penyelidikan Kasus Hutan Pinus (Revisi)
5 BAB 5 - Petunjuk Pertama (Revisi)
6 BAB 6 - Arthasena's Prince (Revisi)
7 BAB 7 - Benang Merah Kusut (Revisi)
8 BAB 8 - Hukuman (Revisi)
9 BAB 9 - Another Case (Revisi)
10 BAB 10 - Tekanan (Revisi)
11 BAB 11 - Tabir yang Mulai Terkuak (Revisi)
12 BAB 12 - Harapan (Revisi)
13 BAB 13 - Blank (Revisi)
14 BAB 14 - Melodi Maut (Revisi)
15 BAB 15 - Sacrifice (Revisi)
16 BAB 16 - Penculikan Angelica (Revisi)
17 BAB 17 - Teror Pembalasan (Revisi)
18 BAB 18 - Alter, Apa Kau Adalah Bumi? (Revisi)
19 BAB 19 - Another Teror (Revisi)
20 BAB 20 - Charles & Bumi, Penemuan Angelica (Revisi)
21 BAB 21 - Bom Waktu (Revisi)
22 Bab 22 - Banyu Aji (Revisi)
23 BAB 23 - Tentang Si Penakut (Revisi)
24 BAB 24 - Kematian Angelica (Revisi)
25 BAB 25 - Bitter Surprise (Revisi)
26 BAB 26 - Keraguan (Revisi)
27 BAB 27 - Misteri Bumi dan Bara (Revisi)
28 BAB 28 - Jasad Pasangan Psikiater (Revisi)
29 BAB 29 - Topeng Pengkhianat (Revisi)
30 BAB 30 - Sang Psikopat (Revisi)
31 BAB 31 - Epilog Psychopat Revenge (Revisi)
32 BAB 32 - The Hanging Beggar (Revisi)
33 BAB 33 - Anto (Revisi)
34 BAB 34 - Christian (Revisi)
35 BAB 35 - Penduduk Rumah Kardus Raib (Revisi)
36 BAB 36 - Misteri Kasus Pembunuhan Tunawisma (Revisi)
37 BAB 37 - Bocah yang Tenggelam (Revisi)
38 BAB 38 - Dokter Evelyn (Revisi)
39 BAB 39 - Kopi Beracun (Revisi)
40 BAB 40 - RYS Cafe (Revisi)
41 BAB 41 - Pria Pemilik Lancer Merah (Revisi)
42 BAB 42 - Benang Merah dan Dokter Hendrawan (Revisi)
43 BAB 43 - Hilangnya Jaka (Revisi)
44 BAB 44 - Monster dari Masa Lalu (Revisi)
45 BAB 45 - Misteri Christian (Revisi)
46 promosi novel
47 BAB 46 - Pengejaran
48 BAB 47 - Rahasia Dendam Masa Lalu
49 BAB 48 - Evelyn yang Misterius
50 BAB 49 - Rahasia Christian
51 BAB 50 - Kotak Pandora
52 Next Project
53 BAB 51 - Twins
54 BAB 52 - Pulang
55 BAB 53 - Konspirasi
56 BAB 54 - Kuburan Massal
57 BAB 55 - Di Balik Topeng
Episodes

Updated 57 Episodes

1
BAB 1 - First Blood (Prolog Revisi)
2
BAB 2 - Panti Asuhan Benedict (Revisi)
3
BAB 3 - Pengacara yang Tewas (Revisi)
4
BAB 4 - Penyelidikan Kasus Hutan Pinus (Revisi)
5
BAB 5 - Petunjuk Pertama (Revisi)
6
BAB 6 - Arthasena's Prince (Revisi)
7
BAB 7 - Benang Merah Kusut (Revisi)
8
BAB 8 - Hukuman (Revisi)
9
BAB 9 - Another Case (Revisi)
10
BAB 10 - Tekanan (Revisi)
11
BAB 11 - Tabir yang Mulai Terkuak (Revisi)
12
BAB 12 - Harapan (Revisi)
13
BAB 13 - Blank (Revisi)
14
BAB 14 - Melodi Maut (Revisi)
15
BAB 15 - Sacrifice (Revisi)
16
BAB 16 - Penculikan Angelica (Revisi)
17
BAB 17 - Teror Pembalasan (Revisi)
18
BAB 18 - Alter, Apa Kau Adalah Bumi? (Revisi)
19
BAB 19 - Another Teror (Revisi)
20
BAB 20 - Charles & Bumi, Penemuan Angelica (Revisi)
21
BAB 21 - Bom Waktu (Revisi)
22
Bab 22 - Banyu Aji (Revisi)
23
BAB 23 - Tentang Si Penakut (Revisi)
24
BAB 24 - Kematian Angelica (Revisi)
25
BAB 25 - Bitter Surprise (Revisi)
26
BAB 26 - Keraguan (Revisi)
27
BAB 27 - Misteri Bumi dan Bara (Revisi)
28
BAB 28 - Jasad Pasangan Psikiater (Revisi)
29
BAB 29 - Topeng Pengkhianat (Revisi)
30
BAB 30 - Sang Psikopat (Revisi)
31
BAB 31 - Epilog Psychopat Revenge (Revisi)
32
BAB 32 - The Hanging Beggar (Revisi)
33
BAB 33 - Anto (Revisi)
34
BAB 34 - Christian (Revisi)
35
BAB 35 - Penduduk Rumah Kardus Raib (Revisi)
36
BAB 36 - Misteri Kasus Pembunuhan Tunawisma (Revisi)
37
BAB 37 - Bocah yang Tenggelam (Revisi)
38
BAB 38 - Dokter Evelyn (Revisi)
39
BAB 39 - Kopi Beracun (Revisi)
40
BAB 40 - RYS Cafe (Revisi)
41
BAB 41 - Pria Pemilik Lancer Merah (Revisi)
42
BAB 42 - Benang Merah dan Dokter Hendrawan (Revisi)
43
BAB 43 - Hilangnya Jaka (Revisi)
44
BAB 44 - Monster dari Masa Lalu (Revisi)
45
BAB 45 - Misteri Christian (Revisi)
46
promosi novel
47
BAB 46 - Pengejaran
48
BAB 47 - Rahasia Dendam Masa Lalu
49
BAB 48 - Evelyn yang Misterius
50
BAB 49 - Rahasia Christian
51
BAB 50 - Kotak Pandora
52
Next Project
53
BAB 51 - Twins
54
BAB 52 - Pulang
55
BAB 53 - Konspirasi
56
BAB 54 - Kuburan Massal
57
BAB 55 - Di Balik Topeng

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!