BAB 10 - Tekanan (Revisi)

Mini cooper itu nyaris hancur, pengemudi dan penumpangnya terluka. Valen yang duduk di kursi kemudi setengah sadar dan berusaha menggerakkan tubuhnya. Namun gagal.

Ia melihat Angelica, tunangannya itu terhimpit. "Angel ... Angel ...." lirih Valen berusaha menyadarkan wanita yang ada di sampingnya.

Wanita itu masih bernapas, tapi dia tidak merespon. Kesadaran Valen perlahan menurun, dan hal terakhir yang ia dengar adalah sirene ambulance.

26 Mei 2021

Kecelakaan yang dialami Valen berakibat buruk pada tunangannya. Angelica Evany, seorang model berusia tiga puluh tahun, dia juga adalah Miss Manggala tahun 2020, wanita ini mengalami kelumpuhan. Sementara Valen hanya mengalami cedera yang tidak begitu parah.

Pihak berwajib memeriksa kendaraan Valen. Ternyata rem mobilnya blong dan dia mengendarai mobil dengan kecepatan di luar batas, sehingga ia tidak bisa mengendalikan laju mobil dan akhirnya mengalami selip ban lalu menabrak pembatas jalan tol.

Valen masih terbaring lemah di ruang VVIP rumah sakit S. Seorang perawat masuk ke ruangannya, ia diberitahu akan menjalani pemeriksaan CT Scan. Jadi perawat itu diminta dokter mengantar Valen ke ruang pemeriksaan.

Ia menyiapkan sebuah kursi roda dan membantu Valen duduk di sana, tepat ketika Valen sudah duduk di atas kursi roda, perawat tadi menyuntik tengkuk Valen dengan obat bius. Dengan cepat ia kemudian membawa anak sultan Arthasena itu turun ke basemen, dan memasukkan Valen ke sebuah mobil van yang sudah menunggu.

Perawat tadi melepas baju dinas dan masker yang ia kenakan, ia berjalan ke parkiran motor, perawat tersebut ternyata adalah Andre, sang bartender dan kakak dari mendiang Cecilia. Motor Kawasaki Ninja RR merah itu kemudian melaju meninggalkan basemen rumah sakit.

Instruksi surat balasan dari 'Pria Tangan Tuhan' itu, memerintahkan dia menculik Valen pada tanggal dua puluh enam Mei di rumah sakit S. Seakan orang tersebut tahu jika Valen akan dirawat di sana. Andre tidak tahu dan tidak mau tahu tentang apa yang akan dilakukan orang itu kepada Valen. Dia hanya ingin membalaskan dendam atas kematian Cecilia.

...---------------...

12 Juni 2021

Kepolisian akan mengumumkan secara resmi hasil autopsi jasad yang ditemukan di gudang kosong. Bara sudah berhasil merekonstruksi wajah jasad tersebut dan itu juga akan dirilis. Sketsa wajah korban seakan begitu familiar, dia mirip dengan wajah Valentino Arthasena yang dikabarkan hilang di rumah sakit pada tanggal dua puluh enam Mei kemarin.

Namun pihak keluarga telah meralatnya, mereka mengatakan kalau Valen dibawa ke rumah sakit Singapore. Ternyata pernyataan pihak Grup Artha itu hanya kamuflase, mereka takut jika saham perusahaan properti mereka anjlok karena kasus Valentino yang memang telah diculik ketika sedang dirawat di rumah sakit. Sementara pihak keamanan saat itu hanya memiliki rekaman CCTV dari kamar Valen hingga ke lift.

"Kalian harus bisa menyelesaikan kasus Pria Tangan Tuhan itu, entah dia tangan Tuhan atau tangan Setan. Dia sudah menginjak-injak harga diri kepolisian!" bentak Kadiv Reskrim Polrestabes Manggala kepada Citra.

"Siap, Pak!"

"Jika kamu tidak becus mengurus ini, kamu harus mengajukan surat permohonan maaf dan mutasi ke Polda!"

Citra keluar dari ruangan komandannya itu dengan perasaan carut marut. Sejak mengetahui bahwa panti asuhan Benedict ada hubungan dengan kasus ini, ia sama sekali tidak tenang.

Manggala, panti asuhan Benedict, Februari 1991

Tangisan seorang anak perempuan terdengar pilu, ketika ia harus terpisah dari saudaranya. Sepasang suami istri perwira dari Medan yang sangat ingin memiliki anak perempuan, memutuskan untuk mengadopsinya dari panti asuhan dan memisahkan dia dari saudaranya.

Anak itu mereka beri nama Citra Deborah, ia tumbuh menjadi sosok gadis lincah. Namun ia sama sekali tidak melupakan asal usulnya, ia pun bertekad akan mencari saudaranya yang terpisah sejak kecil, ketika dia dewasa nanti. Gadis ini adalah gadis yang cerdas. Semua nilai akademiknya sangat memuaskan.

Ayah angkatnya adalah seorang pensiunan perwira TNI, ibu angkatnya seorang guru, ia memiliki kakak angkat laki-laki yang merupakan anak tunggal pasangan ini. Citra dihujani dengan kasih sayang dari keluarga angkatnya — tapi tetap merasa kosong karena rasa bersalah terhadap saudara kandungnya.

Citra tumbuh dewasa dan bertekad menjadi seorang perwira polisi. Dia yakin dengan menjadi polisi akan membuat ia memiliki akses mencari saudaranya yang terpisah. Namun, keinginan Citra itu — sempat ditentang orang tua angkatnya. Karena anak laki-laki mereka sudah tewas ketika bertugas di daerah konflik, mereka tidak ingin kehilangan Citra juga.

Kegigihan Citra, hati mereka pun luluh. Ia pun akhirnya bisa kembali ke tanah asalnya, kota Manggala. Namun, ketika ia tiba di kota ini, hanya sebuah puing gedung tua yang pernah terbakar ia temukan.

Panti asuhan itu sudah hangus. Para pengurus dan anak-anak asuhnya pun terpencar entah kemana dan sebuah surat kaleng berisi sebuah dokumen serta catatan tentang Raka — saudara kembarnya — ia terima beberapa tahun lalu. Tepat ketika ia lolos masuk ke dalam kepolisian.

Dalam dokumen itu, Raka dinyatakan meninggal karena kecelakaan, kakak kembar yang ia tinggalkan dulu, kakak yang seharusnya ia lindungi. Catatan suster Sandra yang menceritakan tentang kronologi kejadian dan penyesalannya.

Citra ingin sekali bertemu Suster Sandra, namun terlambat. Ia sudah terbunuh sebelum surat itu dikirim kepadanya.

"Komandan!" tegur Faisal melihat Citra berjalan sambil melamun dan nyaris jatuh dari tangga. Citra dengan sigap mengatur keseimbangannya, ia melihat Faisal mendekat.

"Kalau jalan jangan melamun, Ndan!" tegur Faisal. Ia hanya tersenyum tipis pada bawahannya itu, Citra menepuk bahu Faisal lalu menuruni tangga. Faisal mengekor di belakangnya.

"Komandan dimarahi Pak Kadiv?" tanya Faisal penasaran. Helaan napas berat dan panjang Citra cukup menjawab pertanyaan Faisal itu. Mereka akhirnya berjalan menuju ruangan satreskrim dalam diam.

"Rapat darurat hari ini!" perintah Citra pada anggotanya.

Mereka dengan patuh mengikuti komandannya itu ke ruang rapat, Faisal bertugas menjelaskan detail tentang kasus Pria Tangan Tuhan itu. Mereka membahas dari awal kasus Kinanti, Johan, Cecilia dan sekarang jasad tak dikenal yang diduga anak pemilik hotel Artha yaitu Valentino Arthasena.

Yang membuat mereka bingung adalah tempat terbunuh atau ditemukannya mayat sangat acak, hanya modus operandi untuk Kinanti dan Johan yang sama. Namun untuk Cecilia, sangat berbeda, seolah seperti sebuah kecelakaan. Terakhir Valentino yang dihabisi secara sadis.

Satu-satunya kesamaan adalah hanya sayatan ayat Al-kitab pada tubuh korban, serta salib terbalik yang terukir di telapak tangan mereka. Satu-satunya yang tidak memiliki sayatan berupa ayat Al-kitab hanya Cecilia, apa gadis itu hanya sebuah pengalihan?

Sebuah titik terang pertama mereka peroleh, yaitu panti asuhan yang sudah lama tutup karena terbakar, panti asuhan Benedict. Beberapa pengurusnya sudah pindah ke kota lain, ada juga yang sudah meninggal, termasuk mendiang suster Sandra.

"Kita harus mulai menyelidiki pengurus panti asuhan tersebut. Jangan sampai lengah dan kecolongan lagi!" perintah Citra.

Jika mereka menemukan salah satu pengurus panti tersebut, maka ia akan mendapatkan jawaban untuk kematian Raka yang sesungguhnya. Anggota tim A segera bergegas melaksanakan perintah sang komandan.

"Ada masalah, Ndan?" tanya Faisal melihat Citra yang sering melamun sejak pulang dari gudang kosong itu.

Citra menggeleng. "Mungkin hanya lelah," jawabnya.

"Jangan sakit, Ndan. Nanti kami kurang semangat jadinya," gurau Faisal sambil tertawa ringan.

Tanpa sadar wanita yang sedang rapuh ini pun tertawa. Ia meninju lengan Faisal, pria ini adalah bawahan yang bisa dijadikan sahabat, dia selalu saja menyemangati Citra, sifatnya yang humble membuat anggota tim A nyaman bekerja dengan pria tiga puluh enam tahun ini.

...****************...

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***