BAB 17 - Teror Pembalasan (Revisi)

Citra kembali mengunjungi rumah sakit, dia merasakan ada yang janggal pada peristiwa penculikan anak walikota tersebut. Begitu mudahnya sang penculik membawa Angelica tanpa sepengetahuan petugas rumah sakit.

Ini adalah hari keempat setelah menghilangnya model itu, polisi sama sekali belum menemukan titik terang mengenai keberadaannya. Penyelidikan berjalan lambat, seperti kendaraan yang sedang terjebak padatnya kemacetan.

"Andrian, saya ingin bicara sebentar denganmu tentang ...." kata Citra.

"Satu jam lagi di kafetaria, saat ini saya akan membantu dokter bedah di ruang operasi," sela Andrian.

"Baik. Saya tunggu di kafetaria."

Dokter muda itu berbalik menuju ruang operasi, sementara Citra memutuskan untuk berkeliling rumah sakit sebelum menuju ke kafetaria. Entah kenapa, dia sedikit mencurigai Andrian sebagai salah satu kaki tangan psikopat itu.

Ia sempat memeriksa latar belakang ahli anastesi ini dan ternyata Andrian adalah anak yang terakhir diadopsi sebelum panti terbakar, dia juga yang menemani Raka hingga akhir saudara kembarnya itu menutup mata.

Kafetaria rumah sakit cukup lengang siang ini, sehingga tidak khawatir pembicaraan mereka akan terganggu nanti. Citra duduk dan menyesap kopi pahitnya, rasa pahit itu, tidak sepahit perjalanan kasus yang sedang ia selidiki. Sesekali ia menghela napas berat, merasa putus asa.

"Maaf membuatmu menunggu lama," tegur Andrian tiba-tiba muncul dengan secangkir kopi di tangannya.

"It's ok, saya juga sedang punya banyak waktu hari ini."

Andrian duduk di kursi dan berhadap-hadapan dengan Citra sekarang, mereka saling diam. Hanya suara denting sendok beradu dengan cangkir Andrian yang memecah kesunyian di antara mereka berdua.

"Saya ingin bertanya sesuatu — di hari Angelica diculik, kamu sedang berada di mana?" tanya Citra tanpa basa-basi.

Pria itu tampak menggaruk pipi dengan jari telunjuknya, ekspresi orang ini seperti sedang meremehkan Citra.

"Kamu akan mengatakan jika saya menculik pasien saya sendiri?" cecar Andrian sinis.

"Intinya tolong beritahu keberadaan kamu saat hari kejadian!" tegas Citra.

"Saya sedang keluar saat itu," jawabnya singkat.

Jawaban Andrian membuat kening Citra berkerut, dia mencondongkan badannya ke depan lalu bertopang dagu dengan satu jari telunjuk terangkat dan iris mata hazel miliknya itu menatap lekat pada pria di depannya.

"Jika kamu tidak percaya, kamu bisa datang ke sebuah toko bunga The Florist dan toko perhiasan Diamond's Queen, mereka mengenalku dengan baik," lanjut Andrian sembari menautkan ujung jari-jarinya di atas meja. Pria ini begitu percaya diri.

"Baiklah, saya akan mengunjungi kedua tempat itu, jika kamu berbohong — maka itu akan mematahkan alibi-mu!" pungkas Citra.

Andrian tersenyum dan membuka lebar tangannya dengan telapak tangan terbuka, seolah menantang Citra membuktikan dugaannya. Setelah pembicaraan itu, Citra berpamitan dan meninggalkan Andrian yang masih menyesap kopinya dengan santai.

----------------

Aroma dinding yang lembab itu menusuk indera penciuman Angelica, ternyata dia masih bernapas, penculik itu membiarkan dia tetap hidup. Entah untuk alasan apa.

Jelas-jelas pria misterius tersebut mengakui kalau dialah yang membunuh Valentino, tapi dia juga mengatakan, jika Tangan Tuhan tidak hanya satu. God's hand ada di mana-mana, itu yang dia katakan.

Matanya mulai terbiasa dengan cahaya remang gudang ini, ia memandang sekeliling. Kosong dan hanya ada dirinya sendiri. Sial! Kenapa disaat seperti ini tubuhku tidak bisa bergerak! Ia mengutuk dalam hati.

Seberapa keras ia berusaha, tubuhnya yang lumpuh sama sekali bergeming. Dia hanya mampu menggerakkan jari telunjuknya sampai akhirnya dia menyerah untuk mencoba. Dia bahkan tidak bisa berteriak karena mulutnya di bekap oleh lakban.

Tiba-tiba, samar dari kejauhan — suara derap kaki terdengar memasuki gudang. Senandung lagu yang sama, Angelica menutup matanya, pura-pura masih tertidur.

"Sekarang, apa rencana kita dengan perempuan ini?" Orang itu terdengar sedang berbicara dengan orang lain.

Angelica memberanikan diri membuka sedikit matanya, tapi tidak ada siapa pun di dalam gudang itu selain mereka. Penculik itu sedang duduk bertopang dagu di atas lututnya dan berbicara sendiri.

"Jangan bunuh dia dulu, biarkan Ebenaizer menderita!"

Benar, Angelica tidak salah, penculik itu memang sedang berbicara pada dirinya sendiri. Namun, nada suaranya berubah-ubah, suara pertama tadi seperti seorang laki-laki dewasa yang garang. Tidak lama kemudian, dia berbicara seolah dia adalah anak kecil.

Bulu kuduk Angelica bergidik ngeri. Orang ini benar-benar gila!

"Lepaskan saja dia, kasihan dia sudah lumpuh. Tuhan sudah memberinya karma yang setimpal."

"Diam! Jika kami terus menyuruh kami untuk melepaskannya, kamulah yang akan kami bunuh terlebih dahulu!" Pria itu seperti sedang berdebat dengan beberapa orang dalam tubuhnya.

Dia sadar jika sanderanya sedang mengamati dia dalam diam, ia mendekati Angelica dan berjongkok di sisinya. Sorot mata itu jelas menyiratkan kebencian, kemarahan dan rasa sakit yang teramat sangat.

"Tuhan, ampunilah dosa gadis ini dan mereka. Beri mereka kedamaian dalam hati. Jauhkan dendam dari kehidupan mereka ...."

Pria itu merapal doa dengan suara seperti seorang biarawati, dia menampar pipinya sendiri hingga meninggalkan bekas telapak tangan yang memerah.

"Dasar biarawati palsu. Tutup mulutmu! Hentikan doa palsu-mu, atau kau dan anak itu akan kami bunuh terlebih dahulu!" teriaknya.

"Lalu kau ... jangan pura-pura tidur!" Pria ini menendang kaki Angelica dengan kasar, menyuruh wanita itu membuka mata. Dengan kasar dia menarik rambut sanderanya tersebut.

"Mmrrghh!" pekik Angelica tertahan.

"Kau tahu? Wajah cantikmu akan segera hilang, lalu ayah angkatmu itu, akan mengingat perbuatan buruknya pada adikku!" bisiknya.

"Bunuh saja dia kak, rusak dia seperti ketika iblis itu merusak diriku tanpa belas kasihan ...." Lagi-lagi dia bermonolog dan kali ini seperti seorang gadis kecil yang sedang merengek.

Sekarang Angelica tahu, yang ia maksud tidak sendirian itu — karena dia bersama kepribadian yang lain, mungkin orang ini mengidap Dissociative Identity Disorder (DID) atau kepribadian ganda.

Pria itu menatap Angelica dengan tatapan haus darah, tapi beberapa menit kemudian, sorot matanya berubah menjadi memelas. Dia menjauh dari sang sandera kemudian mengambil sebuah tempat perkakas di rak yang ada di gudang itu.

Tanpa belas kasihan, dengan sorot mata penuh dendam, ia mengayunkan sebuah pahat dan memotong jari manis Angelica yang dihiasi cincin berlian mewah.

"Mmrrrghhhhhh!" Angelica ingin berteriak karena sakit yang tak terkira namun mulutnya tertutup lakban, dia pun hanya bisa menitikkan air mata.

Pria itu tertawa kejam. "Ini souvenir yang bagus untuk ayah angkatmu," gumamnya.

Ia lalu memasukkan potongan jari itu ke dalam ice box yang mungkin dia bawa tadi. Angelica kembali pingsan karena melihat darah yang mengucur dari lukanya.

Pria ini meninggalkan Angelica di dalam gudang dengan kondisi yang memprihatinkan tersebut. Ia mengendarai civic-nya dan menjauh dari gudang terpencil tersebut, sembari memikirkan rencana mengirim potongan jari ini kepada sang walikota.

Pagi hari. Toko perhiasan Diamond's Queen.

"Selamat pagi, ada yang bisa kami bantu?" sapa salah satu pramuniaga toko. Citra pun menunjukkan tanda pengenalnya.

"Tunggu sebentar, saya akan memanggil manajer kami dulu!"

Tidak lama kemudian seorang wanita berpenampilan anggun dengan wajah yang sangat cantik muncul dari balik sebuah pintu. "Selamat pagi, saya Zara, manajer toko ini. Ada yang bisa dibantu?" tanya wanita bernama Zara itu dengan nada halus.

"Saya ingin memastikan sesuatu, apakah orang ini pada tanggal dua puluh lima November datang ke toko ini?" tanya Citra to the point. Ia menunjukkan foto dokter Andrian di ponselnya.

Zara melihat foto itu lalu tersenyum. "Ya, dia datang kemari dengan membawa buket bunga," tutur Zara.

"Itu adalah hari anniversary kami, dan dia datang untuk melamar saya," sambungnya.

"I see, jadi dokter itu memang kemari." Ekor matanya melirik Zara, ternyata mereka adalah sepasang kekasih, bisa jadi dia melindungi Andrian.

"Boleh saya melihat rekaman CCTV saat itu?" pinta Citra gigih.

"Maaf. Sayangnya, CCTV kala itu sedang rusak, tapi Anda bisa memastikan pada pegawai saya,"

Setelah menanyakan hal yang sama kepada semua pegawai toko, Citra kembali pulang ke kantor. Andrian benar, dia jujur dengan semua keterangannya kemarin dan sekarang Citra tidak memiliki alasan untuk mencurigai dokter muda tersebut.

Citra menjatuhkan diri di atas kursi, dia merasa sangat lelah beberapa bulan ini. Kasus ini berjalan lebih lambat dari seekor siput, persis seperti kata kepala polisi.

Kantor Walikota Manggala, pukul dua belas siang.

Bungkusan paket misterius yang ditujukan untuk Freddy E. Yosef — sang walikota, diterima oleh pihak keamanan. Bentuknya yang agak sedikit mencurigakan membuat mereka waspada, terlebih lagi, tidak ada nama pengirim yang tertulis di paket tersebut.

Paket itu ia bawa ke ruangan kerja Freddy dan atas ijin atasannya — petugas keamanan tersebut membuka paket misterius itu. Ternyata isinya adalah ice box yang di bungkus rapi di dalam sebuah kardus.

Petugas tadi pun kemudian membuka ice box tersebut, betapa terkejutnya mereka berdua, potongan jari manusia yang sudah membeku ada di dalamnya. Walikota itu memerintahkan petugas keamanan itu untuk menghubungi pihak berwajib.

Secarik kertas menempel di bagian luar ice box itu, berisi pesan yang ditujukan untuk Sang Walikota.

Mikha 7:4

Orang yang terbaik di antara mereka adalah seperti tumbuhan duri, yang paling jujur di antara mereka seperti pagar duri; hari bagi pengintai-pengintaimu, hari penghukumanmu, telah datang, sekarang akan mulai kegemparan di antara mereka!

Freddy meletakkan kertas itu, jarinya mengetuk-ketuk permukaan meja dengan gelisah. "Ini sudah pasti ulah pembunuh gila itu! Sedang apa para petugas kepolisian kota ini!? Apa mereka tidur? Putriku juga belum mereka temukan!" teriaknya geram.

Saat ini, dia hanya bisa menunggu para petugas kepolisian datang untuk memeriksa paket mengerikan tadi. Jauh di dalam hati walikota ini, merasa terancam, dia sudah mendengar desas-desus jika panti asuhan Benedict adalah awal dari segala bencana ini.

...****************...

Episodes
1 BAB 1 - First Blood (Prolog Revisi)
2 BAB 2 - Panti Asuhan Benedict (Revisi)
3 BAB 3 - Pengacara yang Tewas (Revisi)
4 BAB 4 - Penyelidikan Kasus Hutan Pinus (Revisi)
5 BAB 5 - Petunjuk Pertama (Revisi)
6 BAB 6 - Arthasena's Prince (Revisi)
7 BAB 7 - Benang Merah Kusut (Revisi)
8 BAB 8 - Hukuman (Revisi)
9 BAB 9 - Another Case (Revisi)
10 BAB 10 - Tekanan (Revisi)
11 BAB 11 - Tabir yang Mulai Terkuak (Revisi)
12 BAB 12 - Harapan (Revisi)
13 BAB 13 - Blank (Revisi)
14 BAB 14 - Melodi Maut (Revisi)
15 BAB 15 - Sacrifice (Revisi)
16 BAB 16 - Penculikan Angelica (Revisi)
17 BAB 17 - Teror Pembalasan (Revisi)
18 BAB 18 - Alter, Apa Kau Adalah Bumi? (Revisi)
19 BAB 19 - Another Teror (Revisi)
20 BAB 20 - Charles & Bumi, Penemuan Angelica (Revisi)
21 BAB 21 - Bom Waktu (Revisi)
22 Bab 22 - Banyu Aji (Revisi)
23 BAB 23 - Tentang Si Penakut (Revisi)
24 BAB 24 - Kematian Angelica (Revisi)
25 BAB 25 - Bitter Surprise (Revisi)
26 BAB 26 - Keraguan (Revisi)
27 BAB 27 - Misteri Bumi dan Bara (Revisi)
28 BAB 28 - Jasad Pasangan Psikiater (Revisi)
29 BAB 29 - Topeng Pengkhianat (Revisi)
30 BAB 30 - Sang Psikopat (Revisi)
31 BAB 31 - Epilog Psychopat Revenge (Revisi)
32 BAB 32 - The Hanging Beggar (Revisi)
33 BAB 33 - Anto (Revisi)
34 BAB 34 - Christian (Revisi)
35 BAB 35 - Penduduk Rumah Kardus Raib (Revisi)
36 BAB 36 - Misteri Kasus Pembunuhan Tunawisma (Revisi)
37 BAB 37 - Bocah yang Tenggelam (Revisi)
38 BAB 38 - Dokter Evelyn (Revisi)
39 BAB 39 - Kopi Beracun (Revisi)
40 BAB 40 - RYS Cafe (Revisi)
41 BAB 41 - Pria Pemilik Lancer Merah (Revisi)
42 BAB 42 - Benang Merah dan Dokter Hendrawan (Revisi)
43 BAB 43 - Hilangnya Jaka (Revisi)
44 BAB 44 - Monster dari Masa Lalu (Revisi)
45 BAB 45 - Misteri Christian (Revisi)
46 promosi novel
47 BAB 46 - Pengejaran
48 BAB 47 - Rahasia Dendam Masa Lalu
49 BAB 48 - Evelyn yang Misterius
50 BAB 49 - Rahasia Christian
51 BAB 50 - Kotak Pandora
52 Next Project
53 BAB 51 - Twins
54 BAB 52 - Pulang
55 BAB 53 - Konspirasi
56 BAB 54 - Kuburan Massal
57 BAB 55 - Di Balik Topeng
Episodes

Updated 57 Episodes

1
BAB 1 - First Blood (Prolog Revisi)
2
BAB 2 - Panti Asuhan Benedict (Revisi)
3
BAB 3 - Pengacara yang Tewas (Revisi)
4
BAB 4 - Penyelidikan Kasus Hutan Pinus (Revisi)
5
BAB 5 - Petunjuk Pertama (Revisi)
6
BAB 6 - Arthasena's Prince (Revisi)
7
BAB 7 - Benang Merah Kusut (Revisi)
8
BAB 8 - Hukuman (Revisi)
9
BAB 9 - Another Case (Revisi)
10
BAB 10 - Tekanan (Revisi)
11
BAB 11 - Tabir yang Mulai Terkuak (Revisi)
12
BAB 12 - Harapan (Revisi)
13
BAB 13 - Blank (Revisi)
14
BAB 14 - Melodi Maut (Revisi)
15
BAB 15 - Sacrifice (Revisi)
16
BAB 16 - Penculikan Angelica (Revisi)
17
BAB 17 - Teror Pembalasan (Revisi)
18
BAB 18 - Alter, Apa Kau Adalah Bumi? (Revisi)
19
BAB 19 - Another Teror (Revisi)
20
BAB 20 - Charles & Bumi, Penemuan Angelica (Revisi)
21
BAB 21 - Bom Waktu (Revisi)
22
Bab 22 - Banyu Aji (Revisi)
23
BAB 23 - Tentang Si Penakut (Revisi)
24
BAB 24 - Kematian Angelica (Revisi)
25
BAB 25 - Bitter Surprise (Revisi)
26
BAB 26 - Keraguan (Revisi)
27
BAB 27 - Misteri Bumi dan Bara (Revisi)
28
BAB 28 - Jasad Pasangan Psikiater (Revisi)
29
BAB 29 - Topeng Pengkhianat (Revisi)
30
BAB 30 - Sang Psikopat (Revisi)
31
BAB 31 - Epilog Psychopat Revenge (Revisi)
32
BAB 32 - The Hanging Beggar (Revisi)
33
BAB 33 - Anto (Revisi)
34
BAB 34 - Christian (Revisi)
35
BAB 35 - Penduduk Rumah Kardus Raib (Revisi)
36
BAB 36 - Misteri Kasus Pembunuhan Tunawisma (Revisi)
37
BAB 37 - Bocah yang Tenggelam (Revisi)
38
BAB 38 - Dokter Evelyn (Revisi)
39
BAB 39 - Kopi Beracun (Revisi)
40
BAB 40 - RYS Cafe (Revisi)
41
BAB 41 - Pria Pemilik Lancer Merah (Revisi)
42
BAB 42 - Benang Merah dan Dokter Hendrawan (Revisi)
43
BAB 43 - Hilangnya Jaka (Revisi)
44
BAB 44 - Monster dari Masa Lalu (Revisi)
45
BAB 45 - Misteri Christian (Revisi)
46
promosi novel
47
BAB 46 - Pengejaran
48
BAB 47 - Rahasia Dendam Masa Lalu
49
BAB 48 - Evelyn yang Misterius
50
BAB 49 - Rahasia Christian
51
BAB 50 - Kotak Pandora
52
Next Project
53
BAB 51 - Twins
54
BAB 52 - Pulang
55
BAB 53 - Konspirasi
56
BAB 54 - Kuburan Massal
57
BAB 55 - Di Balik Topeng

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!