Dentuman musik DJ memenuhi ruangan dengan lampu kelap-kelip itu, musik yang cukup memekakkan telinga bagi yang tidak terbiasa. Di sudut ruangan, ada sekelompok muda mudi yang sedang duduk menikmati minuman keras dan nikotin, seorang pria berusia tiga puluh lima tahun tampak sedang merangkul gadis berusia dua puluh lima tahun yang berpakaian minim.
"Bro, cewek lu cakep juga!" teriak salah seorang temannya.
Pria itu tersenyum sinis. Memang gadis ini cantik, tapi — dia hanya boneka semalam untuknya. "Ambil aja kalau lu suka!"
Gadis itu menatap pria yang duduk disampingnya tidak percaya, ada kilatan marah dari sorot matanya. Sejurus kemudian dia melengos dan melepaskan pelukan pria tersebut.
"Kamu pikir aku barang!?" Gadis itu sangat murka, ia tidak menyangka pria yang ia pikir kekasihnya itu bisa mengucapkan kalimat setajam tadi.
Tawa mengejek terdengar dari pria angkuh ini. "Lu emang barang buat gue, ngerti !? Coba deh lu ngaca dulu, seorang Valentino Arthasena tidak mungkin serasi dengan j****g kayak lu!" hardik pria itu.
Sedetik kemudian, bir yang hanya tinggal setengah dalam gelas di tangannya — berpindah membasahi gadis tadi dari kepala hingga kaki. Dengan perasaan kesal dan malu, ia kemudian meninggalkan rombongan Valentino.
"Wah, lu kelewatan Bro, kasian cewek itu," tegur salah satu temannya sembari menggelengkan kepala melihat sikap Valentino.
Valentino Arthasena. Anak tunggal dari pemilik Artha hotel di kota Manggala, lulusan dari pasca sarjana manajemen UI. Namun kelakuannya tidak mencerminkan seorang yang berpendidikan. Dia lebih sering berfoya-foya menghabiskan harta orang tuanya, padahal sudah menjadi rahasia umum jika Valen bukanlah anak kandung dari keluarga Arthasena.
Mereka kembali larut dalam hingar-bingar bingar klub malam hotel Artha dan melupakan gadis yang dipermalukan oleh Valen tadi.
Di sisi lain, sebuah meja bar. Gadis tadi duduk dengan wajah kesal, ia menunduk dan membenamkan wajahnya di meja. Rambutnya masih basah, setelah tadi dia dipermalukan oleh Valen — ia memilih duduk di sini sendirian. Jemari lentik itu mengeluarkan sebatang rokok lalu menyulutnya dan menghembuskan asap rokok itu dengan kasar.
"Cecil, kamu kenapa?" tanya seorang bartender klub yang sedang mengelap gelas padanya. Gadis yang ternyata bernama Cecil itu mendengus, dia menunjuk rombongan Valen dengan hidung mungilnya.
"Oh, anak sultan itu," ujar bartender itu sinis.
"Pengen rasanya aku cincang dia sampai potongan kecil, Kak!" Cecilia berkata dengan geram. Bartender tadi hanya tertawa sambil mengacak-acak rambut Cecil.
Valen terlihat sempoyongan menuju toilet klub, dia sudah sangat mabuk. Beberapa orang dibuatnya kesal karena dia tidak bisa berjalan dengan baik sehingga menabrak mereka. Sesampainya di toilet, ia masuk ke salah satu bilik. Valen mengeluarkan jarum suntik yang sedari tadi ia simpan. Pria ini menyuntikkan cairan yang ada di dalamnya ke tubuhnya, ia pun seperti melayang.
Perlahan ia keluar dari bilik toilet. Tanpa sengaja dirinya menabrak seorang pria misterius dengan pakaian serba hitam. Pria itu mengenakan topi baseball NYC.
"Kalau jalan pakai mata, bung!" bentak Valen angkuh.
Pria itu mendekat ke arahnya. Ia berbisik pada Valen dengan nada yang mengintimidasi.
"Jaga matamu, jangan sampai aku mencongkelnya saat kamu meregang nyawa nanti!" Dia balik mengancam Valen yang mabuk berat. "Jangan terlalu angkuh, sehingga suka merundung orang lain!"
Sekujur tubuh Valen gemetar mendengar nada suara dingin pria itu, ia merasakan aura membunuh darinya. Anak sultan itupun segera meninggalkan toilet dan kembali bergabung dengan teman-temannya tadi.
Hotel Artha.
Pengar semalam masih tersisa di kepala Valen, dia membuka mata. Menemukan dirinya berbaring di sisi seorang gadis dan dia adalah Cecilia, gadis yang sudah ia permalukan semalam di depan taman-temannya.
Kenapa aku bisa bersama Cecilia? Valen menggelengkan kepalanya yang masih pening, ia pun beranjak turun dari ranjang kemudian merogoh sakunya untuk mengambil dompet dan mengeluarkan beberapa lembar uang seratus ribu. Dia meletakkan uang tersebut di atas nakas, lalu meninggalkan Cecilia yang masih tertidur pulas.
...----------------...
Lobby hotel Artha.
Cecilia duduk di sofa lobby. Dia sudah berkali-kali meminta resepsionis untuk memberitahukan Valen jika dia datang, pria itu sudah seenaknya menginjak-injak harga diri Cecilia.
"Dia pikir aku pelacur yang bisa dibayar setelah dipakai?" Ia menggerutu sendiri.
Entah sudah berapa lama gadis ini menunggu, hubungannya dengan Valen sudah berlangsung 3 bulan. Selama ini memang kebutuhan Cecilia dipenuhi oleh Valen dengan imbalan tubuhnya, tapi sekarang — sesuatu telah terjadi pada tubuh gadis ini. Di dalam tas mungil Cecilia, ada sesuatu yang harus Valen pertanggung jawabkan.
Tak lama kemudian seorang pemuda tampak keluar dari sebuah lift. Valen! Cecilia segera berlari mengejarnya. Tangan mungil itu berhasil memegang pergelangan tangan pemuda itu.
"Aku ingin bicara!" tegas Cecilia.
Valen menatapnya dengan tatapan menghina. Dia menepis tangan Cecilia. "Dasar perempuan j****g! Berani lu datang ke hotel gue bikin keributan!" bisik Valen geram.
Cecilia tertegun sesaat.
Tapi, bukannya malah takut. Gadis putus asa itu mengeluarkan plastik berisi alat tes kehamilan dan membuat Valen tergagap menyadari dirinya sedang dipermalukan oleh gadis itu. Ia kemudian menyeret paksa Cecilia menjauh dari lobby hotel menuju tangga darurat, para pegawai mulai kasak-kusuk melihat kejadian itu.
Sebagian besar pegawai hotel ini tidak menyukai Valen yang angkuh. Mereka berharap grup Artha memiliki pewaris lain.
"Apa maksud lu dengan alat ini!?" bentak Valen mencengkeram bahu Cecilia.
"Aku positif hamil ...." lirih gadis malang itu.
"Omong kosong apa ini!? Lu butuh duit? Berapa, hah?" cecar Valen semakin emosi.
"Kamu pikir aku perempuan murahan yang bisa seenaknya kamu bayar pakai uang!" Kali ini nada bicara Cecilia meninggi.
"Tanggung jawab kamu!" teriaknya.
Tangan Valen membekap mulut Cecilia, gadis itu terus memberontak, tapi Valen lebih kuat darinya. Sehingga tanpa sengaja, Cecilia terdorong jatuh dari tangga, darah segar pun tampak mengucur dari belakang kepala dan selangkangannya.
Valen panik, ia segera menggendong Cecilia menuju basemen lewat tangga darurat. Dia memasukkan Cecilia ke dalam mobilnya, ia kembali ke tangga darurat untuk membersihkan darah Cecilia, lalu berlari ke ruang pengawas untuk meminta mereka menghapus file rekaman di tangga itu.
Bukan satu dua kali, petugas keamanan diminta Valen untuk menutupi tingkah bejatnya, jadi mereka sudah terbiasa daripada di pecat. Setelah memastikan semua beres, ia kembali ke mobil untuk memeriksa keadaan Cecilia, ia kalut melihat gadis itu diam tidak bergerak. Entah apakah dia masih hidup atau sudah mati, tapi napasnya berhenti.
Dia mati! Di tengah kebingungannya, Valen kemudian memutuskan membawa mayat Cecilia ke daerah terpencil dan membuangnya. Lalu ia kembali ke rumah seperti tidak terjadi apa-apa.
...----------------...
Interkom rumah Arthasena berbunyi. Seorang pria berusia tiga puluh tahunan tampak berdiri di luar pagar rumah mewah itu.
"Beritahu Valentino Arthasena untuk keluar menemui ku!" Pria itu terlihat sangat marah.
"Maaf Pak Valen sedang tidak ada di tempat. Tolong kembali lagi lain waktu," jawab kepala asisten rumah tangga Arthasena.
Ia menendang pintu gerbang tinggi itu kemudian mengambil ponsel di sakunya, menekan sebuah nomer. Pesan penjawab otomatis yang menjawab panggilannya, nomer pria brengsek itu tidak aktif. Motor Kawasaki merah-nya melaju kencang membelah jalanan kompleks elit di kawasan jalan Violet.
Motor sport itu mengarah ke gedung hotel Artha — tempat Valen sudah pasti bekerja, ia sengaja menunggu di basemen. Mobil mini cooper Valen adalah satu-satunya di kota Manggala, sehingga tidak sulit menemukannya.
Cukup lama pria penuh amarah ini menanti Valen. Sampai akhirnya yang ditunggu muncul dengan menggandeng seorang wanita yang merupakan seorang model ternama. Dia melepas helmnya dan menghampiri Valen lantas mendaratkan satu pukulan tepat di pipi anak sultan properti itu.
"Bajingan! Lu bawa ke mana adik gue!?" teriaknya sambil mencengkeram kerah baju Valen.
Wanita yang bersamanya tadi berteriak mencari pertolongan. Valen dihajar terus-menerus. Dia sama sekali tidak diberi kesempatan untuk membalas.
"Gue gak kenal sama adik lu!" bantah Valen.
"Cecilia. Cewek yang lu pacari 3 bulan ini, cewek yang lu permalukan di klub beberapa waktu lalu, itu adik gue, bangsat!" teriaknya. Satu pukulan telak mendarat lagi di wajah tampan Valen.
Pria itu ternyata bartender klub malam hotel Artha sekaligus kakak dari Cecilia. Dia menekan Valen ke dinding.
"Dua hari yang lalu, dia pamit sama gue mau nemuin lu buat membicarakan hal penting ... tapi — sampai sekarang dia tidak pernah pulang!" Andre geram sekali pada pemuda ini.
Valen tertawa sinis. "Mungkin dia sedang di kamar hotel bersama laki-laki kaya lain," ejeknya.
Baru saja akan mendaratkan sebuah pukulan, dia melihat sekuriti datang. Pria itu mengambil helm sambil menunjuk marah ke arah Valen, kemudian pergi dengan motornya.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Nafi' thook
calon target selanjutnya
2023-03-07
0
Aishieteru
Cecil kamu serem banget ...
2023-01-10
1
Utiyem
waaa itu anak sultan calon mayat selanjutnya.
2022-10-28
1