BAB 11 - Tabir yang Mulai Terkuak (Revisi)

Puing panti asuhan itu sekarang berada di hadapan Citra, ia membuka pagar yang sudah rusak dan berkarat. Halaman yang dulu dipenuhi rerumputan segar dan bunga-bunga, kini penuh dedaunan kering dan ilalang. Melihat kondisi bangunan itu, tidak mungkin ada yang tertinggal di dalamnya.

Pagi itu mereka berdua mengunjungi puing panti asuhan Benedict untuk mencari sedikit petunjuk dan jawaban dari kasus sadis ini.

"Tidak akan ditemukan apapun di sini, Sal ...." lirih Citra.

Namun, sepertinya Faisal tidak mendengar ucapan Citra, karena ia terus berjalan ke arah belakang gedung yang telah habis terbakar itu. Ada satu gudang tua yang nampak masih kokoh berdiri di sana — mungkin karena jaraknya cukup jauh, jadi gudang itu tidak terkena jilatan api.

"Ada gudang di belakang sini, Komandan!" seru Faisal dari jauh. Citra berlari ke arah Faisal, gudang itu — dia ingat tempat itu dulu digunakan untuk menyimpan benda-benda tua yang sudah tidak terpakai dan juga alat perkebunan.

Mereka berdua masuk ke gudang itu dengan hati-hati, bangunan ini tidak tampak seperti bangunan yang terlantar, buktinya sarang laba-laba hanya ada di sudut langit-langit gudang saja.

"Sepertinya ada yang menggunakan gudang ini, Ndan," Faisal menduga-duga, Citra pun setuju dengan dugaan inspektur dua itu.

"Iya, kamu benar. Jika bangunan ini terlantar, seharusnya banyak sarang laba-laba di ruangan ini." gumam Citra. "Mengingat gedung panti itu sudah kosong selama bertahun-tahun."

Kaki Faisal menabrak sesuatu, ternyata sebuah bangku tua yang terjatuh. Cahaya senter Faisal menerangi bangku tersebut, ada bercak coklat ... bukan! Sebuah bekas genangan berwarna kecoklatan.

Citra mendekat dan menunduk. Ia merogoh saku celana untuk mengambil botol kecil berisi cairan luminol dan meneteskannya ke lantai gudang tua ini. Ternyata benar, itu adalah bekas genangan darah yang sudah lama mengering, Faisal pun segera berkeliling lagi berharap menemukan sesuatu, tapi —ia tidak mendapat apapun.

Setelah memastikan itu benar-benar noda darah, mereka menghubungi pihak forensik. Sebuah rak berisi alat perkebunan tiba-tiba menarik perhatian Citra, ia mendekat ke arah rak itu. Tangannya meraih sebuah pahat yang ujungnya bernoda sama dengan yang ada di lantai, jika di pikir — luka yang ada pada jasad Valentino dan Johan, cocok dengan bentuk pahat ini.

Ia menyerahkan pahat itu kepada Bara untuk diperiksa, mereka kemudian meninggalkan puing panti itu untuk menuju ke kantor catatan sipil. Data pengurus panti tersebut sangat penting saat ini, orang-orang itu adalah kunci dari semua kasus yang gila ini.

......................

Ternyata, pencarian pengurus panti asuhan itu, memakan waktu berhari-hari dan tidak mudah untuk kepolisian menemukan mereka. Namun usaha para polisi itu tidak sia-sia, mereka saat ini sudah mengantongi satu nama dan alamat.

Siang itu, Citra meminta Faisal untuk tidak ikut dengannya, ia akan mengunjungi mantan pengurus panti itu sendiri. Jawaban tentang kebenaran kematian Raka pun ia butuhkan, dan seseorang dari panti asuhan itu sudah pasti tahu tentang tragedi tersebut.

Rush hitam itu berhenti di depan pagar rumah bergaya Victorian klasik, rumah itu terlihat sepi. Pekarangannya pun terlihat tidak terawat. Pagar besi yang sudah berkarat itu mengeluarkan suara derit ketika Citra membuka pagar. Ada rasa tidak nyaman ketika ia memasuki pekarangan.

"Selamat siang!" Citra mengetuk pintu berkali-kali, tapi tidak ada jawaban, Citra mencari-cari siapa tahu ada bel, dan ia menemukannya, ia kemudian memencet bel tersebut.

Tak lama, seorang wanita yang sudah sangat tua pun terlihat mengintip dari celah pintu. Ia mengenakan kacamata baca yang turun di batang hidungnya.

"Selamat siang." sapa Citra.

"Siang. Ada apa?!" tanya wanita itu ketus.

"Saya dari kepolisian—"

Wanita itu menutup pintu dengan kasar sebelum Citra menyelesaikan ucapannya. Namun, Citra tidak putus asa, ia terus menggedor-gedor pintu, tapi sia-sia. Dengan lesu, polwan ini kembali ke mobilnya, tapi — ia tidak serta merta langsung pergi dari sana. Melainkan parkir agak jauh dari rumah tersebut, Citra mengamati dari kejauhan.

Citra masih belum menyerah, ia kembali lagi ke rumah wanita tua tadi saat malam hari. Ia memencet bel rumah itu, lagi-lagi sang pemilik hanya mengintip dari balik pintu.

"Kamu lagi!" Wanita itu hendak menutup pintu dan Citra menahannya.

"Saya hanya ingin bertanya beberapa hal tentang Panti Asuhan Benedict!" seru Citra, ia meringis kesakitan karena jemarinya terjepit saat berusaha menahan pintu.

Pemilik rumah itu terdiam. Sorot matanya melunak, ia akhirnya membukakan pintu. Aroma kayu tua menyeruak di rongga hidung Citra ketika ia masuk ke dalam rumah ini.

"Silakan duduk!" ujar wanita tua itu.

Citra duduk di sebuah sofa jati kuno, rumah ini dari luar tampak seperti rumah tua Belanda yang lusuh. Namun siapa sangka di dalamnya penuh ukiran-ukiran dari berbagai daerah, kursi jati ini, kalau dilihat motif ukirannya sudah pasti dari Jepara.

"Mau minum apa?" tanya wanita tua itu lagi pada Citra.

"Tidak, terima kasih." tolak Citra halus. Wanita tua ini kembali duduk. Ia menatap lekat wajah Citra.

"Kamu mirip dia ...." lirih wanita ini sembari memasang kacamatanya.

"Anda suster Grace, benar?" tanya Citra tanpa basa-basi. Ia mengangguk membenarkan, wanita tua ini ternyata adalah mantan suster kepala di panti asuhan Benedict.

"Saya ingin bertanya beberapa hal tentang peristiwa pembunuhan berantai akhir-akhir ini." Suster Grace masih saja menatap Citra tanpa berkedip.

"Foto ini seperti sengaja ditinggalkan oleh pembunuh korban terakhirnya." Citra menyodorkan selembar foto kepada suster Grace.

Jari-jari yang sudah keriput itu menerima foto tersebut. Genangan air mata tampak di sudut matanya, ia mengusap foto tersebut.

"Anak-anak ini ...."

"Di dalam foto ini, ada lima orang anak dan beberapa orang dewasa yang di beri tanda silang, lalu anak bertubuh gemuk ini ...." Citra tidak melanjutkan ucapannya karena suster Grace sudah menitikkan air mata.

"Anak ini adalah Raka, dia meninggal karena kecelakaan, jatuh dari bangku dan mengalami patah tulang belakang," jelas suster Grace.

"Raka ... apakah dia anak kembar yang saudara kembarnya diadopsi oleh keluarga perwira dari Medan?" tanya Citra keluar dari tujuan kedatangannya. Suster Grace menatap lekat lagi wajah Citra, jika Raka tumbuh dewasa, wajahnya hampir mirip dengan petugas polisi di hadapannya ini.

"Apakah kamu ...?"

"Ya, saya anak yang diadopsi oleh keluarga perwira itu. Saya saudara kembar Raka,"

Tangan Suster Grace gemetar. "Apa kamu datang untuk membalas dosa kami semua?" tanya wanita tua itu.

"Maksud Anda?" Citra semakin tidak mengerti.

Suster Grace menarik napas panjang. "Suster pengawas panti asuhan suster Sandra, lalu pengacara itu, kemudian anak laki-laki Arthasena,"

"Apa hubungan mereka?"

Ia menunjuk foto seorang anak perempuan yang di beri tanda silang.

"Dia Karenina. Tapi setelah diadopsi oleh keluarga jaksa dan pengacara, namanya diubah menjadi Kinanti Candhrawati, pengacara yang tewas itu ... dan anak ini adalah Valentino yang diadopsi oleh keluarga Arthasena." Citra memperhatikan anak-anak yang ada di dalam foto itu satu persatu.

"Lalu mereka bertiga?"

"Gerry, entah dia di mana sekarang, diadopsi oleh pengusaha garmen di Manggala. Jonathan, diadopsi oleh keluarga pemilik seluruh showroom chevrolet di Manggala, anak perempuan ini Cindy, namanya sekarang Angelica, seorang model saya dengar dia adalah tunangan Valen."

Mendengar penjelasan itu, Citra terhenyak. Berarti pembunuhan ini merupakan balas dendam, tapi untuk apa? Siapa pelakunya?

"Peristiwa dua puluh tahun silam itu ...." Suster Grace pun menceritakan sebab Raka bisa meninggal dan meminta maaf pada Citra. Mendengar cerita mantan suster kepala panti itu, dadanya terasa sakit.

"Memang kalian pantas mati!" maki Citra.

Ia lalu meninggalkan rumah Suster Grace tanpa pamit. Rush hitamnya melaju menembus jalanan yang basah karena derasnya hujan.

...----------------...

Rumah sakit S

Citra memarkir mobilnya di basemen rumah sakit, takut kalau Angelica akan menjadi korban pembunuhan berikutnya. Ia lalu menghubungi Faisal agar berjaga-jaga di sini.

"Sal, tolong bawa beberapa anggota untuk berjaga di rumah sakit S!" perintah Citra melalui sambungan telepon.

Sejam kemudian, Faisal dan beberapa anggota tiba di rumah sakit S. Dua orang diperintahkan Citra berjaga di depan kamar Angelica, lalu beberapa sisanya berjaga di lobby dan basemen rumah sakit. Walaupun tidak mengerti, Faisal tetap menjalankan perintah sang komandan.

"Ada apa, Ndan? Anda menemukan petunjuk? Kenapa kami harus menjaga tunangan Valentino Arthasena?"

"Ah, itu? Hasil penyelidikanku kepada mantan pengurus panti asuhan Benedict ...."Citra memaparkan semua yang ia dapatkan dari Suster Grace. Ia yakin pembunuhan ini berkaitan dengan kematian saudara kembarnya, Raka.

"Angelica adalah salah satu anak panti yang sudah merundung seorang anak laki-laki hingga meninggal. Anak laki-laki yang menderita keterbelakangan mental, dia memiliki saudara kembar yang lebih dulu diadopsi," jelas Citra.

"Apa mungkin saudara kembar anak laki-laki itu yang melakukannya?" tanya Faisal.

"Mustahil!"

"Kenapa tidak komandan?"

"Karena saudara kembar anak itu adalah saya, Citra Deborah Hutabarat. Tidak seharusnya saya meninggalkan dia sendirian." Jawaban sang komandan itu seperti petir di siang bolong untuk Faisal.

...****************...

Terpopuler

Comments

Utiyem

Utiyem

faisal apa bara? bara atau faisal? aku curiga sama mereka

2022-10-28

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 - First Blood (Prolog Revisi)
2 BAB 2 - Panti Asuhan Benedict (Revisi)
3 BAB 3 - Pengacara yang Tewas (Revisi)
4 BAB 4 - Penyelidikan Kasus Hutan Pinus (Revisi)
5 BAB 5 - Petunjuk Pertama (Revisi)
6 BAB 6 - Arthasena's Prince (Revisi)
7 BAB 7 - Benang Merah Kusut (Revisi)
8 BAB 8 - Hukuman (Revisi)
9 BAB 9 - Another Case (Revisi)
10 BAB 10 - Tekanan (Revisi)
11 BAB 11 - Tabir yang Mulai Terkuak (Revisi)
12 BAB 12 - Harapan (Revisi)
13 BAB 13 - Blank (Revisi)
14 BAB 14 - Melodi Maut (Revisi)
15 BAB 15 - Sacrifice (Revisi)
16 BAB 16 - Penculikan Angelica (Revisi)
17 BAB 17 - Teror Pembalasan (Revisi)
18 BAB 18 - Alter, Apa Kau Adalah Bumi? (Revisi)
19 BAB 19 - Another Teror (Revisi)
20 BAB 20 - Charles & Bumi, Penemuan Angelica (Revisi)
21 BAB 21 - Bom Waktu (Revisi)
22 Bab 22 - Banyu Aji (Revisi)
23 BAB 23 - Tentang Si Penakut (Revisi)
24 BAB 24 - Kematian Angelica (Revisi)
25 BAB 25 - Bitter Surprise (Revisi)
26 BAB 26 - Keraguan (Revisi)
27 BAB 27 - Misteri Bumi dan Bara (Revisi)
28 BAB 28 - Jasad Pasangan Psikiater (Revisi)
29 BAB 29 - Topeng Pengkhianat (Revisi)
30 BAB 30 - Sang Psikopat (Revisi)
31 BAB 31 - Epilog Psychopat Revenge (Revisi)
32 BAB 32 - The Hanging Beggar (Revisi)
33 BAB 33 - Anto (Revisi)
34 BAB 34 - Christian (Revisi)
35 BAB 35 - Penduduk Rumah Kardus Raib (Revisi)
36 BAB 36 - Misteri Kasus Pembunuhan Tunawisma (Revisi)
37 BAB 37 - Bocah yang Tenggelam (Revisi)
38 BAB 38 - Dokter Evelyn (Revisi)
39 BAB 39 - Kopi Beracun (Revisi)
40 BAB 40 - RYS Cafe (Revisi)
41 BAB 41 - Pria Pemilik Lancer Merah (Revisi)
42 BAB 42 - Benang Merah dan Dokter Hendrawan (Revisi)
43 BAB 43 - Hilangnya Jaka (Revisi)
44 BAB 44 - Monster dari Masa Lalu (Revisi)
45 BAB 45 - Misteri Christian (Revisi)
46 promosi novel
47 BAB 46 - Pengejaran
48 BAB 47 - Rahasia Dendam Masa Lalu
49 BAB 48 - Evelyn yang Misterius
50 BAB 49 - Rahasia Christian
51 BAB 50 - Kotak Pandora
52 Next Project
53 BAB 51 - Twins
54 BAB 52 - Pulang
55 BAB 53 - Konspirasi
56 BAB 54 - Kuburan Massal
57 BAB 55 - Di Balik Topeng
Episodes

Updated 57 Episodes

1
BAB 1 - First Blood (Prolog Revisi)
2
BAB 2 - Panti Asuhan Benedict (Revisi)
3
BAB 3 - Pengacara yang Tewas (Revisi)
4
BAB 4 - Penyelidikan Kasus Hutan Pinus (Revisi)
5
BAB 5 - Petunjuk Pertama (Revisi)
6
BAB 6 - Arthasena's Prince (Revisi)
7
BAB 7 - Benang Merah Kusut (Revisi)
8
BAB 8 - Hukuman (Revisi)
9
BAB 9 - Another Case (Revisi)
10
BAB 10 - Tekanan (Revisi)
11
BAB 11 - Tabir yang Mulai Terkuak (Revisi)
12
BAB 12 - Harapan (Revisi)
13
BAB 13 - Blank (Revisi)
14
BAB 14 - Melodi Maut (Revisi)
15
BAB 15 - Sacrifice (Revisi)
16
BAB 16 - Penculikan Angelica (Revisi)
17
BAB 17 - Teror Pembalasan (Revisi)
18
BAB 18 - Alter, Apa Kau Adalah Bumi? (Revisi)
19
BAB 19 - Another Teror (Revisi)
20
BAB 20 - Charles & Bumi, Penemuan Angelica (Revisi)
21
BAB 21 - Bom Waktu (Revisi)
22
Bab 22 - Banyu Aji (Revisi)
23
BAB 23 - Tentang Si Penakut (Revisi)
24
BAB 24 - Kematian Angelica (Revisi)
25
BAB 25 - Bitter Surprise (Revisi)
26
BAB 26 - Keraguan (Revisi)
27
BAB 27 - Misteri Bumi dan Bara (Revisi)
28
BAB 28 - Jasad Pasangan Psikiater (Revisi)
29
BAB 29 - Topeng Pengkhianat (Revisi)
30
BAB 30 - Sang Psikopat (Revisi)
31
BAB 31 - Epilog Psychopat Revenge (Revisi)
32
BAB 32 - The Hanging Beggar (Revisi)
33
BAB 33 - Anto (Revisi)
34
BAB 34 - Christian (Revisi)
35
BAB 35 - Penduduk Rumah Kardus Raib (Revisi)
36
BAB 36 - Misteri Kasus Pembunuhan Tunawisma (Revisi)
37
BAB 37 - Bocah yang Tenggelam (Revisi)
38
BAB 38 - Dokter Evelyn (Revisi)
39
BAB 39 - Kopi Beracun (Revisi)
40
BAB 40 - RYS Cafe (Revisi)
41
BAB 41 - Pria Pemilik Lancer Merah (Revisi)
42
BAB 42 - Benang Merah dan Dokter Hendrawan (Revisi)
43
BAB 43 - Hilangnya Jaka (Revisi)
44
BAB 44 - Monster dari Masa Lalu (Revisi)
45
BAB 45 - Misteri Christian (Revisi)
46
promosi novel
47
BAB 46 - Pengejaran
48
BAB 47 - Rahasia Dendam Masa Lalu
49
BAB 48 - Evelyn yang Misterius
50
BAB 49 - Rahasia Christian
51
BAB 50 - Kotak Pandora
52
Next Project
53
BAB 51 - Twins
54
BAB 52 - Pulang
55
BAB 53 - Konspirasi
56
BAB 54 - Kuburan Massal
57
BAB 55 - Di Balik Topeng

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!