Kasus ini semakin menjadi perhatian khalayak ramai, apalagi perhatian para pejabat daerah. Divisi tempat Citra bertugas terutama tim yang ia pimpin mendapat tekanan dari berbagai pihak.
Rumor tentang terkaitnya pribadi Citra dengan kasus ini, membuat ia diskors dari kasus, dia dianggap tidak akan objektif jika hal pribadi tercampur di dalamnya dan kasus ini pun ditangani sepenuhnya oleh Faisal. Namun, ia tetap memberikan informasi kepada Citra.
Dengan terpaksa Citra menyelidiki kasus ini diam-diam, untuk mencari tahu apa saja tentang Pria Tangan Tuhan itu dan apa kaitannya dengan panti asuhan Benedict, berharap jika Tuhan memberi secercah cahaya untuk semua pertanyaan di dalam benaknya.
Hari ini, inspektur wanita ini memutuskan untuk mengunjungi Angelica di rumah sakit, ia pun secara tak sengaja berpapasan dengan Andrian yang baru saja selesai memeriksa keadaan sang model.
"Selamat sore Kapten Citra," sapa Andrian.
"Panggil saja saya Citra, Dok."
"Akan lebih nyaman mungkin jika Anda memanggil saya cukup dengan Andrian saja. Lagi pula sepertinya kita seumuran," balas Andrian sambil memamerkan lesung pipinya.
Senyum tipis tersungging di bibir Citra.
"Mengunjungi Angelica?" tanya Andrian yang dijawab dengan sebuah anggukan.
Mata Citra tertuju pada sosok wanita berusia tiga puluh lima tahun yang sedang terbaring seperti putri tidur di ranjang pasien, berbagai mesin ada di sisinya juga kabel-kabel yang menempel pada tubuh wanita malang itu.
"Kapan kira-kira dia akan sadar?" tanya Citra.
"Dibutuhkan sebuah mukjizat. Apalagi luka yang ia alami sangat parah," jawab Andrian.
"Entah, saya harus kasihan atau bersyukur, orang-orang seperti mereka ini suka menindas orang lain ...." gumam Citra lirih.
Andrian hanya tersenyum simpul. "Tuhan selalu adil dengan umat-Nya, entah cepat atau lambat, tiap manusia akan mendapat karmanya masing-masing," tukasnya.
"Ndan, ada yang ingin saya katakan," ujar Faisal.
Melihat ada sesuatu yang penting akan mereka bicarakan, Andrian memohon diri. Ia membiarkan kedua petugas itu berbincang.
"Apa benar Angelica adalah termasuk satu dari foto yang diberi tanda silang itu? Foto anak-anak panti asuhan Benedict."
Langkah Andrian terhenti, ia sengaja menguping pembicaraan kedua petugas polisi itu begitu mendengar nama panti asuhan Benedict mereka sebutkan.
"Ya, dia Cindy. Salah satu anak yang menyebabkan kematian saudara kembarku, Raka."
"Jadi penjagaan ini Anda maksudkan karena Anda yakin kalau pria itu akan datang ke sini?"
Citra mengangguk. "Apa yang ingin kamu katakan tadi? Hanya itu?"
"Siap! Kami menemukan satu rekaman CCTV dari basemen yang menangkap sosok penculik Valen. Dia mengendarai motor sport merah, dan ...." Faisal ragu mengungkapkan hal yang belum pasti kebenarannya itu. Bisa jadi matanya salah.
"Orang itu adalah Andre, kakak dari mendiang Cecilia," lanjut Faisal akhirnya.
Andrian beringsut pergi, ia kembali ke ruang prakteknya dengan senyum penuh misteri.
...----------------...
Studio apartment Cakrawala
Andre menggantung jaketnya di kapstok belakang pintu, kemudian menuju ke dapur kecil sekaligus ruang tamunya, tubuhnya sangat lelah karena ia baru saja pulang kerja. Semalam, dirinya menggantikan salah seorang bartender yang absen, jadi dia ada di cafe dua puluh empat jam penuh.
Diambilnya sekaleng bir di kulkas. Kemudian menyalakan televisi, mencari berita perkembangan kasus Valen, dirinya sangat terkejut ketika orang itu diberitakan terbunuh.
Orang yang memintanya menculik Valen, tidak mengatakan apapun, selain akan membalaskan dendam untuk kesedihan Andre juga kemalangan Cecilia dan ia tidak menyebut tentang pembunuhan.
Itu berarti dia menjadi kaki tangan si pembunuh. Sebenarnya Andre tidak terlalu pusing mengenai nasibnya yang akan berakhir di penjara nanti, karena kehidupan di sana sudah pernah ia rasakan. Lantas kenapa jika aku masuk ke penjara sekali lagi? B******n itu sudah menerima balasan yang setimpal sekarang.
Kematian Valen kabarnya sangat tragis. Dia disiksa demikian rupa.
......................
Ponsel Andre bergetar di atas meja, notifikasi pesan singkat dari nomer private muncul di layar benda pipih tersebut.
'Jika seseorang bertanya siapakah Tangan Tuhan, apa jawabanmu?'
Membaca pesan itu, dahi Andre mengernyit, entah ini pesan iseng atau benar-benar dari orang yang menyuruhnya menculik Valen. Ia hanya mengenal si Tangan Tuhan itu dari sebuah situs God's Hand.
'Saya akan mengatakan saya adalah Tangan Tuhan.'
Ia mengirim balasan pesan itu lalu menghapusnya.
Suara ketukan pintu terdengar, Andre beranjak dari bean bag-nya untuk membuka pintu. Faisal muncul di balik pintu dengan selembar kertas berisi surat penggeledahan dan penangkapan terhadap Andre.
"Selamat pagi, apa kabar?" sapa Faisal.
"Pagi!" balas Andre dengan nada sedikit tidak senang.
"Maaf, Anda harus ikut kami ke kantor sekarang juga! Ini surat perintahnya."
"Ada apa?!" tanyanya ketus.
"Tentang Valentino Arthasena, kami memperoleh satu rekaman CCTV di basemen rumah sakit. Anda tampak terburu-buru pulang dan gerak-gerik Anda mencurigakan," ungkap Faisal langsung.
Andre terdiam, apartment ini mendadak sunyi, dia mematung di bawah tatapan para petugas polisi. Ia benar-benar terjebak kali ini, jika dia mengaku sebagai Tangan Tuhan ... hukuman mati mungkin akan menantinya. Namun, jika dia tidak mengakuinya ... maka yang mencabut nyawanya pasti Tangan Tuhan itu.
"Saya memang akan menjenguk b******n yang sudah membunuh adik saya. Tapi, bos cafe menghubungi saya dan meminta saya lembur karena akan datang banyak tamu."
"Kami sudah memeriksa. Anda datang terlambat ke tempat kerja."
Andre diam lagi, sepertinya dia tidak punya jalan lagi selain mengakui penculikan itu. "Baiklah, saya mengaku, saya yang menculik Valen dan menghabisinya," akunya ringan.
Faisal terperangah, secepat inikah Andre mengakui kejahatannya?
"Anda tahu resiko pengakuan Anda ini?" tanya Faisal meyakinkan.
"Saya siap dengan segala resikonya!" tegas Andre.
"Kalau begitu, Andre, Anda ditahan karena tindak penculikan, penganiayaan dan pembunuhan berencana. Segala keterangan yang Anda ucapkan akan menjadi bukti di pengadilan! Anda berhak di dampingi pengacara." Faisal memborgol dan membawa Andre ke kantor polisi.
Di dalam ruang interogasi, Andre duduk di ruangan ini sebagai calon pesakitan, ia memandang sekeliling ruangan kosong itu. Tak lama kemudian, Faisal masuk dengan membawa map di tangannya.
"Kamu sadar yang sudah kamu katakan?" Laki-laki di hadapannya itu hanya menunduk. Faisal bersandar di kursi dan menghela napas berat.
"Kamu mau didampingi pengacara?" Ia lagi-lagi diam dan bungkamnya Andre membuat Faisal frustasi.
"Hukuman yang akan kamu dapat bukan hukuman ringan. Kamu bisa mendapat hukuman seumur hidup atau bahkan hukuman mati!" tegas Faisal.
"Saya tahu ...." Andre berkata lirih.
"Saya menculik Valen, lalu membawanya ke gudang kosong itu. Saya menyiksanya hingga mati ... dia pantas mati!" lanjutnya geram.
"Apa yang kamu katakan ini bisa menjadi bukti di pengadilan!" bentak Faisal.
Dia merasa ada yang aneh dengan Andre. "Jika kamu memang pelakunya, jelaskan maksud foto ini!" desak Faisal menunjukkan foto yang mereka temukan di gudang.
Andre tampak terkejut, ia sama sekali tidak menyangka kalau ada bukti seperti ini yang orang itu tinggalkan. Melihat foto yang ditunjukkan Faisal, raut wajah Andre menjadi pucat.
"Panti asuhan Be—ne—dict ...." lirih Andre terbata-bata. Kenapa foto lama ini bisa dimiliki orang itu? Siapa dia sebenarnya?
'Valentino Arthasena sudah tertidur pulas. Balasan setimpal telah ia dapatkan, bahkan lebih pedih. Jika kau berkhianat, maka tangan Tuhan ini pun akan mencabut nyawamu!'
Sebuah kartu pos dikirim ke tempat kerjanya beberapa hari lalu. Andre tahu pasti siapa pria yang sedang ia temani berurusan, dia juga tahu pasti siapa orang tersebut, tapi — ia memilih bungkam, karena terkadang dunia membutuhkan orang seperti dia untuk menghukum para pendosa.
"Katakan dengan sejujurnya, apa kamu melihat orang itu?" tanya Faisal.
Andre tersentak. "Orang yang mana? Saya pelaku tunggal!" bantahnya.
"Mereka pantas mati setelah merundung Raka sampai tewas ...." Andre bergumam lirih sembari melirik tajam ke arah Faisal. "Bukan begitu Inspektur? Pendosa harus dihukum."
Faisal menggebrak meja, ia kesal sekali saat ini. Dari balik ruang interogasi, Citra menyaksikan dan mendengar hasil interogasi Faisal dengan Andre, ia pun diam-diam setuju dengan ucapan Andre barusan. Namun, jiwa hukum Citra tidak membenarkan semua itu, sayangnya ia sedang diskors dari kasus ini sehingga dia tidak bisa ikut menginterogasi Andre dan itu membuat Citra sangat putus asa.
Keluarga Arthasena menuntut pihak hukum untuk memberi hukuman terberat kepada Andre, sementara mereka sama sekali tidak tahu jika ada hal yang lebih besar dari ini.
Citra masih rutin mengunjungi Angelica, dia begitu berharap pada mukjizat Tuhan dan wanita ini bisa bangun dari koma, untuk bisa menceritakan sesuatu, meskipun itu hanya sedikit.
"Anda datang menjenguk lagi?" sapa Andrian, Citra tersenyum dan mengangguk.
"Saya berharap dia bisa segera bangun ...." gumam Citra.
"Mau minum kopi?" tawar Andrian.
Citra menyetujui ajakan itu, si Tangan Tuhan itu sepertinya sedang dalam masa tenang. Mungkin dia takut, atau memang sedang menunggu waktu yang tepat untuk mencabut nyawa targetnya lagi. Siapa sebenarnya Tangan Tuhan ini?
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Utiyem
hedeeeehhh thor, aku jadi curiga juga dengan dokternya.....
2022-10-28
1
Hiatus
Tapi timbangan beratnya ada di akhirat nanti.
2022-10-07
1