Waktu menunjukkan pukul satu malam. Namun mata pria itu belum juga terpejam, kabar yang dia dapatkan sungguh, membuatnya tidak bisa untuk memejamkan matanya.
Setelah dua tahun berjuang untuk sembuh dan mengingat semuanya kembali, dia harus menerima kenyataan jika wanita yang dia cintai telah meninggal dan semua itu karena dirinya.
" Sena, maafkan aku! Harusnya aku tidak mengecewakan kamu! Aku memang breng-sek, aku bodoh. Aku telah membuat kamu meninggalkan aku. Tolang maafkan aku sayang, aku minta maaf." Ucapannya sembari berteriak dan memukul-mukul kepalanya sendiri.
Sehingga Ani dan Rey, yang masih belum tidur dapat mendengar teriakannya. Kamar Lian dan orang tuanya berdekatan, selain itu kamar Lian juga sengaja tidak di pasangkan peredam suara, mereka takut terjadi sesuatu kepada Lian dan mereka tidak tahu. Karena Lian baru saja pulang ke rumah, namun beberapa saat yang lalu dia langsung ingin mencari kebenaran Sena. Sehingga kakak sulungnya mau tak mau memberitahu keadaan Sena yang dia tahu sudah meninggal itu, kepada Lian.
Lian tentu saja tidak percaya. Tapi sang kakak kembali meyakinkan dia. Bahwa orang suruhannya sudah di minta untuk berjaga-jaga di sekitar rumah itu, namun selama dua tahun ini tidak ada gadis seusia Lian yang datang ke sana, hanya seorang wanita paruh bayah dan putra bungsunya yang menepati rumah itu. Mereka mengetahui hal itu dari tetangga Sena juga rumor miring tentang wanita paruh baya itu.
" Sayang, kamu kenapa? Apa kepala kamu sakit lagi, yang mana yang sakit sayang. Katakan sama mami." Ani langsung memeluk tubuh Lian dan menahan kedua tangannya, sehingga dia tidak menyakiti dirinya sendiri lagi.
Lian mungkin sudah di nyatakan sembuh dan ingatannya pun berangsur pulih, hingga di izinkan pulang tapi dia masih harus di terapi agar benar-benar sembuh sepenuhnya.
" Sena, Lian mi! Lian mau Sena, Lian nggak bisa kalau nggak ada Sena, lebih baik Lian mati aja mi."Ucapannya Sambil menjerit. Pria itu bahkan tidak menyadari ucapannya barusan telah membuat kedua orang yang selalu ada untuknya kecewa.
Bagaimana tidak kecewa, mereka dengan susah payah memperjuangkan kesembuhan Lian, tapi putra mereka justru ingin mati hanya karena satu wanita.
" Sayang jangan seperti ini, kamu masih punya mami! Kamu masih punya papi dan kakak-kakakmu yang mengharapkan kamu, tolong jangan seperti ini. Kamu membuat mami sedih, sayang." Sahut Ani, wanita paruh baya itu menangis tersedu-sedu, sembari memeluk tubuh putra semata wayangnya itu.
" Sena, Sena." Lian tidak menghiraukan ucapan mam-inya, dia masih saja berteriak memanggil-manggil nama Sena, membuat papinya terpaksa memanggil perawat yang bertugas untuk merawat Lian di rumah itu dan memintanya untuk menyuntikkan Lian obat penenang.
Barulah setelah itu, Lian bisa tenang dan tertidur. Saat pria itu telah tertidur orang tuanya hanya bisa menatap iba kepadanya.
" Pi, mau sampai kapan Lian seperti ini. Mami, sudah benar-benar tidak tahan." Ucapannya dengan jujur.
Hati ibu mana yang tidak akan hancur melihat anaknya se-hancur ini, hal itu juga berlaku untuk Ani, ibunya Lian. Andai Sena masih ada wanita itu akan melakukan segala cara agar putranya itu bisa mendapatkan apa yang dia inginkan. Tapi posisi mereka sekarang berbeda. Dia tidak mungkin menemui Sena di alam lain untuk menyenangkan putranya itu.
" Teruslah berdoa, papi yakin, suatu hari Lian pasti akan sembuh." Jawab Ray, pria itu masih bisa bersikap tegar, walaupun hatinya tidak jauh berbeda dengan sang Istri.
Wanita paruh baya itu hanya menjawab dengan anggukan kepala. Karena nama Lian akan selalu ada di setiap hembusan nafasnya dengan doa yang sama, yaitu kesembuhan untuk Lian.
...\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=...
Sementara itu di tempat berbeda! Ningsih begitu Menikmati hari-harinya bersama sang cucu.
Dia menjalankan peran seorang ibu juga nenek yang baik untuk Daffa. Menemani cucunya itu bermain serta mengurusnya dengan baik.
Seperti pagi ini misalnya, setalah memandikan Daffa, Ningsih langsung menyuapinya makan. Karena Daffa kini sudah berusia 1 tahun lebih, Sehingga cucunya itu sudah bisa makan. Walaupun masih makanan yang lembut karena gigi nya pun baru tumbuh empat, tidak mungkin untuk makan makanan yang terlalu berat.
Setelah makan, dia membawa cucunya itu jalan-jalan, sekaligus menikmati sinar matahari pagi. Karena itu sangat Baik untuk mereka.
'sudah ku bilang juga apa? Dia pasti selingkuh, lihat wajah anaknya nggak ada mirip-miripnya dengan mendiang pak aditama.' Ucap salah seorang wanita yang suka nyinyir, Saat Ningsih melewati mereka sambil menggendong Daffa.
' nggak boleh ngomong gitu! Kalau pun iya, memangnya ibu pernah lihat, Bu Ningsih membawa laki-laki lain ke rumahnya.' Sahut tetangga yang lainnya. Maklum saja mereka sedang berkumpul menunggu mas gerobak sayur yang biasa datang di pagi hari sambil mengiba.
'Iya, hati-hati loh Bu! Takutnya fitnah." Sahut yang lainnya sembari melirik kepada Ningsih.
Wanita itu seperti biasa, selalu menulihkan kedua telinganya dari gosip-gosip tetangga. Walaupun ucapan mereka terdengar begitu sangat jelas di kedua telinga Ningsih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Silvi Vicka Carolina
kasian salah paham ...lian berhenti hidup krena salah paham ...sedangkan sena berjuang hidup untuk masa depan
2024-08-28
0
Yuli Yuli
knp km g jujur SM kdua orgtuamu Lian biar tau hrs bgmn sljutnya tuk mncari sena
2024-05-06
0
Nia Kurniawati
karma buat kamu yg udah jahat Sama Sena makanya seumur hidup kamu akan di bantuin rasa bersalah
2022-10-26
2