Setelah acara doa bersama selesai, Lian langsung bergegas ke rumah Sena, pria itu membawa motornya dengan kecepatan tinggi berharap dia bisa segera sampai di rumah wanitanya, bahkan dia sudah siap jika harus mendapatkan amukan dari mamanya Sena.
Motor itu terus melaju dengan kecepatan tinggi, tidak terhitung berapa banyak kendaraan yang telah ia selip begitu saja. Belum lagi umpatan serta sumpah serapah dari pengendara lain, yang dengan sengaja ia bahaya kan nyawa mereka.
Lian, tidak peduli dengan itu semua, karena yang di pikirkannya saat ini hanyalah Sena, Sena dan Sena. Bahkan tatapan kecewa wanita itu serta tangisannya, selalu! Terbayang-bayang dalam pikirannya.
Pria itu sungguh merasa bersalah, karena telah menganggap semua yang di katakan Sena, hanyalah sebuah lelucon. " Sayang, maafkan aku! Aku akan memperbaiki semuanya, tunggu aku. " Ucap Pria itu, sembari memejamkan mata! Di ikuti butiran air mata, yang jatuh tanpa permisi, membasahi pipinya.
Terrrtttt.
Bunyi klakson panjang dari sebuah truk yang berlawanan arah dengannya, Membuat Lian membuka matanya, Hingga ia melihat truk yang semakin dekat dengannya, saat ingin menghindari Truk itu sudah terlanjur dekat, Sehingga tabrakan itu Tidak dapat di hindari lagi oleh Lian Karena kecepatan motornya yang di atas laju kecepatan yang di tentukan.
Bruukk Brukk.
Tabrakan itu, membuat Lian berserta motornya terpental jauh, bahkan tubuhnya beberapa kali, terbentur aspal, Sebelum berakhir membentur beton pembatas jalan. Helm yang pria itu gunakan hancur tak berbentuk begitu pun dengan motornya.
Dalam keadaan setengah sadar, pria itu beberapa kali, memanggil-manggil nama Sena, serta mengucapkan kata maaf dengan terbata-bata sebelum kesadarannya menghilang sepenuhnya.
...\=\=\=\=\=\=\=\=...
"Sayang, mama sudah menghubungi Paman kamu yang ada Riau, untuk sementara kamu tinggal dulu ya sama paman dan bibi juga Della, di sana." Ucap Ningsih, ketika menghampiri putrinya itu di kamar, sembari membawa segelas air panas di atas Nampan seperti biasanya.
Sena pun beranjak untuk duduk, wanita itu segera meraih, gelas berisi air putih itu. Namun baru saja Sena mengangkatnya, gelas itu sudah terjatuh.
Hancur berserakan dilantai, membuat Sena sedikit meringis, karena air panas dalam gelas itu sedikit mengenai tangannya.
" Sayang, Hati-hati." Ucap sang mama.
" Maaf ma!"
" Sudah nggak papa! Nanti mama ambil yang baru." Wanita paruh bayah itupun menunduk untuk memungut pecahan gelas itu.
Sementara Sena, Masih terdiam, entah kenapa! Wanita itu tiba-tiba merasakan nyeri, di dadanya. Namun Sena mencoba mengabaikan perasaannya sendiri.
" Ma, apa paman dan bibi tahu tentang keadaan Sena." Ningsih pung menghentikan gerakan tangannya, memungut pecahan kaca itu, Kemudian menatap kepada putrinya.
"Maaf ya! Mama terpaksa mengatakan yang sebenarnya, kamu juga tidak perlu khawatir, paman dan bibi siap menampung kamu, sampai anak itu lahir! Mama juga tidak mungkin mengurung kamu selamanya di rumah ini karena cepat atau lambat orang-orang akan mengetahui keadaan kamu." Jelas Ningsih, Sena yang paham maksud sang mama pun hanya mengangguk saja.
"Kapan Sena harus pergi mah?" Tanya Sena lagi.
"Malam ini, paman sudah mengirimkan kamu tiket pesawat." Jawab sang mama membuat sana terdiam. Entah mengapa dia tiba-tiba merasa ragu untuk pergi. " Kenapa kamu nggak mau?" Tanya Ningsih, Sena dengan cepat menggeleng kepalanya.
"Acara kelulusan Sena kan tinggal sebentar lagi mah." Ucap Sena, wanita itu ingin sekali mengikuti acara kelulusannya.
"Sayang, bukannya mama tidak mengerti kamu, tapi alangkah baiknya, kita bergerak dari sekarang untuk kebaikan kamu." Ningsih mencoba meyakinkan Sena," mama juga sudah berbicara dengan kepala sekolah, kamu! Nanti mama yang akan mengambil ijazah, sekaligus laporan pendidikan kamu, nggak papakan kalau Sena nggak ikut acara kelulusan?" Tanya Ningsih penuh Harap.
Sena yang tidak ingin mengecewakan sang mama lagi, hanya bisa pasrah dan mengangguk saja.
Setelah mendapatkan anggukan kepala dari putrinya itu, Ningsih pun meninggalkan kamar Sena sembari membawa pecahan kaca yang telah ia pungut. Tak lama setelah itu, dia kembali lagi dengan segelas air putih panas. Ningsih meletakkan gelas itu di atas nakas, saat melihat Sena sudah kembali berbaring sambil meringkuk seperti bayi.
Tatapan matanya terlihat kosong, Wanita itu kembali melamun, entah apa yang dia pikirkan, hingga tanpa ia sadari, air matanya kembali menetes lagi untuk kesekian kalinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
westi
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
2025-03-04
0
Yuli Yuli
apa mgkn jg Lian sgt mncintai Sena smpe Sena merasa klo Lian LG kecelakaan, apa tu ikatan hati antara anak dn ayah biologisnya
2024-05-05
0
Nia Kurniawati
kaya nya Lian gak sejahat itu mungkin
2022-10-26
1