Satu minggu sudah Sena berada di rumah, wanita itu tidak lagi masuk sekolah seperti hari-hari sebelumnya. Sena kini sedang membungkuk di hadapan wastafel, Bukan wanita itu kurang kerjaan dan sengaja melakukan hal itu. Tapi keadaan-lah yang membuat nya seperti ini.
Setiap pagi Sena harus membungkuk di depan wastafel untuk mengeluarkan isi perutnya, yang hanya berisi cairan saja.
Keadaannya membuat ia tidak bisa menikmati makanan dengan baik, jangankan melihat atau mencicipi. baru membayangkan saja isi perutnya sudah di aduk-aduk minta di keluarkan.
Tapi anehnya Sena masih terlihat baik-baik saja, padahal yang masuk dalam perutnya hanya air putih itupun harus dalam keadaaan panas.
Ningsih sampai di buat bingung dengan keadaan Sena, padahal dia waktu hamil Sena tidak separah itu, Ningsih masih bisa makan dan tidak mengalami morning sickness walaupun ada sebagian makanan yang tidak bisa ia nikmati.
"Bagaimana sudah lebih baik?" Tanya Ningsih ketika menghampiri putrinya itu sembari membawa segelas air putih yang masih mengeluarkan asapnya.
Mendengar suara sang mama, sena langsung mengangkat wajahnya sambil menggeleng kepala. wanita itu merasa masih ingin mengeluarkan isi perutnya tapi didalam sana sudah tidak ada yang bisa dia keluarkan.
Sena menatap mamanya dari pantulan cermin di hadapannya membuat air matanya kembali menetes dalam hatinya wanita itu sempat bertanya-tanya pada dirinya sendiri mungkinkah, semua ini hukuman yang harus dia tangung karena telah mengecewakan kedua orang tuannya.
Tuhan sedang menghukumnya dengan membuat ia merasa bagaimana sulitnya mengandung dengan segala tete-bengeknya. " Sudah jangan terlalu dipikirkan, kamu harus berpikir positif dan menjaga kesehatan kamu." Ucap sang mama seakan tahu apa yang tengah di pikirkan Sena saat ini. " Hampir sebagian wanita merasakan apa yang kamu rasakan sayang, bahkan banyak yang lebih parah dan tak masuk akal, kamu beruntung." Lanjut Ningsih lagi. Wanita itu hanya asal bicara saja, untuk meyakinkan putrinya, jika semuanya akan baik-baik saja.
Dan tanpa wanita itu sadari, apa yang dia ucapkan baru, memang benar adanya. "Ini minum." Wanita itu kemudian menyodorkan gelas yang di bawahnya kepada Sena.
Sena pun meraih gelas itu dan meminumnya dengan perlahan-lahan, karena air itu masih sangat panas untuk di minum dalam satu kali tegukan.
" Sampai kapan ma! Sena harus merasakan seperti ini?" Tanya wanita itu. Sungguh ia begitu tersiksa berada di posisi ini.
Posisi yang pisiknya sendiri belum tentu siap, apalagi mentalnya! Umumnya baru genap tujuh belas tahu, usia yang masih sangat labil-labilnya, namun semua telah terjadi, menyesal pun ia tetap harus menjalani semuanya.
"Sebaiknya kita ke dokter! Siapa tahu dokter punya obat untuk meredakan rasa mual kamu." Tawar sang mama tanya menjawab pertanyaan putrinya itu.
" Nggak usah ma! Gimana kalau orang-orang tahu tentang Sena, yang lagi hamil! Sena nggak mau buat mama semakin malu, Sena cuma punya mama, sekarang! Nggak papa jika Sena harus menahan ini lebih lama lagi, sungguh Sena nggak papa ma, Sena masih kuat kok! Sena tadi cuma tanya aja." Ucapannya, wanita itu mencoba tegar walaupun sejujurnya ia sudah sangat tidak tahan, tapi Sena terus berusaha tegar, ia tidak ingin membuat mamanya semakin khawatir. Sudah cukup dia merepotkan mamanya dengan masalahnya.
Sementara itu di tempat lain. Lian terus mencari kebenaran Sena selama seminggu ini, ia ke kelas Sena, ke kantin, ke perpustakaan bahkan taman belakang dimana Sena sering menyendiri membaca buku di sana, Rooftop. Semuanya Lian datangi tapi ia tidak kunjung menemukan wanita itu.
Tanya ke teman-teman sekelas Sena, mereka justru dengan kompak menutup rapat mulut mereka dengan jawaban tidak tahu bahkan ada yang tak menjawab.
" Kemana sih kamu?" Tanya Lian pada dirinya sendiri, pria itu terlihat mulai frustasi.
" Apa mungkin kamu benar-benar hamil." Pria itu terlihat begitu ragu dengan pertanyaannya sendiri.
" Sayang kamu ngapain sih! Aku cariin kamu! Tahunya disini." Sungut Tari. Wanita itu tidak suka karena Lian mulai mengabaikan keberadaannya.
" Aku lagi pengen sendiri." Ucap Lian, sengaja untuk mengusir tari pergi tapi wanita itu mana pekan, ia justru menempel pada Lian seperti linta.
" Tari."
" Nggak mau, aku mau temani kamu disini." Tegas Wanita itu. Membuat Lian hanya bisa menarik nafas berat. Karena keputusannya memanfaatkan Tari justru membuat wanita itu tidak ingin lepas darinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Yuli Yuli
Lian memanfaatkan tari tuk nyakitin Sena
2024-05-05
0
Katherina Ajawaila
thour coba liam yg di ksh ngidamnya, biar tau rasa gimana rasanya kalau. org hamil muda.
2023-08-06
1
Endang Priya
naaah. kalo sudah tiaďa baru terasa.
bahwa kehadirannya sungguh berharga.
2022-12-10
0