"Ammar tolong aku carikan sesuatu untuk bisa menghentikan pendarahannya! entah kain entah apa tolong carikan!" teriak Rika panik.
Ammar berlari di belakang gudang nampak banyak kardus dan potongan kain di dalam kardus, ia mengambil potongan kain itu dan terlihat dua penculik terikat di sana, ia pun berlari kembali di tempat di mana Angga berada lalu di berikan pada Rika kain tersebut, kemudian ia memberitahu pada polisi tentang keberadaan penculik tadi.
Polisi segera meringkus dua penculik itu. sementara itu Rika sudah mulai membalut dan mengikat perut Angga untuk menghentikan pendarahannya sambil terus meneteskan air matanya, Angga menatap gadis cantik itu sambil tersenyum," Aku tidak apa-apa dik."
"Tidak apa-apa bagaimana? darahmu banyak keluar, Ammar kenapa ambulancenya lama sekali?!" teriak Rika.
"Sudah dekat nona, sebentar lagi datang," kata salah satu dari polisi.
"Di belakang sana masih ada 2 orang yang saya ikat," katanya dengan lemah.
"Jangan banyak bicara biar polisi yang urus Mereka! "Kata Rika sedikit ketus dengan calon suaminya itu. Wajah Angga semakin pucat sambil meringis menahan sakit.
Polisi itu pun tersenyum dan mengangguk lalu pergi bersama rekannya menyusuri area gudang tersebut.
Tak lama kemudian mobil ambulance datang, beberapa tenaga medis turun membawa dua buah bankar dorong memasuki gudang tersebut.
Angga dan Azizah pun dibawa ke mobil ambulance dengan bankar dorong itu, Rika meminta polisi untuk membawa mobil Angga dan ia sendiri ikut ke mobil Ambulance itu.
Mobil ambulance pun berjalan meninggalkan gudang tersebut.
Sementara itu Ammar mengendarai mobilnya sendiri mengikuti mobil ambulance dari belakang bersama mama dan putranya. Mobil Ambulans itu bergerak dengan cepat menuju rumah sakit.
Sesampainya di sana Angga langsung dibawa ke ruangan operasi. Sedangkan Azizah dibawa keruang perawatan untuk mendapatkan penanganan yang lebih intensif bersama putranya, setelah bayinya di bersihkan Ammar pun mengumandangkan adzan dan Iqamah di telinga putranya.
Setelah itu ia keluar dari ruangan itu untuk memastikan keadaan Angga yang telah menolong istri dan mertuanya itu.
nampak olehnya seorang pria paruh baya sedang berdebat dengan dokter.
Ketika Rika melihat Ammar dia berjalan dengan cepat sambil berteriak," Am! tolong Angga dia kehilangan banyak darah, ia membutuhkan donor darah, karena persediaan rumah sakit kosong."
"Memang golongan darahnya apa dok?"
"Sudah ku bilang ambil darah ku!" paksa Raka pada dokter tersebut.
" Maaf pak Raka, anda tidak bisa mendonorkan darah anda karena faktor usia dan kondisi kesehatan anda." jelas dokter itu pada Raka.
"Sebentar om, memang jenis darahnya apa?" tanya Ammar pada kedua pria tersebut.
"B-." jawab dokter dan Raka bersamaan.
"Saya B- ambil darah saya dok!" perintah Ammar pada dokter tersebut. Raka pun terkesiap mendengar penuturan Ammar kemudian di tatapnya wajah Ammar, dia melihat cerminan dirinya yang masih muda.
Sebentar nak Ammar om mau bicara dengan dokter," kata Raka pada Ammar.
"Silakan om." beberapa saat terlihat Raka yang berdiri agak jauh dari Ammar berbicara serius dengan dokter itu dan dokter mengangguk, tanda dia mengerti dan berusaha melaksanakan permintaan Raka padanya. Lalu dokter itu pergi bersama Ammar ke sebuah ruangan untuk di periksa dan di ambil darahnya.
Beberapa lama kemudian dokter keluar membawa kantong darah pergi keruangan operasi Angga di ikuti beberapa menit kemudian Ammar keluar dari ruangan yang sama dengan dokter itu.
Raka yang melihat Ammar keluar, segera menghampiri dan memeluk pria muda itu," Trimakasih nak Ammar," ucapnya sambil menyeka matanya yang basah. ia menuntun Ammar dan duduk di ruang tunggu.
"Saya yang berterimakasih pada anda om.jika tak ada putra anda saya tak tahu apa yang terjadi dengan anak dan istri saya serta mertua saya."
"Nak, boleh saya bertanya sesuatu yang sifatnya pribadi?" tanya Raka pada Ammar.
"boleh om," jawab Ammar.
"Om dengar kamu anak angkat pak Burhan, apa kamu di ambil di panti asuhan?"tanyanya dengan menatap lembut pada Ammar.
"Tidak om, papa menemukan saya di jalan dalam keadaan pingsan dan luka parah, saya di bawah ke rumah sakit, setelah sadar saya tak ingat apapun dan akhirnya papa membawa saya kerumahnya."
" Maaf om saya akan melihat istri dan anak saya dulu,"
"Boleh saya ikut menjenguk anak dan istrimu?"
"Boleh om, mari om," kata Ammar berdiri dan berjalan menuju ruang perawatan istri dan anaknya.
Rika yang duduk di luar ruang operasi Melihat dua pria berjalan bersamaan, ia pun menghampiri dua pria tersebut," Am, trimakasih banyak," kata Rika pada Ammar.
Ammar hanya mengangguk, Raka menatap calon menantunya itu dan memberitahu ia akan menjenguk anak dan istri Ammar, Rika mengangguk sambil tersenyum ia kembali ketempat duduknya. kedua pria itu melanjutkan tujuannya untuk keruang perawatan Izah dan putranya. Ammar masuk keruang perawatan istrinya bersama Raka.
"Sayang, om Raka ingin menjenguk mu dan melihat putra kita," kata Ammar sambil mencium kening istrinya.
"Selamat nak Izah anda sudah menjadi ibu," ucap Raka sambil tersenyum pada Izah.
"Trimakasih om, bagaimana keadaan mas Angga om? Saya trimakasih banyak pada mas Angga dan mbak Rika, andai gak ada mereka berdua, saya gak tau bagaimana nasib saya om?"
"Doakan saja yang terbaik Angga masih di ruang operasi dan Rika menunggunya di sana. Nak boleh saya menggendong putra kalian?" tanyanya sambil menatap takjub bayi mungil yang ada dalam box bayi tersebut, ia merasa kembali di masa mudanya dulu, ketika melihat bayi Rafan pertama kalinya, putra ke duanya yang telah hilang itu. Ammar mengambil putranya dari box bayi dan di berikan pada Raka.
Dengan sangat hati-hati Raka mengendong bayi itu sudut hatinya basah, ada rasa sesak di dadanya," Semoga kamu benar-benar cucuku dan ayahmu adalah putra ku," gumamnya dalam hati.
"Siapa namanya nak Ammar?" tanya Raka Ammar kembali
"Rafaza Raditsha om."
"Bagus sekali namanya." kata Raka sambil menyerahkan bayi itu pada Ammar lalu berpamitan kepada mereka untuk kembali ke ruang operasi. Ammar pun mengantar sampai di luar pintu ruangan.
Raka berjalan meninggalkan ruangan itu dengan hati yang tak menentu.
Bayangan masa kecil Rafan terekam kembali dalam ingatan sampai ketika ia harus kehilangan Rafan kecil di mana saat itu momen bahagia bagi keluarganya.
Tanpa terasa ia terus berjalan melewati ruang operasi di mana putranya berada.
Raka terus berjalan tanpa menghiraukan sekelilingnya hingga tak mendengarkan seseorang yang memanggil dari tadi.
Rika memanggil calon mertuanya sambil berlari kecil mengejarnya," Dad, Daddy mau kemana?" tanya Rika sambil menarik tangan mertuanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 217 Episodes
Comments
Jesi Jasinah
semangat thor
2023-06-02
0
Namira
Ammar golongan darahnya sama Jangan-jangan adiknya Angga
2022-12-10
1
Yuli Fitria
Sekalian tes dna sih kek nya ha Thor
2022-12-06
1