Tepat jam 5.00 pagi Azizah sudah terbangun tapi tak menemukan Ammar di sofa. Hanya secarik kertas di atas batal, menjadi jawaban di mana Ammar berada. Azizah tak membaca surat itu langsung bergegas ke kamar mandi dan menunaikan shalat subuh.
Setelah selesai, ia pun bersiap menyusul suaminya. Ia berjalan sambil menyeret kopernya mencari mang Juned untuk mengantar ke Bandara. Sebelum pergi ia pun pamit kepada orang tuanya yang saat itu sedang berada di meja makan.
"Mam, Pa, aku mau menyusul Ammar ke Surabaya," kata Azizah sambil mencium punggung tangan kedua orang tuanya.
Rina segera mengambil kotak makan dan memasukkan beberapa roti yang telah diisi selai setelah itu, dia menyerahkanya pada Azizah, "Bawahlah dan makan ini di mobil."
Burhan menepuk pundak anaknya, "Hati-hati, nanti Papa akan hubungi Robi agar menjemput mu di bandara. Jika ada apa-apa hubungi papa."
Pesawat Aziza berangkat pukul 7.00 dan mendarat di Badara Juanda pukul 8.30. Ia berjalan keluar Bandara sambil menyeret kopernya. Ia menyalakan ponselnya dan beberapa saat kemudian panggilan masuk. Azizah segera menerima panggilan itu.
"Nona, ini Robi, apa anda sudah sampai? Saya menunggu anda di parkiran Bandara."
"Baik, saya akan ke sana" jawab Azizah singkat. Lalu, dia langsung mematikan panggilan telponnya.
Dia pun bergegas ke parkiran Bandara, dari kejauhan Roby yang melihat Azizah pun segera menghampiri wanita itu.
Ia ambil alih koper Azizah dan membawanya lalu memasukan ke dalam bagasi. Setelah itu, mereka pun masuk kedalam mobil dan pergi meninggalkan Bandara.
"Nona kita harus cepat ke hotel, tuan muda dalam bahaya," kata sambil mengemudi dengan cepat.
"Ada apa sebenarnya Rob?" tanya Azizah Bingung.
"Tuan Rehan menggelapkan Dana hotel Nona. Saya disuruh untuk menyelidiki tuan Rehan akhir- akhir ini oleh tuan muda Ammar. Beliau sudah lama curiga pada tuan Rehan," sambil terus fokus mengemudi.
"Apa kau sudah lapor polisi?" tanya Azizah
"Sudah Nona, kita harus masuk ke ruangan tuan Rehan, Nona," jawab Robi masih dengan menyetir.
"Bagaimana kita masuk?" tanya Azizah
"Saya tahu jalan rahasianya, Nona. Mari kita keluar kita sudah sampai," jawab Roby yang membuka pintu depan dan keluar.
Azizah pun keluar tanpa menunggu Roby membukanya.
Azizah mengikuti langkah lebar Roby, sampai harus berlari kecil. Sebab Azizah sudah tertinggal cukup jauh.
Merekapun berjalan memasuki lift, lalu berjalan di lorong yang berkelok, akhirnya mereka sampai di sebuah ruangan, di mana kantor Rehan berada.
Mereka bersembunyi di balik pintu penghubung. Dengan cepat Roby membantu, ketika melihat Ammar berkelahi dengan beberapa anak buah Rehan.
Tiga anak buah Rehan sudah terkapar dan tinggal 2 yang tersisa. Rehan yang panik saat itu, mengarahkan pistol ke arah Ammar.
Melihat itu, Azizah pun berlari kencang ke arah Ammar, lalu memeluknya dari belakang.
Bunyi letusan senjata pun bergema di ruangan itu, bersamaan dengan didobraknya pintu depan dari luar, Rehan pun lari melalui pintu rahasia, setelah melepaskan tembakan.
Pintu itu pun terbuka bersaman dengan tubuh Azizah yang mulai merosot dan jatuh kebawah, Robi dengan reflek menangkap tubuh Nona mudanya sambil berteriak," Nona!"
Ammar refleks berbalik mendengar teriakan Robi. ia terduduk lemas di lantai memeluk istrinya erat, dengan nafas yang tersengal Azizah membisikan kata pada Ammar, "A-aku sa-sangat men-cin-taimu." Setelah itu ia tak sadarkan diri Ammar pun menjerit dan berteriak, " izah! Robi, panggil ambulance!"
"Ambulance, sudah di luar Tuan kami sudah antisipasi ketika tuan Robi menelpon kami," kata salah satu petugas polisi yang mengamakan keadaan saat itu.
Tanpa berbicara Ammar pun membopong tubuh Azizah dan berlari ke luar hotel, Robi mengikuti tuan mudanya dari belakang.
Mereka memasuki lift dan bergerak ke lantai dasar, lalu pintunya terbuka, Ammar berlari mencapai pintu keluar hotel.
Tampak perawat membawa bankar dorong menyongsong mereka di ikuti seorang dokter di belakangnya.
Ammar berlari lalu membaringkan tubuh istrinya di atas bankar dan membawanya ke dalam mobil ambulance.
Ammar pun masuk ke dalam mobil ambulance lalu berpesan pada Robi, "Tolong tangani hotel dan segera telpon Mama dan Papa."
"Baik Tuan, segera!"
"Dok tolong selamatkan, Nona!" mohon Robi dengan mata basah.
Dokter itu pun hanya mengangguk lalu menyusul masuk ke mobil ambulance.
Di dalam mobil dokter dengan di bantu rekan medisnya memasang alat untuk menghentikan pendarahannya.
Sementara itu polisi meringkus kelima anak buah Rehan, mereka membawa kelima orang tersebut ke kantor polisi. Roby memberi tahu jalan rahasia itu kepada polisi segera menyusuri lorong rahasia dan berakhir di gudang dan terdapat lift menuju lantai dasar.
Sampai di lantai dasar polisi kehilangan jejak Rehan. Roby kecewa akan tetapi tak bisa berbuat apa pun, selain menyerahkan ini pada polisi.
Mobil ambulance tiba rumah sakit, Azizah di dorong diruang operasi, lalu pintu pun tertutup.
Di luar kamar operasi Ammar di minta menyelesaikan administrasinya.
Setelah selesai mengurus administrasi Ammar terduduk lunglai di kursi di ruang tunggu operasi. Terbayang penggalan-penggalan masa kecilnya bersama Izah nona mudahnya.
" Ammar aku mau jadi istri mu, tidak mau jadi saudara mu, kau mengerti!"
"Dasar kepala batu panggil aku, Izah!"
"Ammar kenapa tidak mau? Apa aku tidak cantik? Ah sedihnya aku."
"Ammar, apa kau benar-benar buta? aku cantik kan!"
"Ya, Nona anda cantik"
"Kenapa kau baru bilang iya setelah aku marah?" Dasar pembohong! kepala batu!"
Kata-kata itu tergiang di telinganya, Ammar menangis, hatinya sakit sangat sakit, terasa menyesakan dada, ia benar-benar menyesal tidak bisa menjaga izah tidak bisa membuat sahabatnya itu tersenyum, justru Izah yang memberikan warna dalam kehidupan Ammar.
Ammar duduk terkulai di depan pintu ruang operasi.
" Maafkan saya Nona, jangan tinggalkan saya Nona. Anda lah mentari dalam hidup saya di kalah mendung menyembunyikan mu, kau tetap pancarkan sinar mu, dengan malu-malu di balik awan kelabu," gumamnya lirih sambil terisak tak sanggup menahan tangis.
Nona, dimana saya saat itu? Hingga tidak mengenal mu
padahal kamu begitu dekat.
Nona, dimana hatiku berada saat itu? Hingga tak menemukan hatimu, yang selalu mendekat padaku.
Nona, begitu sepinya diriku saat ini.
Tidak ada yang merengkuh diri ku dan mendekap jiwaku.
Nona, kenapa kau pejamkan mata mu saat hati dan jiwaku terbuka?
Nona jangan menjauh dari hatiku.
Tak sanggup aku melewati jembatan kesedihan ini sendiri.
Nona cepat buka matamu dan lari lah padaku akan ku dekap hati dan jiwamu tanpa ku lepaskan kembali.
Ammar semakin tergugu. Bait-bait syair terucap dalam hati dan jiwanya menggigil menahan luka yang tak berdarah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 217 Episodes
Comments
Runik Runma
dasar egois
2024-07-15
0
վմղíα | HV💕
kalau sudah tiada baru terasa.
kehadiran nya sungguh berharga.
semoga izah bisa diselamat kan
2023-03-17
1
Friasta
Baru kerasa, ya, Ammar 🥰
2023-01-15
0