Malam berganti pagi hari Ammar tidak ke hotel urusan hotel ia serahkan ke Asistennya. Ammar dan Izah sudah duduk di depan meja makan bersama Burhan dan Rina tengah menikmati sarapan pagi.
"Pa, akhir-akhir ini ingatanku kembali namun tak seluruhnya, aku kembali mengigau di malam hari. Maukah papa mengantarku ke tempat di mana papa menemukan ku?"
"Papa mau asal kau berkonsultasi dengan psikiater dulu Mar, takutnya akan lebih berbahaya jika kau putuskan sendiri."
"Iya pa jam 10 kami akan konsultasi dengan psikiaternya."
"Nanti papa ikut, lalu kita langsung ke lokasi di mana kamu di temukan.
"Mama juga ikut ya pa."
"Mama gak usah ikut ini bahaya loh kita gak tahu orang yang menculik Ammar masih mencari Ammar atau tidak."
"Mama gak mau tahu pokoknya mama ikut."
"Ya sudah terserah mama saja, mama nanti duduk di belakang sendiri loh mam, papa bawa Juned soalnya."
"Iya gak papa yang penting mama ikut." Ammar dan Izah tersenyum melihat perdebatan orang tuanya. Mereka pun menyelesaikan sarapannya, setelah selesai Ammar duduk di teras depan sambil berbincang-bincang dengan Burhan. Begitu pula dengan Rina dan Izah sedang berada di taman belakang melihat kebun bunga yang di tanam mamanya. Tepat pukul 9.30 mobil sudah meninggal rumah menuju ke psikiater. tak lama kemudian mereka sampai dan segera menemui dokter Jonatan. Ammar dan Izah masuk ruangan. sementara Burhan dan Rina menunggu di luar. Tak lama kemudian Ammar dan Izah keluar ruangan dokter Jonatan mereka pun menceritakan saran dari dokter Jonatan kepada orang tuanya. Mereka pun berangkat dan berhenti di suatu tempat.
"Aku menemukanmu di sini Ammar." kata Burhan menoleh ke belakang.
"
"Pa kita kelilingi tempat ini mungkin Ammar akan mengingat sesuatu." kata Izah sambil menggenggam tangan Ammar mobil itu pun menyusuri jalan berharap Ammar akan bisa mengingat sesuatu.
Saat mobil itu melewati gudang tua sebuah pabrik textile, Ammar meminta Juned berhenti. Ia melepaskan genggaman tangan Izah lalu ke luar di ikuti oleh Izah namun Ammar melarangnya," Jangan ikut di dalam saja biar aku sama papa dan Juned!" Izah pun menurut.
"Pa, di sana mereka menyekap ku."
"Apa kita perlu ke sana?"
"Tidak pa, tidak perlu aku sudah mengingatnya. Kita pulang saja."
"Baiklah Ayo kita pulang Jun!" Mereka pun masuk ke mobil kembali dan mobil itu berjalan meninggalkan tempat yang menjadi kenangan pahit bagi Ammar.
Satu tahun telah berlalu Izah tak kunjung hamil membuatnya sedih dan cemas, suatu hari Ammar baru pulang larut malam dan saat itu Izah menunggu dengan cemas.
"ceklek" pintu terbuka nampak Ammar menyembul di balik pintu dengan wajah lelahnya, lelaki itu tersenyum melihat istrinya belum tidur.
"Kenapa belum tidur? ini sudah larut malam," katanya.
"Aku mencemaskan mu," Kata Izah sambil membuka kancing baju Ammar.
"Salah satu karyawan kita terjatuh dari lantai 4 aku membawanya ke rumah sakit."
"Apa kau bertemu Rika?" tanya Izah menatap lekat suaminya.
"Hai di sana banyak dokter, tidak hanya Rika sayang pertanyaan mu salah, harus kau bertanya kondisi karyawan itu, hem." Jawab Ammar sambil mengecup pipi Izah
"Ya, bagaimana kondisinya?"
"Nanti ya, aku ceritakan aku mandi dulu," Jawab Ammar berjalan menuju kamar mandi. Tak seberapa lama ia sudah kembali segar dengan pakaian rumahan di baringkan tubuhnya di samping istrinya di peluknya dan di cium bibir istrinya," Kenapa dengan hari ini sayang?"
"Tak tahu Am, kenapa aku takut kamu berpaling dari ku. Sampai sekarang aku belum hamil mungkin ini kesalahan ku Am, aku membuat mu menikahi ku dengan cara yang buruk."
"Tapi Aku suka, aku beruntung mempunyai istri seperti mu. Anak akan hadir pada waktunya sayang. Dan aku bersyukur kau punya ide yang cemerlang untuk menjeratku dalam cinta mu waktu itu," Katanya terkekeh, Izah memukul dada suaminya.
"Sudah ayo tidur lah!" Mereka pun tidur saling berpelukan hingga pagi pun datang dan mereka kembali dengan rutinitas mereka.
Di tempat lain di Jerman Angga mengemasi pakaiannya kedalam koper setelah mendapat telpon dari daddy. Setelah selesai ia menyerahkan cardlock pada sekuriti yang berjaga. Ia memberikan pesan pada pengolah gedung Apartemen untuk menyewakan apartemennya karena ia mungkin gak akan kembali. ketika taxi yang di pesan sudah sampai ia menyeret kopernya dan masuk ke dalam taxi, taxi itu pun membawa Angga meninggalkan apartemennya menuju bandara.
Tak seberapa lama seorang gadis keluar dari mobilnya Ia berjalan masuk kedalam gedung apartemen. Dengan penuh keceriaan is menaiki lift menuju lantai 10 lalu ke apartemen nomer 232.
Dia menekan bel berulang kali tapi tak ada yang membukakan pintu. Ia pun pergi dengan kecewa. sesampainya di lantai dasar di bergegas ke pos sekuriti dan bertanya tentang penghuni lantai 10 no 232 sekuriti yang berjaga.
"Tuan Angga sudah pergi nona katanya ia pulang ke Indonesia."
"Apa dia meninggalkan pesan untuk ku?"
"Tidak ada nona."
"Apa di akan kembali?"
"Seperti tidak dia meminta pihak pengelola untuk menyewakan apartemennya."
"Baiklah, trimakasih."
"Sama-sama nona."
Gadis itu pergi dengan rasa kecewa, gadis yang bernama Anjani permata berjalan lunglai menuju mobilnya dan tak lama kemudian mobil itu pergi meninggalkan apartemen Angga. Di dalam mobil Anjani meluapkan rasa kecewanya dan marahnya.
"Sialan kau Angga, kurang apa aku padamu hingga kau tidak bisa membiarkanku masuk kehati mu."
"Awas kau Azizah akan ku singkirkan kau untuk selamanya dari hati Angga. Angga hanya milikku seorang tidak boleh ada yang memilikinya jika itu terjadi maka gadis itu akan mati di tanganku."
Sementara Angga sudah berada di bandara segera menuju pesawat yang akan membawanya pulang. "Mam, aku pulang tolong sehatlah untuk ku." gumamnya dalam hati.
Angga memejamkan matanya air matanya menetes mengingat kejadian 18 tahun yang silam di mana ia kehilangan adiknya di pantai punalu'u dan tak ditemukan sampai sekarang membuat ibunya syok.
Ayahnya sudah mengira bahwa adiknya sudah meninggal namun ibunya tak pernah percaya, beliau selalu percaya akan bertemu dengan anak bungsunya itu suatu saat."
Sekilas ingatnya melayang pada kejadian silam.
"Mam, Rafan sudah tiada seorang warga melihat ia melompat ke sungai dengan arus yang deras dari kejaran penculik," Kata Raka pada istrinya yang tengah menunggu kabar tentang putranya.
"Aku tidak percaya sebelum aku melihat jasadnya, putraku masih hidup, dia masih hidup! " teriaknya histeris dan kemudian pingsan dalam pelukan Raka.
"Mam, maaf aku belum menemukan Rafan, tolong bersabarlah dan berjuanglah untuk tetap sehat agar kau bisa memeluk kembali putra mu itu, Rafan adikku." gumamnya dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 217 Episodes
Comments
Jesi Jasinah
hadir thor
2023-05-29
0
վմղíα | HV💕
up
2023-03-27
0
Namira
Semoga Rafan bisa segera bertemu dengan ibunya
2022-12-10
2