Di rumah Azizah sudah mulai sepi. Ammar yang berada di kamar Azizah meminta ijin pada Azizah untuk menemui Rika.
Ammar yang duduk di pinggir ranjang, melihat Azizah yang duduk di depan meja rias sambil membersihkan makeup di wajahnya.
"Nona, boleh saya minta ijin untuk menemui Rika sebentar," tanya Ammar ragu
Azizah menoleh ke Ammar dengan tatapan tajam," pergilah! Jika kau ingin pergi."
"Nona, dia belum tahu kalau kita sudah menikah," kata Ammar sambil menunduk.
Azizah memejamkan matanya sejenak, "Pergilah Ammar!"
Ammar menatapnya sendu lalu mengecupnya keningnya dan mengusap lembut rambutnya, "maaf Nona, saya akan segera kembali," kata Ammar lalu pergi keluar kamar dan menghilang di balik pintu.
...****...
Di sebuah rumah makan sederhana, di sinilah ammar dan Rika duduk saling berhadapan, mereka saling menunduk. Ammar berbicara dengan suara gemetar, "Maaf Rika, kita tidak bisa bersama lagi aku sudah menikah."
"Dengan Azizah?" tanya Rika dan Ammar mengangguk. Seketika buliran air matanya menetes tanpa bisa di bendung.
"Aku mengerti, satu minggu yang lalu Rumah Sakit memintaku untuk menjadi dokter sukarelawan di desa terpencil.
Ada wabah di sana, aku belum memutuskannya. Itu karena kamu, Ammar. Akan tetapi sekarang berbeda aku yakin akan pergi ke sana, karena di sini aku sudah tidak terikat apapun dengan mu," kata Rika sambil membuka cincin pemberian Ammar dan meletakkan di meja di depan Ammar.
Rika terdiam sesaat lalu meneruskan kembali ucapanya, "Aku tak berhak memiliki cincin ini. Selamat semoga kalian bahagia," kata Rika kembali sambil mengulurkan tangannya.
Ammar menyambut uluran tangan Rika dengan tangan yang gemetar. Ia tak berucap sepatah katapun pada Rika dan hanya bisa menunduk menyembunyikan lukanya.
Rika berdiri dari tempat duduknya dan pergi tanpa menoleh kebelakang.
Ammar terdiam dan mengambil cincin itu lalu di masukannya di dalam saku celananya, mengusap sudut matanya yang sedikit basah, ia pergi setelah membayar minuman mereka.
Ia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi di suatu tempat.
Beberapa menit kemudian ia sudah sampai ke pantai itu, gulungan ombak saling berkejaran, buih-buih ombak yang pasang surut menerjang kaki telanjangnya. Tak tahu kemana hati berlabuh takdir lah yang membawa kita di tempat kita berlabuh. Ammar berjalan menyusuri tepi pantai, duduk di atas pasir putih. Merenungi kisah hidupnya yang malang hingga larut malam.
Sementara itu, Azizah gelisah di kamarnya menunggu Ammar pulang. Ia tak berhenti menangis sambil melihat jam dinding yang menunjukkan pukul satu dini hari, Ammar belum juga pulang. Ia meringkuk di atas ranjang di tariknya selimut sampai batas leher, mencoba memejamkan matanya. Hingga akhirnya terdengar suara deritan pintu terbuka, Azizah pura-pura tertidur kembali, kemudian terdengar langkah kaki mendekatinya lalu terasa ada tangan yang menyentuh rambutnya sesaat, kemudian terdengar lagi langkah kaki berjalan dan suara pintu yang tertutup, berganti dengan suara kucuran air dari kamar mandi lalu berganti lagi dengan suara deritan pintu lemari yang di buka, tak lama kemudian gelap.
Azizah melirik ke sofa terlihat Ammar sudah meringkuk di sana, kemudian terdengar dengkuran halus yang keluar dari mulutnya. Azizah tertidur setelah lelah menangis.
Ammar melalui harinya dengan kesibukan kerja, setelah Burhan menyerahkan kepemimpinan hotel padanya.
Ia selalu pulang ketika sudah larut malam dan pergi sebelum fajar datang. Setiap malam ia hanya mencium kening istrinya lalu tidur di sofa.
Di tempat lain di Jerman Angga mulai sibuk dengan kuliahnya dan berkutat dengan buku-buku tebalnya.
Di Jerman ia sudah mulai bisa melupakan sedikit tentang Azizah karena Ada seorang gadis yang sering mengganggunya dari pertama ia tiba di jerman, gadis itu selalu usil walau ia pun baik dan membantu kesulitan Angga. Nama gadis itu Anjani Permata.
Tak ubahnya dengan keadaan Rika di tempat kerja barunya selalu sibuk dengan pasien-pasiennya hingga larut malam dan terlelap di saat ia lelah.
Hari berjalan terus tanpa di sadari 1 tahun telah terlewati namun kehidupan ke empat anak manusia belum bisa bergerak maju, Rika, Angga dan Ammar dengan hati yang belum selesai lalu Azizah yang selalu ingin meraih cinta Ammar yang tak kunjung berbalas.
Sikap Ammar masih tetap manis seperti dulu namun ada batas dinding yang tidak bisa dilalui dan tidak bisa di masuki Azizah tapi ia tak bisa berhenti mencintai Ammar.
Setiap hari di waktu makan siang Azizah datang di kantor Ammar dengan membawa makan siang, namun Ammar tak ada di ruangannya ketika makan siang, menunggu Ammar sampai ia tertidur di sofa hingga sore hari.
Azizah beranjak dari sofa dan berjalan keluar dengan membawa pulang kembali rantang makanan yang belum tersentuh, dengan langkah gontai ia memasuki lift dan menghilang di balik pintu yang tertutup dengan rapat.
Setibanya di lantai dasar pintu lift terbuka kembali. langkah kakinya berdetam seirama hatinya yang gusar, kaki-kaki jenjang itu melangkah melewati pintu keluar menuju mobilnya.
Azizah masuk ke dalam mobil dan melajukannya meninggalkan hotel, ia melajukan mobilnya tanpa arah mengitari jalanan yang mulai sedikit gelap, hingga memutuskan kembali kerumahnya.
Setibanya di rumah ia menaruh rantang makanan di meja dan langsung pergi ke dalam kamarnya tanpa sepatah kata pun.
Di suatu malam Ammar menyiapkan pakaian untuk perjalanan dinasnya ke Surabaya.
Tiba-tiba saja Azizah terbangun, "Mas, lagi apa? Kenapa belum tidur?" tanya Azizah dengan suara serak sehabis bangun tidur pada Ammar.
Ammar menoleh lalu tersenyum kemudian melangkahkan kakinya ke ranjang menghampiri istrinya di kecupnya kening istrinya dengan lembut " Maaf membuatmu terbangun, aku mau ke Surabaya pagi ini, hotel di sana bermasalah, tidurlah kembali ini masih petang!" kata Ammar lembut.
Azizah menggeleng sambil terus menatap Ammar, " Boleh aku ikut?" pintanya pada Ammar
"Jangan akan berbahaya buatmu, aku tidak ingin terjadi suatu hal denganmu. Kau tahu bukan, dari dulu aku menyayangimu tidak ingin kau terluka," jawab Ammar sambil merebahkan tubuh istrinya kembali ke ranjang dan memasang selimutnya.
"Hanya sayang? Tidak bisakah lebih dari itu?" tanya Azizah sambil menatap sendu ke wajah Ammar.
"Maaf, jangan memaksa, Ku mohon! Aku akan berusaha," kata Ammar menenangkan Azizah.
"Kau menghindari ku, Ammar," kata Azizah sambil memiringkan tubuhnya membelakangi Ammar.
"Tidak, aku hanya sibuk. Nanti jika ada waktu aku akan menemanimu kemanapun kau pergi, aku tetap sahabatmu Izah. Apa kau senang aku memanggil nama mu?" tanya Ammar sambil merapikan selimut istrinya menariknya sebatas leher.
Azizah mengangguk dan hanya terdiam mencoba memejamkan matanya kembali. Ammar memadamkan lampunya lalu membaringkan tubuhnya di sofa, tak seberapa lama kemudian terdengar dengkuran halusnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 217 Episodes
Comments
Jesi Jasinah
semangat terus thor
2023-05-03
1
վմղíα | HV💕
semangat Thor nyimak
2023-03-17
0
Jasmin Fathin
Akhirnya Ammar harus mengakhir hubungan antara dia dan Rika
2023-01-17
0