Menikahi Sahabatku
Ammar adalah anak dari pengusaha ternama yang bernama Raka Dintara dan Rima Amanta yang mempunyai dua anak lelaki bernama Angga Diantara dan Rafan Dintara. Rafan Dintara di culik oleh rekan bisnis Raka yang sakit hati kepadanya, di saat keluarga tersebut berlibur ke Amerika Serikat.
Penculik itu membawa Rafan ke Indonesia.Tiba di Indonesia Rafan menerima siksaan hingga membuatnya merasa tidak kuat, ia pun melarikan diri. Dalam pelariannya bocah itu tertabrak mobil milik pengusaha hotel terbesar di kota Jakarta bernama Burhan.
Burhan yang hendak pulang kerumahnya sore itu terkejut melihat anak kecil tergeletak di depan mobil dengan luka fisik amat sangat, dengan baju berlumuran darah yang sudah mulai kering. Burhan membawanya ke Rumah Sakit. Selama 3 hari bocah lelaki kecil itu di rawat di Rumah Sakit, dalam keadaan koma.
Ketika sadar dia pun lupa ingatan, tidak tahu nama dan tempat tinggalnya. Karena tak tahu kemana harus mencari keluarganya, maka Burhan membawanya pulang dan memberikannya nama yaitu Ammar Raditsha.
Di sore itu sepulang dari hotel, Burhan datang kembali ke rumah sakit, menjemput Ammar dan mengajaknya tinggal di rumahnya.
Sesampainya di rumah di perkenalkannya Ammar dengan anaknya bernama Azizah dan istrinya Rina.
"Hai namaku Azizah, mulai sekarang kamu harus membantuku dan melindungi ku!" kata Azizah bocah berumur enam tahunan itu.
"B-baik, Nona Azizah, saya akan melindungi anda dengan segenap hati dan jiwa saya untuk Nona karena tanpa Tuan saya pasti sudah m-mati." kata Ammar terbata-bata.
Rina terharu mendengar ucapan Ammar lalu memeluk bocah kecil yang ringkih itu.
"Panggil saja saya Mama seperti Azizah yah Ammar," pinta bu Rina dan Burhan mengangguk.
"Maaf Tuan, Nyonya. Saya merasa tidak pantas," jawab Ammar.
"Kamu tidak boleh menolak!" perintah Rina penuh penekanan.
"Azizah dia sekarang akan menjadi saudaramu," kata Burhan.
"No Papa! Nanti kalau aku sudah besar, aku mau jadi istrinya Ammar! Jadi aku tidak mau jadi saudaranya, kita sahabatan saja ya sekarang," kata gadis kecil itu lagi sambil tersenyum pada Anak laki-laki itu.
Burhan dan Rina tertawa. Burhan hanya menggeleng-geleng kan kepalanya mendengar celoteh anaknya.
"Bik Siti, antar Ammar ke kamarnya ya." perintah Burhan kepada asisten rumah tangganya.
"Papa, biar Izah yang mengantar ke kamar ya," pinta Azizah pada orang tuanya lalu meraih tangan bocah lelaki kecil itu dan menariknya untuk mengikutinya berlari.
Setelah melewati berbagai macam ruangan di rumah besar itu, Azizah dan Ammar segera sampai pada ruangan yang dituju mereka.
"Nah ini kamar kamu, bagus bukan? Dan di lemari itu sudah di siapkan baju untuk mu loh, tadi sebelum kamu sampai di sini kami beli baju dulu untuk mu." jelas Azizah.
"Kata Papa kamu tidak punya pakaian dan pakaian mu hilang, bagaimana bisa hilang? Ayo cerita kan padaku." tuntut Azizah dengan raut wajah terheran, gadis kecil itu berbicara lagi. "Masak pencuri suka baju? Bukankah lebih enak mencuri uang dari pada baju?" celoteh Azizah tak pernah berhenti mengerakan kaki, tubuh dan tangannya berkeliling untuk memberi tau apa yang ada di kamar itu.
"Saya juga tidak tahu Nona mungkin karena saya tidak punya uang, pencuri mengambil semua baju saya," jawab Ammar seadanya.
"Mereka seharusnya tidak boleh begitu! Nanti kau tidak punya baju, terus kau pakai apa? bisa malu kau, gak pakai baju tahu!" Azizah terkikik sambil menutup mulutnya. "Sungguh kejam pencuri itu padamu sampai tidak menyisakan sedikit pun baju untuk mu," kata gadis kecil itu. Ammar hanya tersenyum saja.
"Hai Ammar kenapa dari tadi kamu hanya senyum-senyum saja, ayo jawab! aku baik kan?"
"Iya Nona anda baik," jawab Ammar diiringi dengan senyum manisnya pada Azizah.
"Jangan panggil Nona, panggil Izah!" teriak Azizah tak terima.
"Harus panggil Non Izah! Non!" jawab Ammar, ikut tak terima.
"Izah."
"Non Izah."
"Izah."
"Non Izah."
"Dibilang panggil Izah, kamu ngeyel aja! dasar kepala batu!" teriak Azizah sambil menjitak kepala Ammar lalu meninggalkan kamar Ammar sambil menutup pintu dengan keras.
Ammar hanya bisa menghela nafas dengan sikap gadis itu, dengan ragu ia rebahkan tubuhnya, matanya menatap langit-langit kamar dengan tatapan kosong, "Sebenarnya, siapa sih aku? Apa yang terjadi? Kenapa aku tidak ingat apa pun?" gumamnya dalam hati.
Ammar bangun dari ranjangnya dan berjalan ke lemari pakaian. Ia mengambil handuk serta pakaiannya lalu melangkah ke kamar mandi.
Ia membuka pakaiannya, banyak memar dan sayatan seperti bekas cambukan, membuka sekelebat ingatan tentang kejadian yang mengerikan. Dipejamkan matanya sejenak lalu ia pun mengguyur tubuhnya dengan air yang mengalir dari shower.
Setelah selesai ia pun segera berpakaian dan keluar dari kamar mandi. Ia terkejut melihat Azizah yang sudah duduk di bibir ranjangnya dan menatapnya sambil bertopang dagu. Mata Azizah berbinar, senyum manis mengembang di bibir kecil gadis itu.
"Nona? apa Nona sudah lama ada disini?" Tanya Ammar lembut pada nona kecilnya. Ia tak bergerak, berdiri di depan ranjangnya.
"Lumayan lah, aku sampai ngantuk karena bosan menunggu mu mandi," kata Azizah.
"Kenapa Nona menunggu saya?" tanya Ammar dengan tatapan bingung
"Disuruh Papa menjemput mu untuk makan," jawab Azizah sambil berdiri dan menarik tangan Ammar mengajaknya berlari keluar.
Kaki kecil itu dengan lincah berlari dari kamar menuju ruang makan lalu berhenti tiba-tiba, membuat Ammar terseret ke depan menabrak tubuh Azizah kencang, membuat gadis itu terhuyung ke depan, namun sebelum terjatuh dengan reflek Ammar menariknya cepat membuat dirinya terpelanting ke belakang, tubuh Azizah menimpah tubuh Ammar dengan keras.
"Brakk!"
"Aduh Nona!" teriak Ammar, merasa kesakitan. Burhan langsung berdiri dan berlari menolong mereka dengan mengangkat tubuh Aziza lalu kemudian mengangkat tubuh Ammar di gendong dan di bawahnya ke tempat duduk. Azizah mengikuti langkah ayahnya dan duduk di kursi di samping Ammar, Burhan membelai rambut anaknya sambil berkata," lain kali jangan berlari ya."
Azizah tersenyum sambil mengangguk lalu menoleh ke Ammar menatap penuh penyesalan," maafkan aku Ammar."
"Tidak apa-apa Nona, saya baik-baik saja," katanya tersenyum sambil melihat Nona mudanya. Burhan dan Rina tersenyum dan menyuruh mereka segera makan.
Sekarang keluarga Burhan di penuhi kebahagian setelah kehadiran Ammar. Hari-hari yang ceria di lalui dengan perdebatan kecil dan derai tawa Ammar dan Azizah.
Ammar di sibukkan dengan sekolah, latihan beladiri, bermain bersama dan menjaga nona kecilnya itu.
Ammar selalu menjaga Azizah layaknya seorang kakak yang siap membela dan membantunya setiap saat. Layaknya bodyguard yang selalu maju ke depan ketika teman Azizah mengganggu nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 217 Episodes
Comments
Nuhume
Wah keren in, simpan jejak dlu. Penulisan kakak rapi, wajib di tiru🌻🌻🌻
2023-05-06
1
վմղíα | HV💕
salam kenal thor mampir juga kecerita ku ya 👃👃
2023-03-17
1
Heri Wibowo
maaf Kak,baru gabung.
2023-02-28
1