Angga duduk dengan gelisah di loby rumah sakit sesekali melihat jam tangannya mata menyorot pada pintu keluar pegawai rumah sakit, tak lama kemudian tersunging senyum di bibirnya ketika matanya menangkap sesosok wanita cantik berhijab yang berprofesi sebagai psikiater.
"Sudah lama nunggunya mas," tanya wanita itu pada Angga.
"Tidak, kalau untuk dokter Rika aku rela menunggu lama." katanya sambil menatap wanita itu tanpa berkedip.
Rika pun terkekeh," Sejak kapan mas Angga bisa menggombal seperti ini."
Angga tertawa ia berdiri dan menggamit pinggang Rika," Sejak meletakan tanganku disini untuk menahan dokter cantik ini jatuh."
Sesaat wajah Rika merona, ia melepaskan tangan Angga dari pinggangnya," Jangan peluk-peluk mas bukan mahrom," katanya sambil berjalan cepat.
"Dokter Rika! maukah kau menikah dengan ku?" Teriak Angga pada dokter Rika yang berjalan mendahuluinya.
Rika menghentikan langkahnya lalu membalikkan tubuhnya.
Ia melihat Angga berjalan mendekatinya dan mengeluarkan sebuah kotak perhiasan lalu membukanya di sana terdapat cincin permata yang Indah.
Angga berjongkok di hadapan Rika," Dok aku menyukai mu sejak pertama kali bertemu dan saat ini semakin mencintaimu, ingin menempatkan mu di hatiku selamanya, maukah kau menikah denganku menjadi istri dan ibu dari anak-anak ku kelak."
"Tolong jangan patahkan hatiku jika kau menerima ambillah cincin ini."
Wajah Rika merona karena malu namun hatinya berbunga-bunga.
Beberapa rekan Rika berada di tempat itu berteriak pada Rika.
"Trima, trima," ucap mereka bergemuruh Rika pun menatap Angga mencari kesungguhan di wajah teduh itu.
Ia pun mengambil cincin itu," Ya aku mau, a-aku mencintaimu mas," jawabnya tergagap dengan rona merah di wajahnya.
Angga berdiri mengambil cincin itu dan di pasangkan ke jari manis Rika lalu mencium jemari tangan Rika.
Terkesima Rika saat itu langsung menarik tangannya dari genggaman Angga," Mas belum mahrom, gak boleh!" kata sambil matanya melotot kearah Angga, Angga tertawa sambil menggaruk tengkuknya," Ha..ha..ha, maaf dek, kelepasan."
Rika tersipu mendengar perubahan panggilan Angga padanya.
Rekan-rekannya sesama dokter menghambur memeluk Rika dan mengucapkan selamat pada Rika.
Setelah itu mereka pun pergi meninggalkan Rika dan Angga yang masih berada di halaman rumah sakit, Angga menyentuh sedikit tangan Rika mengajaknya untuk segera ke area parkir di mana ia memarkirkan mobilnya," Ayo mama sudah menunggu mu," katanya sambil melangkah mendahului Rika.
Ia membuka pintu samping menunggu Rika masuk ke mobilnya, lalu menutup pintu mobil dan berjalan memutar masuk dan duduk di belakang kemudi.
Angga melihat Rika kesulitan mengenakan sabuk pengaman, ia pun membatu Rika dengan tenang, jarak wajah Rika dengan Angga begitu sangat dekat hingga membuat Rika menahan nafasnya," Nafas! dek nanti pingsan," kata Angga melirik kekasihnya itu sambil terkekeh.
Rika pun memukul bahu Angga Rona merah menjalari di permukaan wajahnya.
"Kamu kalau malu makin cantik dek," Kata Angga tersenyum sambil menjalankan mobilnya menuju rumahnya.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan tak terasa kandungan Izah sudah 8 bulan lebih 2 minggu.
hubungan Angga dan Rika pun sudah mendapatkan restu kedua keluarga, 3 bulan lagi mereka meresmikan hubungan mereka ke jenjang pernikahan.
Sementara itu di tempat lain di Jerman seorang gadis meratapi cintanya yang tak berbalas.
Ia meneguk beberapa botol minuman keras di apartemennya sambil melihat foto seorang gadis yang di ambil dari apartemen Angga 2 tahun.
Ketika itu ia mencari obat di laci meja kamar Angga untuk mengobati Angga yang terluka karena menolongnya dari orang yang akan melecehkannya.
Di balik foto itu tertulis The girl I love more than anything, Azizah Zarah.
Ia memaki gadis yang ada di foto tersebut sambil menegak minuman haram.
Empat botol sudah ia tegak dan ia pun tak sadarkan diri di apartemennya.
Jam 12 siang gadis itu terbangun ia kembali melihat gadis di dalam foto itu, "kalau aku tidak dapatkan Angga engkau juga tak akan pernah dapatkan dia," gumamnya dalam hati.
Di fotonya foto itu dengan kamera ponselnya.
Ia pun mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi, setelah mandi ia mengemasi pakaiannya dan di masukan ke dalam kopernya, hari ini ia berniat pergi ke Indonesia untuk menyusul Angga.
Gadis yang bernama Anjani Permata itu membulatkan tekadnya untuk merebut cinta Angga bagaimana pun caranya.
Gadis itu pun keluar dari apartemen dengan menyeret kopernya memasuki lift yang membawanya ke lantai dasar apartemennya itu.
Ia mengirim pesan pada orang tuanya kalau dia pergi ke Indonesia untuk urusan penting. Orang tua Anjani pun kurang peduli pada anaknya, hingga pesan yang sudah terkirim 30 menit yang lalu belum terbaca dan terbalas. Anjani sudah sampai di bandara.
Ia menelpon supir keluarganya untuk mengambil mobil di apartemennya yang kuncinya di titipkan pada sekuriti.
Setelah menelpon langsung menuju pesawat yang ia tumpangi.
jam 10 pagi keesokan harinya Anjani sampai di Bandara Soekarno–Hatta ia memesan taxi untuk pergi ke hotel.
Setelah sampai di hotel ia pun memesan kamar ketika ia sedang memesan kamar ia melihat wanita berjalan memasuki lift khusus yang di antar sekuriti.
Anjani bertanya pada resepsionis hotel," Boleh tahu mbak ibu tadi siapa ya? Sepertinya orang penting di sini."
"Oh, itu pemilik hotel ini mbak."
"Trimakasih mbak,"ia menyeret kopernya dan akan masuk kedalam lift, namun lift itu pun terburu tertutup, sekilas nampak merasa kenal dengan orang masuk di lift itu.
Ya ia merasa bahwa itu adalah Angga.
Anjani menunggu lift terbuka, tak lama kemudian liftnya pun terbuka.
Ada beberapa orang keluar dari lift tersebut.
Anjani pun masuk di lift itu bersama beberapa orang yang akan lantai atas.
Beberapa saat kemudian ia pun sampai di lantai di mana kamarnya berada.
Ia pun memasukan cardlock dan pintu pun terbuka ia masuk ke kamarnya ia membiarkan kopernya teronggok begitu saja di lantai.
Ia membaringkan tubuhnya di ranjang tatapannya menerawang," Apa aku terlambat? Apa kamu sudah menikah dengannya, dan sekarang ia hamil? Kenapa aku tak tahu apa pun tetang mu Angga? Bahkan nomor telepon mu sudah tidak bisa ku hubungi." gumamnya dalam hati.
Kemudian ia bangkit dari ranjangnya dan menelpon seseorang, "Aku butuh beberapa orang untuk misi ku, carikan segera aku bisa bayar berapapun yang mereka pinta."
Ia mengirim foto pada seseorang, "culik wanita itu untuk ku saat ini dia sedang hamil besar!" Perintahnya pada orang yang di teleponnya lalu menutup telponnya.
Ia mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi, tak lama kemudian gemericik air terdengar.
Di ruangan lain nampak Ammar menunggu seseorang.
Tak lama kemudian ketukan pintu terdengar dan pintu pun terbuka dari luar terlihat wanita hamil menyembul dari pintu dan masuk dalam ruangan itu.
Ammar pun menghampiri wanita itu dan menuntun ke sofa, Ia pun duduk di sofa di samping Ammar.
"Kenapa nekat kemari? lihatlah perut ini sudah buncit seperti ini sayang, aku takut terjadi apa-apa dengan kamu dan bayi kita," katanya sambil membelai dan mencium perut istrinya.
"Aku malah takut kamu ketemu dengan dokter Rika." Ammar pun tertawa mendengar jawaban istrinya.
"Aku tak akan terpengaruh, hanya kamu seorang."
tak lama kemudian terdengar suara salam, Ammar pun menjawab salam mempersilakan tamunya.
Angga pun masuk dan melihat Azizah mengandung, "Wah, selamat Anda akan menjadi Ayah tuan Ammar." katanya sambil mengulurkan tangannya menjabat mitra bisnis nya.
"Silakan duduk tuan Angga, saya senang anda memilih hotel kami untuk hari bahagia Anda, apa anda sendirian?"
"Iya, Rika menangani pasien yang dalam gawat darurat, jadi tidak bisa ikut."
Setelah beramah-tamah mereka membahas beberapa konsep dan kamar yang mereka sewa dan rencana Angga memboking seluruh kamar pada acara itu. Kesepakatan telah di ambil dan rapat pun selsai Angga pun pamit meninggalkan hotel begitu pula Ammar mengantar istrinya sampai ke mobil mobil yang di kendarai bang Juned pun berjalan meninggalkan hotel Ammar kembali ke ruang kerjanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 217 Episodes
Comments
Jasmin Fathin
Aduh jadi penasaran
2023-02-03
0
Namira
Apa yang di rencanakan Anjani ya...?
2022-12-10
0