Setelah mereguk kasih sayang dan cinta dua insan saling berpelukan dalam satu selimut, nafas yang semula memburu perlahan menjadi normal kembali, ditatapnya mata indah Izah yang terlihat nampak lelah. Dikecupnya kening Izah. Ammar tersenyum lalu ia mengambil sesuatu di atas nakas lalu di tunjukkan pada Izah.
"Hadiah dari papa yang terlambat,"
"Tiket bulan madu di Hawaii, Am?"
"Ya, kau tidak suka?
"Aku suka Am. Kemanapun asal denganmu, Papa tahu kau suka pantai." Ammar tersenyum, dipeluknya istrinya dan disandarkannya kepala istrinya ke dadanya. pasangan suami istri itu pun terlelap dalam buaian malam yang syahdu.
Pagi harinya mereka sibuk bersiap untuk berangkat bulan madu, Burhan sudah berpesan agar mereka berangkat dari hotel saja, Izah. Sejak tadi subuh sudah jengkel dengan Ammar, Ia tak mengira akan pergi hari ini juga, ia tidak membawa pakaian ganti sama sekali sehingga dia hanya memakai handuk kimono saja dari tadi. sementara Ammar sudah berganti pakaian dengan pakaian santai yang ada di lemari ruang kerjanya di hotel ini. Ammar tersenyum melihat bibir Izah yang manyun dikecupnya sekilas lalu duduk di sebelahnya.
'Sudah jangan manyun gitu, Bang Juned. Sudah di bawah ngantar pakaian ganti mu. Mama itu tadi yang pilihkan, kamu bakal cantik loh pakaia itu, Yang."
tak lama kemudian terdengar pintu di ketuk dari luar, Ammar beranjak berjalan dan membukakan pintu.
"Tuan saya bawa baju untuk Non Izah," kata Juned ketika pintu terbuka dan Ammar muncul di balik pintu. Ammar meraih paper bag yang di berikan Juned padanya.
"Terimakasih Bang"
"Sama-sama tuan, saya tunggu di loby, Tuan." jawab Juned dan Ammar mengangguk dan menutup pintunya diserahkannya paper bag pada Izah lalu segera mengganti kimono dengan pakaian yang dibawa Juned di ruangan itu begitu saja, Ammar duduk di sofa sambil melihat istrinya berganti pakaiannya, Izah lupa kalau di ruangan itu ia tak sendiri. ketika hampir selesai dan berbalik badan. Ia terkejut dan mata melebar sempurna, ternyata Ammar duduk di sofa sedari tadi.
"Kamu ada disini?"
"Iya, memang aku harus ada di mana Izah?" jawabnya sambil berjalan mendekati Izah.
"Kenapa ini gak dikancingkan? apa ingin mengulang yang tadi malam, hem?" tanya Ammar tersenyum sambil mengancingkan 3 kancing kemeja istrinya yang terlupa, karena terkejut, wajah Izah merona seketika itu.
Kemudian ia pun terkekeh, "Kau membuat aku lupa, ku kira kau di luar," jawab Izah kemudian.
"Kenapa harus di luar kalau pemandangan disini sangat indah," jawab Ammar sambil tertawa.
"Ayo kita berangkat kasihan, Bang Juned. Sudah menunggu lama di lobby," ajak Ammar sambil menggamit pinggang istrinya.
Bang Juned mengantar ke Bandara. Tak lama kemudian mereka sudah di dalam pesawat yang sebentar lagi akan lepas landas. perjalanan mereka sekitar 19 jam 25 menit. sampai di sana mereka melepas lelah di hotel yang mereka pesan, sebelum berangkat.
perjalanan mereka sangat menyenangkan berbagai resort mereka kunjungi beberapa tempat seolah familiar buat Ammar padahal ia baru berkunjung satu kali bersama Izah.
Di restoran terkenal ketika makan siang di sana Ammar menatap di meja sudut ruangan bayangan melintas seolah ada sebuah keluarga yang makan di sana dengan bahagia terngiang di telinganya kecerian mereka
"Kak aku mau disuapin mama."
"Aku juga mau dek,"
"Ok! kak Angga biar daddy yang suapin dan Rafan sama mama."
"Dad aku mau sama daddy juga"
"Bagaimana kalau satu suap dari mama satu suap dari daddy untuk Rafan begitu pula dengan kakak?"
"Ok! kak Angga pintar, Rafan sayang kakak, ha..ha..ha..." tawa kedua bocah mengemah di telinga Ammar. dan terasa kepalanya berdenyut sangat keras. dia memijat pelipisnya.
"Am, Kau tidak apa-apa? apa kau sakit?"
"aku tidak apa yang, cuma kepalaku sedikit pusing, bisa kita kembali ke hotel saja." Izah mengangguk lalu mereka meninggalkan restoran itu dengan mobil yang sengaja di sewa untuk perjalanan mereka. sesampainya di hotel ia membaringkan tubuhnya di ranjang.
"Am, masak baru beberapa kali sudah hamil."
"Yang, jangan bercanda, kalau memang hamil itu kamu, yang sakit kepala kamu juga," jawab Ammar sedikit keras karena merasakan sakit kepala semakin menjadi.
Izah tertawa, "Ya sudah kamu tidur aja," sahutnya lagi.
Ammar tak lagi mendengar candaan Izah ia pun terlelap entah tidur entah pingsan Izah tidak tau. Hingga pukul 4.00 Ammar belum terbangun. Izah membangunkan Ammar, tidak kunjung bangun, dia mengecek nadi dan nafas Ammar lalu berfikir sejenak kemudian mengambil minyak kayu putih di oles kan di bawah hidung Ammar, perlahan Ammar membuka matanya dan melihat istrinya di sampingnya.
"Ya Allah, Am. Ternyata kamu pingsan," kata Izah yang masih menatap suaminya cemas.
"Masak sih, Yang. Tadi aku merasa sakit kepala luar biasa kemudian gelap gak ingat apa-apa lalu tiba-tiba bau minyak kayu putih yang menyengat."
"Ya sudah bangun dan sholat dulu sana!" perintah Izah. Ammar pun bangkit dari ranjangnya menuju kamar mandi mengambil wudhu setelah itu melaksanakan sholat ashar.
Di suatu pagi mereka mengunjungi pantai punalu'u, tiba di sana Ammar begitu sangat familiar namun ia tak menghiraukan perasaan itu. Ia ingin menikmati waktu bersama istrinya.
"Am, ini indah sekali," teriak Izah. Pandangan Ammar mengikuti kemana arah kaki Izah yang berlari kesana-kemari hingga matanya berserobok pada seekor penyu hijau kecil yang berjalan menuju pantai seketika itu lintasan ingatannya kembali.
"Rafan, jangan jauh-jauh," teriak anak kecil yang usianya lebih tua darinya.
"Kakak jangan keras-keras, yaaa penyunya lari," kata anak kecil yang lebih mudah sambil berlari mengejar penyu kecil itu.
"Jangan lepaskan saya! Kalian siapa?"
"Bius saja, biar tidak teriak."
"Kak Angga tolong, Rafan. Daddy, mam!"
tiba-tiba saja kepala Ammar berdenyut nyeri yang tak tertahankan bahkan ia tak mampu lagi mendengar teriakan istrinya, Ia pun jatuh tak sadarkan diri. Izah yang melihat itu langsung berlari menghampiri tubuh suaminya yang sudah tergeletak tak sadarkan diri, Izah berteriak sekuat tenaga.
"Help me please! my husband fainted."
(tolong suami saya pingsan)
"please take my husband to my car!"
(tolong bawa suami saya ke mobil)
beberapa orang membantu Izah membawa Ammar ke dalam mobilnya.
"thank you for helping me,"
"You're welcome, madam." dan orang-orang itu pun berlalu meninggalkan Izah yang masih panik di mobil.
"Please take my husband to the nearest hospital!"
(tolong bawa suami saya ke rumah sakit terdekat!)
perintah Izah kepada drivernya yang kemudian menjalankan mobilnya ke rumah sakit terdekat dengan pantai itu.
"try to make your husband aware of his fainting first, madam." kata driver itu pada Izah.
(usahakanlah suami anda sadar dulu dari pingsannya, nyonya)
"I didn't bring anything to make my husband aware, go to the hospital soon!" perintah Azizah.
(Saya tidak punya sesuatu yang bisa membuat suami saya sadar, segeralah ke rumah sakit)
"Ok! Mom."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 217 Episodes
Comments
վմղíα | HV💕
lanjutt
2023-03-25
0
⧼⎳ Bukan siapa-siapa
keren Thor,, 🌹🌹🌹
2023-03-24
1
Jasmin Fathin
Yaya, hem
2023-01-26
0