Ammar yang bertemu dengan Rika tanpa sengaja membuatnya terpaku beberapa saat membuat Istrinya salah paham.
Ammar yang baru menyadari bahwa Izah sudah tak bersamanya lagi sangat kalut ia berlari menyusul istrinya yang sudah jauh.
Dengan nafas yang masih memburu dipegangnya pegangan kursi roda, takut tergelincir karena jalan yang mulai menurun.
Sementara itu Rika terseyum melihat Ammar yang begitu kalut karena Izah meninggalkannya dengan marah. "Dari dulu kau mencintainya Mar, kau saja yang tak bisa memahami hati mu," gumam Rika dalam hati.
" Yang, kok jalan sendiri sih, nanti kalau tergelincir bagaimana?"
"Bodoh amat, terjatuh juga tubuh-tubuh ku sendiri, gak ada hubungannya sama kamu. Lepaskan, aku bisa dorong sendiri!"
"Za, kamu salah sangka, aku terkejut saja tadi, aku kira dia belum kembali, masih bertugas di desa terpencil."
"Bagaimana bisa salah paham mulutmu aja menganga begitu, lepas Mar!"
"Ngak akan, aku gak akan melepaskan mu, Za." Ammar tetap memegang pegangan kursi roda tak mendorongnya ke depan kawatir tangan Izah terluka karena tergeser roda.
Ia menengok ke kanan dan ke kiri mencari seseorang untuk meminta bantuan.
Ammar melihat seorang OB melintas, di panggilnya orang itu. Di tahannya kursi roda dengan kaki yang di selipkan pada sekat bawah kursi, mengambil lima lembar uang seratus ribuan dari dompetnya.
"Mas, bisa minta tolong membawa kursi roda ini di parkiran? istri saya sedang merajuk saya ingin menggendongnya ke parkiran."
"Ini untuk masnya." kata Ammar sambil menyodorkan uang ke orang itu. Orang itu pun memegang pegangan kursi roda dan belum menerima uang dari Ammar.
"Tidak usah pak, itu terlalu banyak, saya akan bantu bapak bawa kursi ini di sana."
"Gak papa mas trima saja ini rejeki anda," jawab Ammar sambil memasukkan uang kedalam saku baju OB itu.
Izah tersenyum melihat perdebatan kecil suaminya dengan OB itu hingga tanpa sadar pegangan tangannya ke roda terlepas dan Ammar pun langsung mengendong istrinya berjalan menuju ke parkiran mobil.
Saat itu wajah Izah pun merona ditautkanya kedua tangan di leher Ammar. OB itu pun mengikuti di belakang dengan wajah senang dan bingung.
Setelah sampai Amar menyuruh Izah mengambilkan kunci mobil di saku baju nya. Izah melepas satu tangan dan mengambil kunci di saku baju Ammar dan mengarahkan ke mobil, terbuka lah kuncinya.
"Mas bisa tolong buka kan pintu mobilnya?"
"O iya, pak." kata OB itu langsung berjalan menuju pintu depan mobil dan membukakan pintu untuk Ammar.
Di dudukannya Izah di tempat duduk penumpang samping kemudi dan memasangkan sabuk pengaman pada istrinya lalu menutup pintu mobil. Ia menemui OB itu untuk mengucapkan terimakasih.
"Trimakasih banyak telah membantu saya mas." ucapnya sambil mengambil kursi roda itu dari mas OB.
"Sama-sama pak saya juga trimakasih," ucap OB itu sambil membungkuk hormat. OB pun pergi meninggalkan tempat parkir.
Amar melipat kursi roda dan menyimpannya di bagasi mobil.
Berjalan ke depan, membuka pintu mobil dan duduk di belakang kemudi, Ia mengenakan sabuk pengamannya, lalu menoleh pada istrinya. Izah memalingkan muka menatap jalanan, Ammar mengecup pipi istrinya sekilas dan tersenyum kemudian mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang.
"Sudah jangan marah lagi, hati ku ini sudah kau genggam sejak awal, hati dan jiwaku ini hanya milik mu, Izah."
"Habis kau menatap Rika seperti kekasih yang yang sedang rindu lama tak jumpa."
"Mana ada? aku justru takut kehilangan mu Izah. Aku bisa kehilangan apapun asal jangan dirimu Izah," katanya sambil menggenggam jemari Izah, Ia tersenyum menatap Ammar, merasakan perbedaan dulu dengan sekarang.
Mobil pun berhenti di halaman rumah Izah. Burhan dan Rina menyambut kedatangan putrinya.
Hari demi hari di lalui Izah dengan ceria setiap pagi Ammar menemani istrinya untuk berjalan pagi sekitar rumah melatih otot-otot kakinya agar lancar berjalan setelah koma.
Hari ini hari ketiga Izah berada di rumah, pukul empat sore Ammar sudah tiba di rumah, mobil terparkir di halaman, ia segera keluar dari mobilnya, di tangan memegang paper bag, Ia pun masuk ke dalam rumah, tampak sepi hanya bik Siti yang ada di dapur dan Juned tengah duduk di kursi taman samping rumah.
Ammar menghampiri Juned dan berbincang sebentar. lalu melewati bik Siti yang sedang sibuk di dapur.
"Bik, papa sama mama ke mana kok sepi?"
"Sedang keluar tuan."
"Izah ikut gak bik."
"Non Izah, gak ikut tuan, ada di kamar." Ammar pun bergegas ke kamar, ia membuka dengan pelan ia melihat istrinya sedang menyisir rambutnya yang masih basah.
Ammar berjalan mendekati istrinya lalu di letakan paper bag di atas meja dipeluknya istrinya dari belakang.
"Aku ingin mengajak mu makan malam nanti jam 7.30, kamu nanti diantar bang Juned Ya karena aku ada meeting, jangan lupa pakai ini nanti ya."
"Dia menatap suaminya, kenapa gak bareng aja sih Am?" Ammar memutar kursi Izah lalu mensejajarkan dirinya.
"Kita gak searah sayang." jawab Ammar sambil mentautkan bibirnya ke Izah dengan cukup lama, Izah membalas dengan penuh perasaan dan melepaskan di saat mereka kehabisan nafas.
Ammar menyapukan ibu jarinya ke bibir Izah sambil tersenyum lalu bangkit berdiri dan menuju kamar mandi.
Malam pun tiba Izah sudah berada di ruang privasi, duduk di sebuah meja yang di tata rapi dengan dekorasi Indah. hanya lilin menerangi ruangan di berbagai sudut dengan Indahnya di meja, di sudut-sudut ruangan.
Tak lama kemudian denting alunan piano terdengar dengan lagu menikahlah denganku di bawah kan seorang pemuda yang mengenakan kemeja lengan panjang yang di gulung dengan 2 kancing yang terbuka mengenakan topi dan kaca mata hitam.
Begitu selesai pria itu pun melepaskan topi dan kaca mata hitamnya. Berjalan menghampiri Azizah dengan memegang rangkaian bunga mawar merah. Azizah ternganga melihat penampilan suaminy saat itu tanpa sadar ia berdiri bejalan menyongsong Ammar.
Ammar berhenti tepat di depan Azizah meraih tangan Izah sambil berjongkok menyerakan bunga mawar merah, Izah menerimanya sambil menitikkan air mata.
"Izah, aku tak akan bilang menikah lah dengan ku seperti lagu tadi karena kita sudah menikah." Izah terkekeh sambil mengangguk mendengar pernyataan Ammar.
"Yang ingin ku katakan pada mu Aku mencintai Azizah Zarah, maukah kamu jadi istri ku dan menemani ku, mendampingi ku hingga maut memisahkan," lalu di sematkan cincin berlian di jari manis mu.
"Aku mau Ammar, bukan kah kau tahu dari kecil aku ingin jadi istri mu," Ammar mengangguk lalu mencium bibir ranum itu.
mereka pun makan malam bersama setelah itu Ammar mengajaknya kesebuah hotel, mereka pun masuk kedalam kamar Izah terkejut.
",Am, bukan kah ini kamar di hari ulang tahun ku."
"Iya, Za kamar ini awal kita bersatu dalam keadaan salah, aku ingin memulainya dengan benar."
"Boleh aku meminta hak ku sekarang?"
"Aku istrimu Am, aku milikmu,"
"Akan ku buatkan yang lebih indah dari buatan Yuna," bisik Ammar sambil mengerlingkan matanya pada Izah
"Apa kau tahu Am?" tanya Izah dengan mata yang terbelalak, Ammar mengangguk dan tertawa sambil membopong istrinya menuju ke ranjang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 217 Episodes
Comments
վմղíα | HV💕
wkwkwk belah duren.
2023-03-24
1
Jasmin Fathin
Au, belah duren.
2023-01-26
0
Namira
Aku terhanyut suasana
2022-12-10
1