Enam belas tahun kemudian di usia 23 tahun Azizah menjadi CEO dan memegang beberapa hotel di Jakarta. Sedangkan Ammar menjadi wakilnya. Kebersamaan mereka menumbuhkan cinta di hati Azizah.
Di saat makan siang bersama Ammar di restoran sederhana. Aziza tak mengira ada seorang gadis menunggu di meja pesanan mereka.
Rasa heran menyeruak di hatinya. Sebelum rasa itu hilang ia di kejutkan oleh perkataan Ammar padanya, "Nona, perkenalkan ini Rika Putri kekasih saya."
Azizah melebarkan matanya menatap tajam ke arah Ammar lalu ke arah gadis itu secara bergantian. Ia menghela nafas panjang, rasa kecewa mendera hatinya, ia pun berbalik arah berjalan keluar restoran tanpa bicara dan tanpa menyambut uluran tangan Rika.
Ammar terkejut dan langsung berlari menyusul Azizah tanpa berpamitan pada Rika, sampai di luar ia tidak mendapati mobil Azizah. Ia pun segera memesan taxi untuk mengejar mobilnya.
Sementara di dalam Rika sangat kecewa pada Ammar yang lebih mementingkan Azizah di banding dirinya, ia memutuskan untuk pulang setelah membayar minumannya.
Sesampai di rumah Ammar dengan langka lebar memasuki ruangan dan bertemu Rina mama Azizah, " Ma, Non Izah sudah pulang?"
"Sudah ada di kamarnya, apa kalian bertengkar?" tanya Rina sambil menatap Ammar.
"Tidak Ma hanya ada sedikit masalah saja, saya akan menyusul," jawab Ammar berjalan cepat menuju kamar Azizah, Rina hanya tersenyum mengangguk.
Setelah sampai di kamar Azizah, Ia pun mengetuk pintu kamar Azizah.
"Tok tok tok."
"Nona maafkan saya tolong buka pintunya dulu." Tidak ada jawaban sama sekali.
Ammar pun pergi mengambil kunci serep, ia kembali kamar Azizah dengan membawa kunci serep dan sepiring nasi juga lauknya.
Ia membuka pintu kamar Azizah dan melihat gadis terlungkup di ranjangnya sambil menangis tanpa membuka sepatunya. Ammar menaruh makanan di atas meja. Mendekati Azizah dan duduk di bibir ranjangnya. Ia membuka sepatu Azizah lalu menyimpan di dalam rak sepatunya.
"Nona maafkan saya, saya sudah membuat kesalahan," kata Ammar.
Azizah membalikan badannya lalu menatap Ammar dengan tajam "Ya kau telah membuat kesalahan besar, Aku sahabatmu dan kau tak pernah cerita sedikit pun tentang kamu!" kata Azizah penuh dengan penekanan.
" Maafkan saya Nona," kata Ammar.
"Benarkah kau ingin aku memaafkan mu?" tanya Azizah dan Ammar pun mengangguk.
" Dua hari lagi ulang tahunku kau harus menemaniku merayakannya." Kata Azizah menatap tajam Ammar dan ia mengangguk.
Ammar mengambil piring yang ada di meja dan menyuapkan makanan pada Aziza, ia menerimanya walaupun dalam ke adaan marah.
Setelah peristiwa itu Ammar tak pernah menyinggung nama Rika di depan Azizah.
Tibalah hari di mana Aziza merayakan pesta ulang tahunnya di restoran hotelnya sendiri. Ia telah mempersiapkannya tanpa sepengetahuan Ammar. Di sinilah Ammar duduk bersama Azizah di depan meja yang sudah di siapkan minuman untuk mereka.
"Ammar mari bersulang denganku, mungkin setelah kau menikah kau akan sibuk dengan istrimu tidak mempedulikan aku lagi" kata Azizah.
"Tidak Nona, anda tetap prioritas utama saya saat hari pertama kita bertemu dan untuk selamanya."
"Jika ku suruh kau putus dengan kekasihmu, apa kau mau?" tanya Azizah sambil tersenyum sinis.
Ammar pun terdiam dan menunduk. ia mengambil gelas minumannya lalu mengangkat gelas itu sambil berkata "Selamat ulang tahun nona semoga anda mendapatkan pria yang lebih baik dari saya, saya selau ada buat nona kapanpun nona butuhkan." Lalu Ia meneguk minumannya hingga habis.
Azizah pun meneguk minumannya tanpa mengalihkan tatapannya pada Ammar, tersunging senyum misterius di bibirnya.
Tanpa di ketahui Ammar, nona mudanya telah merencanakan sesuatu pada dirinya yang akan merubah kehidupannya selamanya.
Beberapa saat kemudian terlihat Ammar mengeryitkan dahinya lalu mengerjapkan matanya.
Azizah melakukan hal yang sama untuk menipu Ammar, "Nona apa anda pusing seperti saya? Lalu bagaimana kita pulang nona? Nona kenapa kepala saya sakit sekali?" tanya Ammar berusaha bangkit dari duduknya namun sebelum ia berdiri dengan sempurna tubuh terduduk kembali dengan kepalanya yang terkulai di meja.
Azizah menyuruh seorang pelayan pria untuk memapah Ammar menuju ruangan yang sudah dibikin berantakan. Pelayan itu melucuti pakaian Ammar lalu membaringkannya di atas ranjang dan menyelimutinya. Kemudian pelayan itu keluar.
Azizah masuk keruangan itu dengan seorang MUA profesional. Ia meminta di buatkan tanda kepemilikan di bagian tertentu tubuhnya. Setelah selesai MUA itupun keluar dari ruangan itu.
Azizah pun masuk ke dalam selimut Ammar, tanpa mengenakan pakaian apapun. Semua pakaian di biarkan berserakan di atas lantai. Azizah memandang wajah Ammar yang terlelap, "Ammar aku rela merendahkan diriku sendiri untuk mendapatkan mu," gumamnya dalam hati.
Ia meringkuk membelakangi Ammar, menangis meratapi kemalangan yang tak mendapatkan hati Ammar meski ia yang lebih dulu masuk di kehidupan Ammar.
Ammar mulai tersadar mendengar tangisan di sampingnya. Pelan-pelan di bukanya matanya, ia pun terkejut telah berada di sebuah kamar dengan seorang wanita.
Ruangan itu cukup gelap tak bisa membuatnya mengenali wanita yang ada di sampingnya, ditajamkan pendengarannya untuk mengenal suara tangisan itu. " Nona, apa itu nona?" tanya Ammar pada wanita itu, tak ada jawaban ia pun panik dan menyalakan lampu meja dekat ranjangnya.
Ia mendekati wanita itu ingin membalikan tubuh itu agar bisa mengenalinya.
"Jangan Ammar aku malu pada mu, juga pada diriku sendiri kau sudah menodai ku bagaimana aku bisa menatap dunia Ammar," Kata Azizah membuat hati Ammar terpukul.
Bagaimana mungkin ia lakukan ini pada Azizah nona mudanya. Belum hilang rasa terkejutnya tiba-tiba pintu terbuka tampak Burhan dan Rina berdiri di depan pintu terkejut melihat keadaan putri dan putra angkatnya itu.
Burhan menguatkan hatinya, di ajaknya istrinya masuk kedalam lalu menguncinya kemudian ia duduk di sofa bersama dengan istrinya.
"Ammar, Papa kecewa padamu, kenapa kau tak mengatakan kalau kau menyukai putri papa, akan papa nikahkan dengan cara baik-baik. Papa akan menyetujuinya." Kata Burhan dengan lemah, matanya yang tajam menatap kedua nya.
"Maafkan saya Papa saya tidak tahu apa yang terjadi, tapi saya tetap akan menikahi Nona muda," Kata Amar sambil menunduk.
"Ya kau harus menikahinya Ammar, Besok pagi kalian akan menikah, surat-surat biarkan menyusul, segera selesaikan masalah ini. Jangan sampai ada yang tau kalian berbuat ini sebelum menikah." Kata Burhan sambil berdiri dan berjalan meninggalkan ruangan itu bersama istrinya.
Ammar pun bangun dari ranjang dan memunguti pakaiannya yang tergeletak di atas lantai lalu memakainya sambil berkata,"Nona di sini dulu saja, saya akan pulang ke rumah jika Nona yang keluar dari kamar ini mungkin akan banyak yang curiga, besok pagi saya menjemput Anda."
Azizah hanya mengangguk lalu ia turun dari ranjangnya di lilitkan selimut pada tubuhnya di berjalan perlahan sambil mulutnya berdesis menahan sakit. Ammar tak tega melihat itu langsung menggendongnya membawanya ke kamar mandi dan pergi meninggalkan nona mudanya sendiri menenangkan diri di kamar mandi itu.
Ammar melajukan mobilnya menuju rumah dan bergegas masuk ke kamarnya lalu ke kamar mandi mengguyur tubuhnya dengan shower tanpa melepaskan pakaiannya, menghilangkan rasa sesak dan kecewa pada dirinya sendiri.
Ke esokan harinya tepat pukul 9 diadakannya akad nikah, yang di hadiri oleh beberapa tetangga dan kolega terdekat termasuk Angga Dintara. Angga menatap nanar gadis yang duduk di sebelah lelaki yang baru saja mengucap hijab kobul.
Gadis yang sejak dulu ingin di dekatinya kini telah bersanding dengan pria lain. Ia melangkah pelan menghampiri Burhan dan Rina memberinya selamat lalu beralih kepada Ammar dan Azizah, kemudian berpamitan kepada tuan rumah. Dengan hati hancur Di tinggalkan rumah itu.
Sesampainya di rumahnya Angga bergegas masuk ke kamar ibunya terlihat wanita paruh baya duduk di depan jendela dengan tatapan kosong menatap keluar. Angga menghampirinya dan mencium kening ibunya, "Rafan, Ang," gumam wanita paruh baya itu
"Sabar Ma, aku akan membawa pulang Rafan, asal mama cepat sembuh," kata Angga lalu pergi dengan mata basah. Melewati perawat ibunya, lalu melangkah kan kakinya keruangan kerja ayahnya. Ia masuk tanpa mengetuk pintu dan duduk di depan meja kerja Ayahnya.
"Dadd besok aku akan pergi ke Jerman mengambil beasiswa S2 ku," kata Angga sambil menunduk.
"Apa karena gadis itu? Baiklah, pergilah setelah itu kembali dan teruskan bisnis Daddy, hanya kau harapan Daddy Ang!" pinta Raka pada anaknya dengan menepuk bahu Angga dan meninggalkannya sendiri di ruangan itu.
Hatinya terluka kembali setelah kehilangan anak bungsu Rafan dan sekarang Angga pun akan pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 217 Episodes
Comments
Jesi Jasinah
salam kenal thor, mampir di cintaku yang tak direstui
2023-04-29
0
Jasmin Fathin
Takut kehilangan membuat Aziza nekat menbuat jebakan pada Ammar seolah melakukan hubungan 1malam padahal bohong
2023-01-16
0
Friasta
Eh? Kok, bisa, ya? Hmmm penasaran 🤔
2023-01-15
0