Satu minggu berlalu Roby tanpa lelah pergi bolak-balik dari kantor polisi, hotel dan rumah sakit. hotel saat ini dalam keadaan benar-benar kritis. Beberapa investor tidak mau membantu hanya pak Raka yang masih mau membantu dan ini membuat Roby lega karena hotel masih bisa bertahan karena bantuan pak Raka menyakinkan investor lainnya. Ada sesuatu yang mengganjal pikiran Roby, saat pak Raka bertemu Ammar pertama kali matanya berkaca-kaca dan memeluknya dengan tiba-tiba seperti ingin memastikan sesuatu namun tidak bisa melakukannya. Rehan telah tertangkap di Kaltim membuat kasusnya segera di proses, bukti-bukti sudah di serahkan pada polisi.
Begitu pun Ammar, ia tetap menunggu di luar ruangan ICU sambil mengecek laporan keuangan hotel yang ada di Jakarta di kota-kota lainnya dengan laptopnya sesekali meminta ijin untuk menjenguk di dalam sebentar, tadi malam dokter memberi tahu bahwa keadaan Izah sudah mulai setabil dan hari ini akan di pindahkan di ruang perawatan, Ammar meminta di ruang VIP. Hari ini Ammar seperti biasa duduk di kursi tunggu sambil memangku laptop dan matanya sibuk dengan angka-angka di dalam sampai seorang dokter datang menginformasikan bahwa hari ini Izah akan di pindahkan ke ruang rawat. Ammar pun menutup laptopnya dan mengikuti perawat yang membawa Izah dengan bankar dorong menuju ruang perawatan. di dalam perawat mengganti infus yang akan habis, memasang selang NGT dan kateter, setelah itu mereka keluar dari ruangan itu.
"Hai istriku putri tidurku berapa lama kau akan tidur, hemm," sapa Ammar dengan lembut.
"Aku rindu binar matamu, celoteh mu saat kau marahi aku, Aku tak pernah menatapmu sebagai wanita hingga tak pernah tahu pesonamu. Ternyata kau sangat cantik istri ku, bibirmu yang merona tanpa polesan," bisiknya di telinga Azizah sambil menyapukan ujung ibu jarinya di bibir Izah lalu mengecup sekilas.
di genggamnya tangan istrinya di tatapannya raut wajah yang terpejam itu," Izah dengarkan aku, aku jatuh cinta pada saat ini maka jangan lepaskan genggaman mu padaku."
"Permisi pak, waktunya pasien di bersihkan," kata seorang perawat membawa baskom berisi air hangat dan waslap.
"Biar aku saja! aku suaminya," katanya pada perawat. perawat itu menggangguk lalu keluar dari ruangan. Ammar mengunci pintu kamar lalu menutup semua tirai.
"Hai, istriku hari ini pertama kali aku akan menyentuh mu," ijinnya sambil membuka pakaian Izah. dengan hati-hati dan tangan gemetar menyeka tubuh Izah satu persatu tak terlewatkan, debaran jantungnya semakin berdetak kencang, rasa yang belum pernah dirasakan selama ini. Setelah dirasa sudah bersih dan harum, Ammar mengeringkan tubuh Izah dengan handuk bersih. dan mengantikan baju dengan yang bersih.
"Hai, cantik tubuhmu sudah bersih sayang cepatlah bangun dan lihat aku dan rasakanlah debaran jantungku." bisiknya kembali di telinga Izah sambil memegang jemari tangan Izah di letakan di dadanya lalu mencium punggung tangan istrinya itu. Ammar menatap sendu istrinya," Maaf terlambat mencintaimu istriku, I love you more Izah."
Diruang rawat yang berbeda Rina sudah mulai membaik walaupun pipinya terlihat agak tirus dan tubuhnya pun sedikit lebih kurus.
"Pa apa bisa aku bertemu Izah?"
"pastikan dulu fisikmu mam, nanti di sana kau pingsan lagi. Izah baik-baik saja bersama Ammar."
"Aku hanya ingin tahu pa apa dia sudah keluar dari ruangan ICU? Apa dia sudah sadar?
"Mam benar kau sudah kuat, sudah bisa berjalan, fisikmu itu lemah, dokter bilang kamu tidak boleh sedih, lebih baik pulang saja di Jakarta. Biar Ammar yang menjaga."
"Ammar tidak mencintai Izah pa kalau cuma Ammar yang menunggu, Izah pasti merasa bahwa ia juga tidak disayangi orang tuanya," jawab Rina.
kata siapa Ammar tak mencintai putri kita, dia saja yang tak menyadari perasaannya dan merasa tak pantas saja."
"Ayolah pa sebentar saja, jika nanti aku pingsan lagi papa boleh membawaku pulang ke Jakarta.
"Baiklah, apa perlu ku ambilkan kursi roda?"
"Tidak usah aku bisa berjalan."
"Ok! ayo jalan pelan-pelan ruangannya tak begitu jauh." Burhan merangkul istrinya bejalan melewati 3 ruangan lalu membuka pintu setelah mengucapkan salam.
"Pa, ma." Ammar menyosong kedua mertuanya."
"duduk sini mam, Maaf mam, Izah belum sadar," kata Ammar dengan menundukkan kepalanya. Rina hanya terdiam, dibelainya rambut anaknya.
"Kapan kamu membuka mata? mama rindu dengan kenakalan mu. Izah bangunlah sayang peluk mamamu ini." Rina menangis tersedu-sedu di peluknya putrinya berharap Izah bisa merasakan sentuhannya dan mulai membuka matanya.
"Pa, Izah tak mau bangun!" teriaknya dan menangis.
" Mam, kuatkan hatimu, mama tadi sudah janji akan kuat."
"Sudah satu minggu ia belum juga membuka mata, bagaimana aku tidak cemas kalau tahu begini tak akan ku ijinkan kamu pergi menyusul suamimu. Izah bangun nak, bangun Izah ini mama, Izah tolong bangunlah." suara Rina pun melemah dan terkulai pingsan di sandaran kursi.
"Pa di rebahkan di ranjang sebelah Izah saja ya Pa,"
"Jangan Ammar jika dia lihat kondisi Izah tetap seperti ini dia akan pingsan lagi. Tolong bawa mamamu di ruangannya saja, Mar."
"Baiklah pa." Ammar pun membawanya keruangan Rina di ikuti oleh Burhan di belakangnya lalu di rebahkan tubuh mama mertuanya di ranjang.
"Pa, Ammar kembali keruangan Izah ya," kata Ammar sambil menoleh ke Burhan.
"Kembali nak, jaga Izah baik-baik, nanti kalau mamamu sudah sadar dan fisiknya kuat papa sama mama akan kembali ke Jakarta, tidak usah menjenguk dan mengantar mamamu masih marah padamu, maklumlah dia walaupun marah dia tetap sayang padamu tak pernah menganggap mu anak angkat begitu pula papa," kata Burhan pada Ammar sambil menepuk bahunya lalu berjalan mendekati ranjang istrinya dan duduk di tepi ranjang menatap sedih istrinya.
"Baik pa, maaf dan terimakasih." kata Ammar lalu ia pergi dan kembali ke ruang rawat Izah. Ammar memasuki ruangan yang tak tertutup itu dengan hati hampa.
di dalam terlihat Roby duduk di sofa di meja sudah ada beberapa box makanan.
"Maaf tuan saya terlambat mengirim makanan tuan."
"Tidak apa Rob, tolong yang lain antarkan keruang perawatan mama ya, nanti kalau mama sudah sehat tolong atur keberangkatannya ke Jakarta."
"Baik tuan."
Roby membawa dua kotak makanan dan minuman ke ruang perawatan Rina dengan melewati beberapa ruang akhirnya dia sampai, ia mengungkapkan salam.
"Tuan maaf saya terlambat mengirim makanan untuk tuan."
"Tidak apa Roby."
"Apa nyonya belum bangun tuan? tanya Roby sambil melihat jam tangannya menunjukkan pukul 9.00 pagi.
"Dia drop lagi Rob habis keruang rawat Izah."
"Ya Allah, kasihan nyoya. lebih baik nyonya tidak bertemu dengan nona Izah."
"Ya, aku pun berfikir begitu, Rob. Jadi kalau istriku sudah sembuh siapkan keberangkatan kami ke Jakarta."
"Siap tuan." jawab Roby dengan penuh hormat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 217 Episodes
Comments
Jesi Jasinah
aku mampir kak
2023-05-03
1
վմղíα | HV💕
cepat sadar izah
2023-03-18
0
Barat laut menuju chang'an
mantab kak
2023-01-10
1