Membawa Duka

Sore itu, terlihat seorang nelayan muda mengayuh perahunya di sekitaran pulau Bana yang masih terdapat anggota mafia yang kini di pimpin oleh seorang gadis cantik bernama Rani, putri dari Big Bos Kunto Aji yang sebulan yang lalu tewas di pulau tersebut dengan sangat mengerikan.

Rani yang di bantu oleh tiga bawahannya bernama Roki, Donggi dan Bonar di bantu oleh sepuluh orang tangan kanan mereka.

nelayan muda itu tidak lain adalah Satria yang sedang menyelidiki pulau dimana Naga piaraannya celaka dalam ledakan besar.

"hei, nelayan tua, kemari kau, ketua kami memerintahkan kau menghadap."

kata Roki yang datang bersama lima bawahannya.

tak lama berselang, Satria telah turun dari sampannya dan berjalan menuju ke gedung yang kini telah di renovasi.

caping lebar yang menutupi mukanya membuat Satria di sangka nelayan tua.

dengan langkah lebar tibalah Satria ke ruangan dalam yang kini telah terhias dengan perabotan dan tampak seorang gadis yang kira kira sebaya dengan dirinya duduk menghadap meja dengan dua orang pria kekar dan sangar di sampingnya.

"siapa kau pak tua, buka caping mu," seru Rani ketus.

sambil duduk, Satria membuka caping yang di pakainya dan kagetlah semua anggota kelompok mafia yang pernah melihatnya termasuk Roki.

hanya Rani, Bonar dan Donggi yang tidak pernah melihatnya yang berada dalam keadaan tenang tenang saja.

"manusia siluman," desis Roki.

mendengar nama ini disebut, Rani yang dari awal melihat wajah Satria yang membuatnya jatuh hati itu mengerutkan wajahnya.

"berani sekali kau mengantarkan nyawa kemari," seru Roki sambil mencabut senjatanya dan menodongkan kepada Satria.

"Roki, jangan lancang." seru Rani.

"tapi dia yang mengacau tempat kita bulan lalu," ucap Roki penasaran.

"siapa namamu?" tanya Rani tanpa memperdulikan bawahannya.

"Satria," jawab pemuda itu ketus.

"kau yang membunuh ayah dan bawahan ku?"

"ayahmu yang membunuh keluargaku nona,"

"ceritakan dengan jelas," seru Rani seraya memandang tajam.

dengan singkat Satria menceritakan betapa semua keluarganya di bunuh atas perintah Kunto, dan Kunto hari itu tewas bukan di bunuh oleh nya.

"kau menjadi tamu kehormatan kami," ucap Rani seraya memerintahkan bawahannya membawa Satria.

singkatnya, selama sehari semalam Satria di situ sebagai tamu istimewa.

Roki, Donggi dan Bonar di malam kedua merencanakan pengkhianatan kepada Rani yang mereka bisikkan di kamar sebelah Satria.

Satria yang mendengar mereka mulai mengatur rencana, segera keluar menuju ke kamar Rani di sudut kiri, dengan mudah Satria masuk ke kamar Rani dan dengan sigap, Satria telah merebut senjatanya dan menceritakan rencana bawahannya kepada Rani.

Rani yang tidak percaya segera keluar menemui tiga bawahannya di kamar Donggi.

"apa kalian merencanakan pengkhianatan kepadaku?" seru Rani menodongkan pistol dan datang sendiri karena Satria telah kembali masuk ke kamarnya di sebelah tempat Rani berdiri.

"ah, mana mungkin kami berkhianat kepada putri junjungan kami,?" seru Roki dengan wajah kaget di buat buat.

Rani yang kini menurunkan pistol di tangannya mendesis kecil,

"keparat, kau mau mengadu aku dengan anggota ku sendiri?"

Rani yang kini membelakangi tiga bawahannya berseru geram yang di sangka nya ulah Satria dan tiba tiba dia kaget melihat pistol Roki kini di tujukan ke kepalanya.

"hahahaha, sudah lama aku menginginkan tubuh molek mu manis, kami akan menjadi kekasihmu dan memuaskan berahi mu,"

ucapan Roki ini membuat panas kuping Rani, tak di sangkanya, bawahan ayahnya kini seperti iblis, sedikitpun Rani tidak menyangka bahwa ayahnya yang telah tewas jauh melebihi iblis perbuatannya.

saat mereka menelikung lengan Rani, Satria muncul melumpuhkan ketiga bawahannya dan dengan menarik tangannya, Rani di ajak melarikan diri oleh Satria ke arah belakang dan lama kemudian, terjadilah pertarungan saat semua bawahan pulau mengepung Satria dan Rani.

dengan susah payah, akhirnya Satria dapat melarikan Rani keluar lewat belakang pulau setelah melumpuhkan banyak anak buah pulau.

tak lama mereka berenang menjauhi pantai, terdengar pekikan keras yang sangat di kenal Satria di udara.

"Candu, kemari, dibawah sini," teriak Satria bergema di pekat malam itu.

sesaat kemudian, berkepaklah sayap seekor Naga besar yang membuat Rani menjerit.

singkatnya, malam itu Rani di bawa terbang oleh Candu bersama Satria mengelilingi lautan yang di sinari sinar bulan dan bintang yang ribuan banyaknya.

dua hari kemudian, Satria yang telah mengantarkan Rani ke rumahnya, kembali ke Kaltim di rumah Gubernur Thomas.

sesampainya di sana, Satria hanya melihat Pak Thomas, Bu Tisa dan dua orang Profesor yang tidak lain Andi dan Prof Wang.

selama dua hari, Satria bermalam di situ untuk selanjutnya dia berangkat dengan Prof Andi yang di angkat menjadi gurunya ke Provinsi Aceh.

.---***---. .---***---. .---***---.

Hans yang telah menjadi monster besar dan kuat yang tahan terhadap senjata dimana mana kini menjadi buruan pemerintah.

di belahan mana saja yang di singgahinya, terjadi kerusakan yang membuat orang orang mati bergelimpangan.

beberapa negara seperti Australi, Singapo, Malaia dan beberapa Negara di Erope dan Americ kini menugaskan interpol pilihan mereka yang terus memburu moster yang banyak di sebut dengan nama Hogen.

Saat semua interpol dari berbagai negara menyelidiki tentang Hogen yang tidak lain adalah Walhan atau Komandan Militer Hans, mereka menemukan jejak ke arah Pusat simpang Pulau Weh melalui jalur laut melewati Pelabuhan Bebas yang masuk ke wilayah Nusantara Provinsi Aceh.

pagi itu mereka mendengar tentang Hogen yang berada di sebuah pulau bernama Pulau Weh sedang mengacau.

Satria yang juga sudah sampai bersama Prof Andi kini telah berada di bawah tebing curam bersama kek Mahesa, kek Muhardi, Dr Dian Muharsyah, Sari, Lina, Haji Ahmad dan kedua anaknya bernama Alif dan Alifah yang telah lebih dulu tiba di tempat tersembunyi itu.

selama perjalanan nya, Satria dan Prof Andi mendengar pula berita munculnya monster Hans yang kini membuat kekacauan beberapa puluh kilometer dari tempat itu.

akhirnya mereka mengambil keputusan untuk pergi ke Pulau Weh dan menghancurkan Hogen yang kini sedang membunuh banyak manusia.

malam itu, Saat hendak berangkat menunggang Naga nya, Satria yang baru berangkat mendapatkan firasat lain, ternyata baru keluar dari tebing curam itu, Satria mendengar suara kegaduhan dan teriakan berjarak beberapa kilometer dari situ.

di dusun yang berada sebelah timur tebing itu terdengar teriakan dan jerit kematian, Satria yang mempunyai pendengaran super dapat menangkap getaran suara itu dari jauh.

kini dia kembali menuruni tebing di atas Naga tunggangannya dan sesampainya di dasar tebing, Satria berteriak kepada mereka yang ada di gua,

"guru, aku akan ke dusun sebelah timur, terjadi kegaduhan hebat disana,"

hanya sebentar suara Satria bergema, kini kepakan sayap Candu pun tidak terdengar lagi di dasar jurang.

Andi dan Dr Dian segera menyusuri lubang gua yang membawa mereka ke atas tebing di temani seorang pria muda yang tidak lain adalah Alif putranya Haji Ahmad.

dengan susah payah mereka pun kini menuju ke timur melalui hutan perbukitan, karena medan yang sulit di tempuh, butuh waktu lama ketiganya untuk sampai ke dusun di maksud.

kini mari kita lihat keadaan Satria yang telah lebih dulu sampai di dusun Kaliba. dengan amarah yang tertekan di hatinya, Satria segera meloncat dari punggung Candu di udara ke arah seorang .. monster yang tidak lain adalah Hogen atau Hans.

seperti punggawa iblis, Hogen tampak menghancurkan rumah dan merobek penduduk yang berlari menjauhi tempat itu.

namun hanya perlu sebuah lompatan Hogen ke arah penduduk yang berlarian kocar kacir dengan tangisan keras, ternyata setelah mengacau di Pulau Weh dan sekitaran kota Banda, Hogen melewati tempat itu dan membuat kekacauan kepada warga dusun yang hidup tentram di dusun Kaliba.

suatu saat, Hogen baru saja selesai merobek seorang ibu yang tidak lain adalah Bu Ulfa istri kepala dusun Kaliba saat Satria melakukan dengan sabetan pedangnya ke arah Hogen yang lalu di tangkis hingga membuat keduanya terpental beberapa meter.

beberapa rumah yang terbakar di bawah dusun menerangi tempat itu hingga penduduk dapat melihat perkelahian seorang pemuda tampan yang mencorong matanya dengan monster yang telah banyak membunuh anggota keluarga mereka.

dua orang gadis kembar kini di tarik tangan mereka oleh seorang lelaki paruh baya yang merupakan kepala dusun Kaliba ke arah bawah bukit karena memang puncak bukit dimana terdapat rumah kepala dusun itu kini menjadi arena perhelatan dahsyat antara dua orang manusia super itu.

sudah sekitar sejam mereka berdua bertanding, Satria kini telah mendapat beberapa luka sama seperti Hogen, darah merah keluar dari tubuh Satria dan dari tubuh Hogen keluar pula melalui luka irisan pedang Satria darah berwarna hijau.

memang hebat sekali kekuatan yang di timbulkan akibat eksperimen yang sengaja di otak atik oleh Dr Dian dan Prof Andi untuk menggagalkan cara kerja mesin buatan Organisasi para ilmuan tersebut, namun tanpa mereka sangka, bahkan menghasilkan kekuatan dahsyat seperti monster Hans yang kini bertanding dengan Satria.

Prof Andi, Dr Dian dan Alif telah sampai di siti, dari jarak beberapa puluh meter mereka menyaksikan kehebatan Satria yang membuat mereka kagum.

bukan hanya mereka bertiga dan penduduk saja yang kagum, beberapa interpol asing pun kini sudah berada di situ menggunakan helikopter serta kendaraan lainnya.

mereka tak berani mendekati arena pertempuran karena baru beberapa saat yang lalu kepala dusun bernama Pak Amri datang menyerang dari belakang Hogen, dalam jarak beberapa meter dari kedua manusia super itu, Pak Amri terpecah tubuhnya meski belum sampai ke dekat mereka berdua.

pada suatu ketika, Satria melesatkan serangan hebat ke arah leher kiri menggunakan pedang naga nya dengan sangat kuat yang di tangkis oleh Hogen dengan lengannya yang berlapiskan baja perak kehijau hijauan sebatas siku,

"Criinggh,"

bunga api berpijar terang membuat semua mata yang memandang silau oleh kilatan cahaya itu, tangan kanan Hogen menumbuk ke arah pusat Satria di barengi dengan sabetan pedang berdesing ke arah lengan kanan monster itu sambil menarik kakinya sedikit ke belakang satria merasakan lambung nya perih terkena pukulan tangan Hogen,

"bhuuuuk,"

"chrrrhaaacckkk,"

babatan pedang naga membuat pangkal lengan kanan Hogen putus dan darah hijau muncrat ke arah Satria yang langsung melesat ke belakang beberapa meter menghindari darah yang beracun itu.

potongan lengan Hogen tergeletak di bawah berbareng dengan loncatannya ke arah kiri hutan lebat di kaki bukit yang langsung d berondong oleh hujan senjata, baik dari bawah bukit maupun helikopter yang terbang di atas hutan kaki bukit.

Satria yang kini telah melesat hilang dari pandang mata mereka yang menyaksikan telah berada di sebelah Timur hutan di atas punggung Candu yang terbang mengikuti dari jauh.

seluruh pasukan interpol khusus kini kembali mengejar ke arah utara dimana lautan luas membentang hingga mereka kembali kehilangan jejak monster super tersebut.

kini para interpol yang menaiki helikopter berbalik arah mengejar makhluk hitam di udara yang tidak lain adalah Satria dan Candu yang kembali melarikan diri dari serangan senjata pasukan heli yang memberondong mereka dengan ratusan tembakan hingga pada suatu ketika, beberapa heli tersebut terpaksa mendarat karena bahan bakarnya habis setelah di bawa berkeliling di atas permukaan laut oleh Candu yang membawa Satria di punggung nya.

Bersambung

Terpopuler

Comments

suratno ratno

suratno ratno

up sampai tamat

2022-09-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!