Pertemuan Pertama

Di sebuah pangkalan militer, tampak seorang komandan bernama Walhan berwajah tampan campuran Indonesia dan Inggris.

Pria berumur 29 tahun ini telah menjadi Pimpinan Militer bagian keamanan dalam usianya yang masih muda.

Ibunya merupakan seorang Putri Konsulat Inggris di Nusantara. Sedangkan ayah Hans adalah Komandan Tinggi Militer Nusantara. Maka tidak aneh, jika Hans dalam usia 29 tahun telah mengepalai beberapa Pleton Militer.

Hari itu Hans kedatangan tamu yang merupakan rekan kerja ayahnya dulu.

Tamu tersebut tidak lain adalah Kunto Aji, seorang bos mafia yang tidak bosan bosannya terus menjalin hubungan dan menarik dukungan pihak pihak yang di anggap menguntungkannya.

Kunto memang telah mempunyai rencana baru membentuk sebuah Organisasi Ilmuan Dunia agar proyek yang di kerjakan nya dapat berhasil setelah 3 bulan yang lalu, 3 orang ilmuan yang menjalankan proyeknya berkhianat.

Di antara ketiga orang yang berkhianat itu, hanya seorang saja yang berhasil dibunuhnya. Dua lainnya dapat melarikan diri.

Dr Dian dan Profesor Wang telah lari membawa catatan penting penelitian yang digagasnya.

Sedangkan 7 ilmuan lainnya hingga kini masih menjadi tawanannya di daerah Himalaya.

Mendengar usul yang sangat menguntungkan Pihak Militer, Hans bersedia membantu Kunto, tentu saja dengan maksud hati lain yang tidak di ketahui Kunto.

Begitu juga Kunto, sebenarnya dia hanya ingin menarik keuntungan saja dari kerja samanya bersama Hans agar dapat menarik ilmuan ilmuan yang kompeten di bidangnya.

Setelah melakukan perjanjian, kembalilah Kunto ke tempat nya meninggalkan Hans yang kini terus menghubungi pihak pihak terkait yang akan di tariknya dalam kerja sama nya bersama Kunto.

Seminggu kemudian. Terlihat Hans, Profesor Bram, Profesor Andi, Dr Sidar dan Dr Anne telah duduk mengelilingi meja besar bersama Kunto.

Sesaat kemudian, Kunto menggiring 7 orang tawanan ke dalam ruang tertutup di bangunan Pulau Bana.

"Mereka ini para peneliti yang kini tak bisa melanjutkan kerja nya karena pengkhianatan 2 orang bedebah itu,"

Kunto memberi penjelasan dengan sinar mata marah kepada para tamunya.

"Diantara kalian bertujuh, siapa yang mau membantu melanjutkan Projek?" Tanya Kunto dengan pistol di tangannya.

Tiga orang menyatakan bersedia dan 4 lainnya langsung di bunuh di depan tamu tamunya.

Mungkin agaknya inilah kesalahan Kunto yang selalu di ulanginya. Karena menganggap dirinya paling berkuasa di tempat itu, dia menganggap bahwa membunuh orang di depan tamu tamunya akan membuat mereka bekerja dengan sungguh sungguh.

Namun, di dalam hati para tamu itu telah terdapat sebuah hal yang mengganjal hati mereka untuk dapat bekerja dengan sepenuh hati.

Setelah anak buahnya membereskan mayat mayat itu, mereka makan dan minum sepuasnya.

Namun ada yang luput dari perhatian mereka. Tiga orang tamu yang tampak tidak senang, menujukan mata penuh kebencian kepada Kunto.

Mulai hari itu, bekerjalah mereka melanjutkan Projek yang telah lama di idam idamkan Kunto, namun belum berhasil terpenuhi karena telah dua kali gagal.

.---***---. .---***---. .---***---.

Satria yang telah tiga tahun lebih belajar kepada pendekar masa lalu yang super sakti, kini telah menjadi seorang pria tampan yang selain lihai ilmu sihirnya, terlihat dari tatapan matanya yang mencorong tajam, bahkan lebih tajam dari mata suhunya, juga menguasai ilmu beladiri silat kuno.

"Mulai hari ini, kau akan ku ajarkan gerak kilat yang dulu ku pelajari dari Subo (guru wanita) Khu."

"Maaf suhu, tapi suhu pernah bilang bahwa gerak kilat itu hanya untuk orang yang kakinya...,"

"Benar Satria. Seorang kaki buntung akan menitik beratkan tumpuan pada sebuah kakinya, aku rasa jika kau mampu melakukan hal ini maka kau akan sepuluh kali lebih cepat dari ku,"

"Ah, tidak mungkin suhu, kecepatan suhu sangat luar biasa. Mana mungkin saya dapat melampaui Suhu?"

"Dengar pesanku Satria, musuh mu tidak sama dengan musuh musuhku yang ada di zaman ini. Senjata paling berbahaya di sini adalah Amgi (senjata rahasia) yang hanya di lontarkan oleh tenaga sin-kang manusia. Namun, senjata di masa depan jauh lebih berbahaya. Mungkin jika seperti Candu yang memiliki kulit kebal tak akan masalah. Tubuh kita hanyalah dari darah dan daging, maka kau perlu berhati hati,"

"Baik Suhu." Selesai makan sederhana, Satria kembali berlatih di bawah pengawasan gurunya.

Tepat di akhir tahun, setelah enam bulan berlatih, gurunya segera menyuruh Satria kembali ke zamannya.

"Bagaimana saya akan kembali suhu? Saat itu saya hanya kebetulan saja terdampar kemari secara tidak di sangka sangka,"

"Pergilah ke tempat dimana kau melewati Portal itu. Bawa pedang dan kotak perak ini, jangan membukanya sebelum kau yakin harus dibuka. Jika keselamatan mu terancam, maka saat itu baru boleh kau buka."

"Saya mengerti Suhu. Saya berterimakasih kepada Suhu atas semua kebaikan yang tak mungkin bisa saya balas".

"Balas lah perbuatan orang lain dengan kebaikan Satria, aku bangga mempunyai murid sepertimu yang mampu melebihi kelebihan ku."

Berangkatlah Satria ke arah Himalaya. Candu yang selalu mengikutinya kadang kadang di tunggangi oleh Satria. Namun adakalanya mengikuti Satria dari dalam laut di pinggiran pantai.

Selama itu dia bersahabat dengan Candu, batinnya telah terikat erat dengan binatang yang pasti di sebut Naga oleh orang orang.

Mungkin juga karena melalui matanya, hati yang bersih seperti hati Candu bisa menangkap getaran yang tidak ada niat buruk sama sekali. Ataukah memang sudah takdir Tuhan yang maha kuasa atas diri Satria dan Candu yang memang harus selalu bersama hingga mati? Entahlah...

.---***---. .---***---. .---***---.

"Hei Ran, besok kan libur, kau pulang?" Seru Nia seraya berjalan bergandengan dengan sahabatnya itu.

"Sepertinya,, aku malas pulang. Di asrama aja ah, Tapi,,, pasti membosankan,"

"Aneh. Kau anak orang kaya. Punya rumah besar, uang banyak, malah ingin liburan di asrama?, Hahahaha,"

"Liat nanti saja lah" Seru Rani bingung.

"Kalau kau mau, ikut saja ke kampung ku. Tapi,, sepertinya kau tak akan betah lebih dari dua hari deh," Sambung Nia sambil nyengir.

"Ok, aku ikut ke tempatmu." Jawab Rani sembari tersenyum.

Keesokan harinya, benar seperti yang mereka rencanakan, Rani ikut ke rumah Nia yang tinggal di sebuah Desa bernama Desa Dayah Kecamatan Kuta Krueng Kab Pidi Jaya.

"Assalamualaikum buk" Seru Nia.

"Wa alaikum salam. Masuk nak, ajak kawannya masuk," Seru Bu Siti yang sedang menjaga warung nasi di dekat Dayah atau Pesantren itu.

"Eh Sari, apa kabar?" Tanya Nia sambil bersalaman dengan seorang dara cantik berusia 16 tahun lebih.

"Alhamdulillah baik kak. Kakak apa kabar?"

"Baik dek. Kenalin ni, temen kakak dari kota Silim. Ingin tinggal sama kita sementara,"

Segera Sari saling bersalaman dengan memperkenalkan nama masing masing.

Entah kenapa, saat melihat Sari, Rani merasa suka. Namun ada ganjalan aneh di hatinya seperti perasaan kalah cantik atau kalah bersaing, yang pasti Rani pun tidak tau kenapa.

Sari yang melihat seorang gadis cantik berusia 19 tahun itu segera suka melihat pembawaan Rani.

"Mari kak, Sari antar masuk," Seru Sari setelah mendapat kode dari Nia.

Nia kini menggantikan Sari membantu Bu Siti mengurus dagangannya yang sebentar lagi akan di serbu oleh para Santri Pesantren.

Selama tiga minggu Rani tinggal di rumah Nia. Selama itu, terjalin ikatan hati antara dia dan Sari yang memang sangat halus dan lembut tutur sapa nya. Sopan dan enak di ajak bicara. Seorang gadis muda, yang mendekati kesempurnaan.

Bersambung ...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!