Setelah setahun membangun kerjasama dengan berbagai pihak, akhirnya Kunto Aji kini berhasil memasuki daerah pegunungan Himalaya dan mendapat izin dari pemerintah setempat untuk menggunakan tempat itu sebagai tempat eksperimen berbahayanya.
13 orang yang menjadi juru kunci eksperimen yang dilakukannya kini telah berada di ruang luas yang di bangun di dataran pertengahan sebuah gunung yang atas nya dipenuhi salju.
Kunto hanya sesekali saja datang untuk mengecek sendiri perkembangan Projek nya dan apa saja yang kurang dari penelitian yang digagasnya.
Pihak Pemerintah setempat pun tidak begitu mencampuri atas apa yang di lakukan Kunto bersama para Profesor, Doktor, Dokter dan para ahli lainnya di bidang Sains dan ilmiah.
Suatu pagi, Kunto tampak mendarat dengan Helikopter Pihak Militer setempat bersama beberapa orang Militer Asing dan 2 orang bawahannya.
Selama setahun penuh penelitian telah di lakukan. Namun, belum ada hasil yang signifikan hingga membuat Kunto berang dan marah.
Kunto yang berjalan memasuki ruangan besar itu kini tampak berhadapan bersama 13 orang Ahli. Terdengar suaranya,
"Kapan kalian akan menyelesaikan pesanan ku ha? Sudah bertahun tahun aku menunggu, masih saja belum ada hasilnya,"
Saat itu, Profesor Gilbert dari Kanada yang dulu diculiknya berkata lantang,
"Bagaimana kami dapat menyelesaikan Proyek mu kalau bahan nya saja harus kami yang menyiapkannya. Persetan dengan Proyek bodoh mu ini."
"Dhuuoooorr" Ledakan pistol bergema di ruangan tersebut berbarengan dengan rebahnya Profesor Gilbert dengan dada tertembus peluru.
"Mulai saat ini, setiap akhir tahun aku akan membunuh kalian satu persatu. Jika dalam 12 tahun ke depan proyek ku tidak kalian selesaikan, maka jangan harap seorang di antara kalian akan dapat bertahan hidup."
Setelah menyimpan pistol di pinggangnya, Kunto segera mengajak dua bawahannya keluar untuk kembali ke Nusantara.
.---***---. .---***---. ---***---.
"Apa yang kau lakukan?" Seru Kek Mahesa kepada Sari yang duduk termenung di kamar yang setahun lalu masih di gunakan Satria.
Sari yang kaget dari lamunan ketika mendengar teguran kakeknya segera menoleh,
"Aku menemukan ini Kek di bawah bantal," Seru Sari sambil memperlihatkan sebuah Pedang pendek yang indah bentuknya terselip surat kecil di gagangnya.
Nelayan tua itu segera mengambil Pedang. Begitu menekan kenop, pedang itu berdesing berubah menjadi panjang.
"Inilah pedang yang di ceritakan Satria dan Muhardi,"
Lalu kakek itu membaca sebuah tulisan yang merupakan tulisan tangan Satria dengan suara lantang,
'SARI, PEDANG INI KU HADIAHKAN PADAMU, SEMOGA KELAK KITA SALING BERJUMPA, DARI SATRIA PUTRA MAHMUD'
Setelah membaca tulisan itu, Kek Mahesa segera melonjorkan gagang pedang kepada cucunya yang baru tadi pagi tiba berkunjung dari Dayah karena memang di Pesantrennya sekarang libur menjelang Ramadhan.
"Kau simpanlah pedang ini. Kelak, jika sudah saatnya, semua yang digariskan Tuhan pasti berlaku." Seru Kek Mahesa dengan wajah sedikit tersenyum.
.---***---. .---***---. .---***---.
Semenjak Satria terkurung dalam ruangan luas di dasar gunung, setiap hari Satria mencari jalan keluar sambil memperhatikan apa yang harus di makannya di penjara alam tersebut.
Di sudut kiri terdapat rembesan air dan lumut yang tumbuh. Selama lima hari ini hanya lumut dan air yang di tampung dengan pakaian nya saja yang menjadi santapannya sehari hari.
Pagi itu tepat tujuh hari dia berada di ruang bawah tanah tersebut saat Satria di kejutkan oleh pecahnya dasar tonjolan batu dimana sering didudukinya. Dari pecahan batu sebesar kerbau itu, keluarlah sesosok monster yang sangat mengerikan dan aneh.
Binatang sebesar rusa jantan yang memiliki tubuh panjang berkepala ular dan terdapat dua pasang kaki di bawah tubuhnya seperti kaki elang bercakar kuat dan tajam.
Yang lebih aneh lagi adalah sepasang tonjolan besar di punggung ular yang kini menatap Satria sambil membuka tonjolan di punggungnya yang ternyata adalah sepasang sayap.
Benar benar hewan yang langka. Agaknya tidak ada seorang pun manusia yang akan percaya adanya binatang berjenis seperti itu. Dengan tubuh campuran ular dan rajawali dengan sisik hitam kebiruan yang tebal dan mata yang bersinar merah api kebiru-biruan.
Melihat binatang aneh itu mendekati Satria dengan langkah perlahan, Satria mundur ketakutan hingga mepet dinding gua.
Binatang yang mungkin terlahir dari telur hasil perkawinan burung dan ular ini pun menghentikan langkahnya. Kini hewan ajaib ini menatap mata Satria dengan sangat lama.
Karena hewan tersebut hanya mengancam nya saja tanpa menyerang, maka Satria yang sinar matanya memancarkan ketakutan kini telah menjadi seperti biasa. Sinar mencorong dari matanya yang seperti mata iblis itu kini kembali, apalagi saat itu dia teringat dengan wejangan gurunya.
*Ketakutan timbul dari pikiran, bukan dari sesuatu yang kita lihat atau dengarkan. Karena pikiran membayangkan hal yang belum ada, maka ketakutan timbul menguasai Jiwa*
Kini Satria berjalan maju perlahan dengan sinar mata mencorong menatap sepasang mata peranakan ular dan rajawali itu.
"Aku tidak bermaksud jahat kepadamu," Seru Satria sesaat kemudian.
Mungkin hewan beringas itu dapat menangkap maksud Satria dari pandangan mata yang saling bertatapan. Atau mungkin juga karena tidak melihat ancaman, perlahan lahan tubuh kekar hewan itu sedikit menyusut. Kedua sayap yang di kembangkan perlahan turun merapat dengan punggungnya sehingga tampak menyatu saat di lipat kan.
Satria berjalan ke depan sambil menjulurkan tangannya perlahan ke arah hewan tersebut yang semakin lama semakin berubah dan menunduk.
Mata yang tadinya mencorong merah kebiruan kini perlahan lahan berubah berwarna hijau dengan garis hitam di tengahnya.
Cakarnya pun tidak dikembangkan seperti tadi. Melihat hewan ini, timbul rasa sukanya kepada binatang yang kini bahkan tampak lucu menggemaskan.
Saat tangan Satria perlahan menyentuh hewan itu, maka semakin tunduk lah dia kepada Satria.
Mulai hari itu, Satria menganggapnya sebagai teman senasib sependeritaan dan mulai akrab lah dia dengan teman barunya yang di panggil nya Candu.
Mulai hari itu, Satria dan Candu menggali lubang bebatuan dan 15 hari kemudian, berhasil lah Satria keluar dari penjara bawah tanah tersebut.
Pagi itu baru saja Satria dan Candu keluar dari dasar gunung. Mereka berjalan menuju ke arah sungai berdampingan. Memang mengerikan melihat sosok hewan yang lebih mirip Naga itu berdampingan dengan seorang remaja tampan yang baru belasan tahun usianya.
Sesampainya di tepi sungai, mereka segera menceburkan diri ke sungai yang mengalir dari gunung Everest, mandi dan minum sepuasnya.
Tanpa mereka sadari, sebuah Helikopter mendekat dan turun di sisi sungai.
Candu tampak ketakutan dan lebih sering menyelam di dekat Satria. Beberapa orang bersenjata segera mendekati tempat mereka.
Satria yang kini dalam penyergapan segera naik ke daratan di ikuti Candu yang telah di tenangkan olehnya.
Dengan isyarat pemimpinnya, mereka berdua di bekuk dan dibawa ke Helikopter.
"Candu, lari" Teriakan Satria mengagetkan semua orang yang kalang kabut saat di serang tendangan dan tamparan Satria yang mengamuk.
Candu yang masih tampak ketakutan segera lari ke dalam hutan dengan kakinya bahkan kadang melata seperti ular.
Karena memang Satria asal tampar dan tendang saja, sebentar kemudian dia telah kena tempeleng gagang senjata. Akhirnya satria di bawa menggunakan helikopter.
Baru saja mereka lepas landas, tiba tiba dari arah bukit di dalam hutan lebat itu terbang sesuatu yang mengerikan. Dia adalah Candu yang kini berubah menyeramkan terbang mengepakkan sayap ke arah Helikopter.
Beberapa orang bersenjata segera menembaknya dengan berbagai macam senapan. Namun saat peluru mengenai tubuh Candu, bagaikan ***** plastik mengenai karet saja.
Mulai lah mereka ketakutan dan Helikopter yang melayang di udara mulai oleng saat Candu makin mendekat. Sejurus kemudian, Candu telah merusak baling baling serta menangkap tubuh Satria yang meloncat dengan tangan terikat.
Para penumpang Helikopter hanya bisa melihat ketakutan. Seekor naga membawa tuannya dan tak lama kemudian, Helikopter pun meledak. Hanya tiga orang yang selamat melompat ke sungai di antara tujuh penumpang dan pilot.
Sejak saat itu, Ruang Bawah Tanah yang merupakan penjara bagi Satria kini di anggapnya sebagai rumah. Hanya sesekali satria keluar menunggang Naga untuk mencari keperluan seperti makanan dan minuman serta alat lainnya.
Lubang yang dulu dibuatnya bersama Candu kini di tutupi batu besar oleh Candu atas permintaan Satria. Binatang buas itu seperti telah menjadi jinak sama sekali dan hanya satria saja agaknya yang dapat mengendalikannya.
Kita tinggalkan dulu Satria yang terus latihan semedi mengatur pernafasan sesuai petunjuk Kyai Tengku Isa Langsa. Kini marilah kita melihat keadaan sebuah Provinsi dimana berada jauh di sebelah Utara Nusantara.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Cut Tisa Channel
Semoga teman teman semua suka dan terhibur ya,,, Terimakasih kami ucapkan sebanyak banyaknya atas semua dukungan kakak kakak dan temen temen author semua, semoga mendapat berkah.
2022-09-26
1