Subuh itu, berjalanlah lima orang menyusuri hutan yang berbukit, tak jauh mereka berjalan di balik bukit, tampak sebuah semak belukar dan saat di buka, terdapatlah sebuah batu yang menutupi lubang sebesar anak kerbau.
setelah menggeser batu yang tidak begitu berat karena bentuknya yang pipih, Prof Andi dan Alif segera menyuruh Dr Dian masuk lebih dulu di ikuti oleh dua orang gadis muda yang masih terdengar isak dari mulut mereka di ikuti oleh Alif dan Andi yang menutup pintu lubang itu kembali.
mereka berjalan di lorong batu berputaran yang menurun hingga sampai di sebuah ruangan luas yang terdapat cahaya penerangan di sana.
melihat banyak orang sedang shalat subuh, kedua gadis remaja itu segera duduk di ujung ruangan dan melihat ketiga orang penolongnya yang keluar gua batu itu dari belakang menuju kedalam kegelapan malam yang masih berselimut.
beberapa orang yang duduk mengelilingi gadis kembar yang bermata sembab itu menunggu tiga pria yang membawanya selesai shalat.
"bagaimana hasilnya Andi?" tanya kek Mahesa setelah selesai mereka bertiga Shalat.
"monster itu berhasil melarikan diri, nasib Satria kami tidak tau karena dia pun menjadi incaran para militer pemerintah Negara asing." jawab Prof Andi.
tampak Sari dan Lina murung mendengar kabar Satria yang entah bagaimana nasibnya.
"mereka ini siapa,?" kembali kek Mahesa bertanya dengan suara lembut dan wajah tenang.
"mereka berdua putri kepala dusun Kaliba yang kedua orang tuanya menjadi korban monster Hans bersama para penduduk lainnya." jawab Dr Dian menjawab dengan pandang mata iba menatap mereka.
sedang mereka bercakap cakap, terdengar pekik Candu yang turun membawa Satria dalam keadaan pingsan di depan ruangan gua dimana mereka semua berada.
"Satria," beberapa suara terdengar berbareng.
Alif dan Prof Andi segera mendekati Satria bersamaan dengan Sari dan Lina yang kini telah sangat dekat dengan tempat dimana Naga itu berdiri.
"jangan sentuh dia," ucap Haji Ahmad memperingatkan mereka.
Segera Haji Ahmad berjalan melihat ke dekat Naga itu dengan hati ngeri karena seumur hidupnya baru dua kali ini dia memandang makhluk makhluk aneh mengerikan, pertama saat Hogen atau monster Hans mengamuk memporak porandakan desanya di Kaltim.
kedua adalah saat ini, dimana terdapat seekor binatang yang telah di dengar nya dari cerita mereka, dan memang binatang ini sangatlah aneh dan mengerikan, jauh lebih seram dari monster Hans.
"Alif, ambilkan sarung tangan di tas ayah" seru Haji Ahmad.
setelah memakai sepasang sarung tangan panjang, Haji Ahmad di tolong Andi dan Alif yang juga mengenakan sarung tangan segera memondong Satria yang masih pingsan dan membawanya ke dalam ruangan yang paling luas di dinding tebing itu.
setelah membuka baju dan melepaskan pedangnya, Haji Ahmad di bantu oleh Andi, Alif dan Alifah segera melakukan pengobatan kembali seperti di Kaltim dulu dimana mereka mengobati Satria, namun luka Satria kali ini tidak lah begitu berat seperti sebelumnya.
namun karena memang di tempat itu perlengkapan obat kimia tidak ada, maka memerlukan setengah hari juga hingga membuat Satria sadar.
saat akan bangun, rasa sakit di lambung Satria menyesakkan hingga ke dadanya.
"rebah lah dulu Satria, kau belum pulih benar, mungkin membutuhkan waktu dua atau tiga hari lagi," seru Haji Ahmad.
kini jam telah telah menunjukkan pukul satu siang, Prof Andi dan Dr Dian segera menuju ke atas tebing setelah mendapatkan pesan temannya dan di sore hari, tempat itu kedatangan Dr Anne dari pihak Agen khusus yang memberitahukan kepada mereka bahwa pihak militer negara Asing bersama pihak berwajib Nusantara sudah mengepung seluruh tebing bagian atas dengan helikopter tempur lengkap.
dari mata-mata masing masing, mereka mendapat kabar bahwa pemuda siluman bersama monster Naga berada di dasar tebing.
Dr Anne dikirim sebagai wakil untuk bernegosiasi di bawah sini.
"mereka menuntut Naga itu dan akan melepaskan Satria," seru Dr Anne dengan wajah cemas.
"tidak, aku tidak akan menyerahkan Candu, aku akan melawan mereka," jawab Satria dengan mata mencorong kepada Dr Anne.
"aku juga tak ingin kau dan Naga mu mendapat celaka, namun bagaimana kita menghadapi mereka yang mempunyai senjata lengkap?" seru Dr Anne.
"ingatlah Satria, kehendak Tuhan yang akan terjadi." suara kek Mahesa seperti air dingin mengguyur kepalanya.
"maafkan aku," seru Satria ke arah Dr Anne yang hanya dibalas oleh anggukan dan senyuman manis oleh Doktor wanita yang masih muda itu.
senja kini telah tiba saat suara senjata meletus bersusulan dari atas tebing, sebenarnya apa yang terjadi di atas?
para militer interpol dan pihak keamanan negara bersiap siaga menunggu keputusan Dr Anne yang turun berdiskusi dengan pemuda siluman melalui pintu gua yang di jaga ketat.
tiba tiba penjagaan di sebelah barat di kejutkan oleh serangan tiba tiba dari monster yang kini mengganas membunuhi mereka meloncat ke sana sini dengan kecepatan dan kekuatan dahsyat.
mereka sibuk menembaki Hogen yang telah merusak pintu helikopter dan membuat nya menjadi tameng bagi tubuhnya dari serangan peluru yang di arahkan ke badannya.
kita tinggalkan dulu para militer yang sedang terancam keselamatannya oleh Hogen yang mengamuk parah memukul hancur tubuh para tentara dengan injakannya maupun lengan kirinya yang memegang pintu helikopter.
kini mari kita lihat kembali ke di dalam tebing curam itu dimana hanya Satria yang dapat mendengar dengan sangat jelas suara kegaduhan dan jerit mengerikan dari atas tebing yang berjarak 3 km lebih.
Dr Anne masih sibuk menghubungi teman temannya yang kini telah tewas sebagian oleh kebuasan Hogen.
"sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Prof Andi kepada Dr Anne.
"entahlah, tidak ada yang menjawab," jawab Dr Anne kebingungan.
melihat pandangan kek Mahesa di tujukan padanya, Satria akhirnya berkata,
"monster ganas itu sedang membunuh menghabisi para pasukan di atas tebing, kini dia telah berada di sektor selatan setelah menghabisi penjagaan sektor barat." jelas Satria yang jelas mendapat gambaran melalui pendengarannya yang super.
"Candu," teriak Satria kencang, dan saat Naga itu telah berada di pintu gua, Satria kembali berkata sedikit keras.
"tunggu aku di ujung aliran sungai, apapun yang terjadi jangan kemana mana," setelah mendengar perintah dan menatap mata Satria, Candu segera memekik terbang dan pergi ke arah depan dalam kegelapan malam yang kini telah gelap sama sekali.
"Sari, tolong ambilkan kotak di sudut ruang sebelah dalam buntalan ku,"
pinta Satria dan sesaat kemudian, Sari telah kembali memegang kotak perak kecil yang langsung dibuka Satria, isi kotak tersebut adalah sepasang benda bulat sebesar kelereng, yang satu berwarna biru kilat dan satunya lagi berwarna jingga.
selain dua butiran itu, Satria juga menemukan lima buah kitab berbahasa Tiongkok bersusun di dasar kotak.
segera dia menggenggam kedua benda bulat tersebut sambil melihat di sampul kitab dua kegunaan benda itu, tanpa berlama lama, Satria yang telah memasukkan butiran jingga kedalam kotak dan menutupnya kini hanya mengambil sebutir bulatan berwarna biru yang langsung ditelannya tersebut.
tiba tiba teriakan keras keluar dari mulut Satria dan kekuatan dahsyat yang sangat dingin keluar dari seluruh tubuhnya membuat orang di sekitarnya menjauh, bahkan Sari yang terlalu dekat seperti di dorong hawa dingin yang dahsyat membuat Sari menabrak tubuh Prof Andi yang berusaha menangkapnya.
Satria kini bangun dengan cepat mengambil pedang dan sekali meloncat, dia telah berada 10 meter di luar mulut gua, dengan sekali loncatan Satria berada di atas di tebing bagian atas mulut gua dan langsung merangkak dengan sangat cepat ke atas bergantungan pada batu tebing yang menonjol seperti cicak saja.
"Sungguh kemampuan yang mengerikan" seru Dr Anne yang di anggukkan oleh Prof Andi, Dr Dian dan beberapa orang lainnya termasuk Haji Ahmad.
"Pak Haji, dengan apa bapak memunahkan infeksi di tubuh Satria,?" tanya Dr Muharsyah tiba- tiba.
"dengan akar pohon siong di campur daun kalidri dan sedikit ginseng yang kubawa,"
jawab Haji Ahmad bingung.
"kita harus mencari nya sekarang, ayo,"
"tak perlu, aku masih mempunyai persediannya untuk ku berikan besok pada Satria rencananya."
mulailah mereka mengolah ramuan menjadi cairan dengan mencampurkan air putih biasa dengan ramuan yang sudah agak mengering itu.
hanya sepuluh menit saja Satria telah tiba di atas tebing dan melihat kekacauan di sebelah utara, Satria pun bergegas ke sana, tebing berjarak 3 kilometer itu mampu di panjat nya hanya dalam sepuluh menit, sungguh mengherankan.
melihat ke arah barat, timur dan selatan hanya tampak sisa sisa mayat yang bergelimpangan dan api besar yang membakar dua buah helikopter di dua jurusan berbeda, Satria yang berhadapan dengan Hogen kini telah saling serang sambil sibuk memutar pedangnya menangkis peluru yang masih beterbangan.
setelah lima menit berhadapan, para tentara yang bersisa 40 orang saja itu telah membuat lingkaran luas dengan senjata di tangan mereka, api dari bangkai helikopter yang berada di jarak puluhan meter menerangi tempat itu.
Meski kini tenaganya pulih kembali, Satria masih merasa sukar mengalahkan Hogen, mungkin karena Hogen menggunakan apa saja sebagai senjata termasuk tubuh pasukan yang berhasil di cengkeramnya saat meloncat ke sana kemari.
Satria yang menjaga jangan sampai membunuh orang orang itu kini kewalahan juga.
namun karena kecurangan Hogen dan kejahatannya yang mengerikan mungkin membuat Tuhan murka, maka tak berapa lama berselang hujan pun turun dengan deras memadamkan api yang ada di sekitar sama sekali dan kini mereka berdua berkelahi dalam gelap gulita.
mungkin bagi mata pasukan dan Hogen, kegelapan menjadi pembatas pandang mata mereka, namun bagi Satria, terang dan gelap sama saja berkat keanehan yang terjadi padanya.
kini Hogen mulai terdesak hebat hingga pada suatu ketika, ketakutan melanda hatinya dan dia menubruk Satria dengan putus asa, karena tak menyangka monster Hans akan berlaku senekat itu, maka lengan kiri Satria kena di cengkeramnya yang membawa mereka terjun melayang dari bibir jurang ke tebing berjarak 3 km tersebut.
saat itu, pagi mulai menyingsing dan entah berapa lama mereka berdua melayang sambil saling tendang dan pukul di udara, Hogen jatuh lebih dulu karena setelah berhasil melepas cengkeraman monster tersebut, Satria dapat menguasai dirinya dengan salto yang di buat serta gaya meringankan tubuh yang di kuasainya hingga membuat luncuran nya melambat dan dapat mendarat dengan kaki yang langsung berguling beberapa kali.
di bawah ternyata telah tampak orang orang menunggu kedatangan mereka,
"Satria, masukkan cairan ini ke tubuhnya,"
seru Dr Dian Muharsyah sambil melempar sebuah bungkusan plastik sebesar genggaman orang dewasa.
Satria yang kini telah menerima bungkusan itu dengan tangan kiri segera menyerang monster yang kini kembali bangun dan menyerang.
pedang naga berdesing kesana sini menyerang yang hampir selalu dapat di elakkan oleh monster tersebut.
pada suatu ketika, tangan kiri Hogen mancapai gundukan batu sebesar lengan yang di lemparnya ke arah Sari, Satria terperanjat kaget namun terlambat, batu itu tepat mengenai dada .. kek Mahesa.
terdengar pekik mengerikan dari mulut ... Satria,
"keparat kau, dsssiiiinggggh," deru angin sambaran pedang membuat sedikit dada Hogen terbelah dan tiba tiba, dengan kecepatan kilat Satria memasukkan bungkusan di tangan kirinya ke mulut monster tersebut.
kini Satria telah berada di dekat kawanan keluarga gurunya dan Hogen yang telah meminum cairan alami itu berputaran kesana kemari dengan mulut dan bagian dalam tubuh meleleh berasap berbau sangit hingga lambat laun tubuhnya terjatuh tanpa nafas.
"kau telah menjadi manusia super Satria, banyak gadis mencintaimu, berhati hatilah dengan cinta yang palsu,,"
kek Mahesa berkata dengan nafas sesak di papah oleh kek Muhardi yang mengalirkan air mata ke arah ruang gua.
"semua gadis yang ada di sini mengharapkan cintamu, tentukan pilihan sebaik baiknya dan ingat semua pesanku," meninggal lah kek Mahesa dalam usia 109 tahun.
Satria menangis sesenggukan, Sari juga tak ketinggalan sambil berteriak, "kakek, kakek,".
setelah mengubur jasad kek Mahesa, tibalah para pasukan militer gabungan ke tempat itu melalui lorong rahasia dan mereka menodong Satria seraya membentak,
"serahkan dirimu dan Naga itu,"
Dr Anne telah memberi isyarat agar tidak mengganggu Satria yang masih berduka,
"pergi kalian, pergi dari sini," ucap Satria dengan bentakan.
beberapa orang datang menyergap dan di lain saat, 40 lebih anggota pasukan itu telah lumpuh dengan tangan patah dan senjata terlempar jauh.
Satria kini melarikan diri ke arah ujung sungai di kejar oleh pasukan yang telah memungut senjata masing masing.
"Candu, masuk ke sungai," teriak Satria yang juga masuk ke sungai di telan bumi.
setelah memeriksa tempat itu, pihak pasukan menganggap Satria dan Naga nya telah mati dan mereka semua kembali pulang.
sedikitpun mereka tak menyangka bahwa seminggu kemudian, Satria kembali keluar menemui Sari, Lina, Dr Dian, Prof Andi dan beberapa orang lainnya.
mulai hari itu, Satria berada di situ belajar pengobatan kepada Dr Dian Muharsyah dan ilmu kebatinan kepada kek Muhardi dan Prof Andi bersama Lina dan Sari yang sama sama mencintanya.
bersambung di Cinta Membara ( Eps 21 ).
tunggu ya teman teman.
Terima kasih guys,,!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
suratno ratno
makin pnsaran
2022-09-17
1
suratno ratno
kpn up lg ka.?
2022-09-17
1