Tugas Yang Berat

Di sebuah ruangan di Pulau Bana, Pulau yang menjadi markas Bos Mafia bernama Kunto, terlihat sedang di lakukan Riset ilmiah oleh 13 orang yang latar belakang mereka berbeda beda.

Ada yang merupakan Dokter, Doktor, Profesor, Insinyur dan ahli ahli yang sengaja dikumpulkan oleh Bos Mafia itu demi sebuah cita cita yang merusak.

Tampak 13 orang itu bekerja serius meskipun dapat diketahui dari wajah mereka bahwa mereka melakukan pekerjaan tersebut dengan terpaksa.

Siang itu, banyak anak buah komplotan bawahan Kunto Aji berjaga rapi. Hanya satu tanda nya apabila mereka berjaga dengan rapi seperti itu, yaitu bahwa Bos mereka bernama Kunto Aji akan mengadakan kunjungan ke pulau tersebut.

Benar saja, tak berapa lama berselang tampak Kunto Aji datang di kawal oleh pengawal khusus. Sesampainya di situ, langsung saja kunto memasuki ruangan dalam yang tampak seperti rumah peristirahatannya.

Kunto yang terus berjalan memasuki kamar sebelah kiri, kini menuju ke sudut dan menekan tombol merah. Terdengar suara pelan lantai terbuka. Secepatnya Kunto masuk ke situ bersama beberapa orang bawahan yang merangkap sebagai pengawal pribadinya.

Setibanya di ruangan yang sangat terang lengkap dengan hawa udara yang masuk melalui vent blower besar, Kunto memanggil seorang bawahan yang menjadi pemimpin di situ.

"Bagaimana perkembangannya?" Tanya nya.

"Mungkin masih perlu waktu berbulan bulan lagi bos. Kata mereka ada bahan yang harus di proses dalam waktu yang lama!" Jawab seorang bawahan yang bernama Donggi.

"Baiklah. Aku akan berada di sini hingga besok. Apapun yang mereka perlukan, segera dapatkan!" Kembali suara Kunto terdengar memerintah.

"Siap Bos, Laksanakan". Jawab Donggi sambil mengangguk taat kepada Big Bos Kunto.

.---***---. .---***---. .---***---.

Satria ternyata telah pergi selama seharian penuh. Karena sore itu baru dia tiba di gua kediaman kek Muhardi dan Lina.

Selesai menceritakan pengalaman nya berada di dalam gua bawah tebing, Satria pun makan malam dan tidur hingga keesokan harinya, Satria di suruh kembali ke perkampungan di pantai oleh Kek Muhardi yang mendapat telepati dari Kakek Mahesa agar dia segera pulang.

Saat kembali, Satria di tunjukkan jalan gua batu menembus ke atas berupa jalan lorong di dalam tebing.

Sesampainya remaja itu di pintu, sesuai petunjuk Kek Muhardi. Satria menekan sebuah tuas batu dan mudah saja dia mendorong batu penutup goa.

Dengan langkah sedikit berlari, Satria menuju ke Pantai Olele sambil berdebar hatinya. Mengapa gurunya menyuruh pulang seperti terburu buru? Apa gerangan yang terjadi? Pikirnya.

Memang, sebelumnya Satria telah tau tentang telepati yang di kuasai gurunya. Bahkan dia juga sudah di ajarkan. Namun entah karena otaknya yang telah mengalami "kelainan", maka sangat susah pelajaran itu di tangkap nya.

Setelah menempuh perjalanan yang melewati beberapa dusun, bocah itu tiba di rumah dimana gurunya telah menunggu.

Sesampainya di depan Kek Mahesa, Satria segera sungkem mohon maaf kepada gurunya karena telah pergi jauh dan tidak menjaga pesan gurunya.

"Besok ada kapal yang berangkat ke india. Di dalam tas kecil ini terdapat uang dan surat yang kau perlukan untuk ke sana"

"Achh. Kenapa Tengku? Mengapa saya harus pergi? A, Apakah,, Tengku marah kepada saya?" Satria merasa kaget setengah mati mendengar pengusiran dari gurunya.

"Dengarlah Satria. Memang telah menjadi takdirmu untuk menempuh perjalanan ke himalaya. Kelak kau akan mengerti semua keanehan sikapku. Kau merupakan murid yang ku sayang. Tak sedikitpun terdapat amarah ku kepadamu. Jika memang kau telah siap, berangkatlah besok pagi teriring doa dariku. Yang perlu kau ingat adalah, apapun keadaanmu, jangan lupakan segala nasihatku. Terus latih pernapasan dan tirakat sesuai petunjuk ku. Kelak kau akan mengerti, kelak kau akan mengerti."

Kek Mahesa menutup perkataannya dengan lirih dan pipi dibasahi air mata.

Satria yang juga terharu menubruk mencium dada kakek tua itu sambil sesenggukan.

Saat subuh tiba, Satria yang sedang tirakat mendapat banyak bimbingan dari gurunya. Hingga mentari pagi keluar di ufuk timur, dia baru menyelesaikan latihan.

Selesai mandi dan sarapan, Satria meminta izin kepada Gurunya dan Mak Nem, melihat mereka hanya berdua, timbul keheranannya dan diapun bertanya,

"Tengku, Sari mana? Saya mau pamitan juga kepadanya."

"Sari telah seminggu berada di Dayah. Dia akan lebih aman di sana. Kelak jika Tuhan mengizinkan, kau akan berjumpa dengannya. Aku titip padamu, jaga dia jika aku telah tiada"

"Apakah saya boleh berkunjung kemari lagi kelak Tengku?"

"Bukan kau yang berkunjung, akan tetapi langkah takdir yang akan membawamu ke tempat ini."

"Wwhuuuooong, Jhuuusssh" Terdengar suara kapal yang telah siap berangkat.

"Baiklah Tengku, saya selamanya tidak akan melupakan kebaikan Tengku."

Berangkatlah Satria yang usianya baru 13 tahun lebih melanglang buana sendirian dengan berbekal doa, harapan dan bekal dari Kek Mahesa yang tidak lain adalah Kyai Muhammad Isa atau dikenal pada masa mudanya dengan nama Teuku Isa Langsa.

( Baca Cerita MELAWAN DIMENSI JIN ).

.---***---. .---***---. .---***---.

"Panggil Dr Dian dan Profesor Wang kemari," teriak seorang pria tegap yang mempunyai wajah tampan yang lebih mendekati sangar dan garang bernama Kunto Aji.

Tak lama kemudian, tampak seorang Dokter yang masih kelihatan muda walaupun usianya kini telah mencapai 34 tahun bersama seorang pria bertubuh kecil namun tampak sinar kecerdikan dari wajahnya.

Setelah duduk di kursi yang berseberangan dengan Bos Mafia itu, mereka segera di tanya dengan suara hardikan halus,

"Sebenarnya, apa saja yang kalian kerjakan sampai saat ini? Belum terlihat hasil memuaskan sedikitpun."

"Ada bahan yang tidak terdapat disini. Kami membutuhkan bahan itu untuk menjadi pelengkap. Selain hanya terdapat di area yang dingin, suhu udara yang menjaga pohon Byong ini harus amat sangat dingin agar cepat pertumbuhannya." Seru Profesor Wang dengan gaya bahasa yang sedikit kaku.

"Dimana tempat yang baik menurut kalian?" Tanya Kunto penuh harapan.

"Baiknya kita bekerja di puncak Everest. Tempat di sana sangat mendukung projek ini. Namun untuk masuk ke sana, kau harus bisa menjalin hubungan dengan Nepal, Tibet serta Pemerintahan Tiongkok," Lanjut Profesor Wang dengan wajah biasa.

"Jika di sana, rencana kita 65 persen berhasil. Cobalah jalin hubungan dengan India agar lebih dekat perjalanan ke sana." Tambah Dr Dian menyarankan.

Mulai hari itu, Kunto Aji, Bos Mafia terbesar di Nusantara melakukan hubungan hubungan dengan negara yang disebut tadi. Dia bahkan tidak segan segan menghabiskan uang banyak demi terwujudnya cita cita pembuatan sumber tenaga alam terbesar yang ingin di capai nya untuk dapat menguasai dunia.

Memang aneh watak seseorang yang telah dikuasai nafsu seperti Kunto. Sudah menjadi seorang yang amat berkuasa dengan ribuan bawahan yang di bangun oleh moyangnya dulu, tidak juga merasa puas.

Bersambung ...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!