Perjalanan Yang Sulit

Saat itu pukul 5 subuh. Di tandai dengan gema azan berkumandang yang terdengar sayup. Namun orang ramai masih sibuk di sekitar rumah besar seluas istana yang kini tidak tampak seperti bangunan lagi. Karena selain pondasi dan besi besi perabotan yang tahan panas, bagian rumah megah itu sudah habis di makan api akibat di bakar orang.

Di sebuah rumah yang berjarak ratusan meter dan menjadi rumah terdekat dengan bangunan besar yang hangus itu, tampak orang ramai mengitari sesuatu. Kebanyakan dari mereka adalah perempuan yang dapat di tandai dengan suara tangisnya.

Begitu melihat lebih dekat, tampaklah seorang bocah lelaki yang masih kecil rebah telentang dengan baju dan celana serta seluruh tubuh hingga kepala berlumur darah.

Sudah beberapa kali ada orang mencoba mendekati bocah tersebut, namun orang orang itu kembali menjauh karena ada yang di tendang, di gigit, di pukul bahkan diludahi.

Banyak orang yang merasa sayang kepada si bocah karena mereka memang mengenal anak tersebut.

Sebagian ada yang kagum karena bocah itu sejak bangun dari pingsan nya tak mau di obati. Namun tak pernah dia menangis, bahkan air matanya saja tidak tampak sedikitpun.

Selesai memadamkan api di rumah gedung, bahkan bisa di bilang padam sendiri dengan habisnya bahan yang di bisa di makan oleh api, para pria yang terdiri dari pemuda dan bapak bapak telah sampai di situ.

Karena mereka merupakan orang yang kuat tenaganya, mereka langsung mendekati Satria yang seperti orang kesurupan, tendang sana tinju sini gigit sundul hingga terlihat beberapa orang melangkah mundur.

Seorang bapak tegap merangkul dengan kencang sambil berteriak memanggil,

"Satria, sadar Nak,,, tenangkan dirimu. Sadar,,, sadar,,!!!"

Dengan suara hampir menangis, Pak Taufik merangkul Satria yang semakin kencang dan keras mengamuk menggoyangkan badannya.

Suatu ketika, saat Pak Taufik ingin mengambil selendang dari tangan seorang ibu yang memenuhi tempat itu untuk melibat dan mengikat tangan Satria kecil, tiba tiba tangan Pak Taufik kena digigitnya dan dia berhasil melepaskan rangkulan yang kokoh kuat itu.

Dengan tak tersangka sangka, bocah itu melompat ke arah orang orang di dekat pintu yang karena ketakutan, mereka seperti memberi jalan kepada Satria untuk lari keluar rumah.

Betapapun mereka semua mengejar, anak itu telah lari sekencang kencangnya ke arah rumahnya menembus ke bagian belakang menuju Bukit Pusu melewati perbatasan Kampung Madat dengan Kampung Pangkal Sawah yang di selingi oleh sebuah sungai selebar 50 meter.

Satria yang seperti anak gila itu terus berlari meski hari telah terang benderang karena bumi telah disinari Mentari pagi yang cerah dengan sedikit awan mendung.

Saat melewati sungai yang sangat luas jika dibandingkan tubuh nya yang masih kecil, bocah itu seperti hampir kehabisan tenaga. Namun secara kebetulan, seorang kakek menolong Satria naik ke sampan miliknya.

Kakek itu kebetulan baru pulang mencari ikan di laut dan akan pulang menggunakan sampan ke rumahnya pagi hari itu.

Kakek yang di kenal warga dengan sebutan Kek Rahmat itu segera membawa anak kecil yang kini kembali pingsan di atas sampan.

Setelah hampir setengah hari mendayung sampan, Kek Rahmat pun menepi dan segera mengangkat keranjang ikannya ke daratan seraya memikul tubuh bocah lelaki yang menggiriskan hatinya itu.

"Bu, Ibu, tolong Bapak bawakan keranjang ini"

Istrinya yang sudah berumur 50 tahunan itu segera keluar dan merasa aneh. Biasa nya suaminya pulang tak pernah menyuruhnya membawa keranjang dan langsung masuk ke dalam membawa keranjang ikannya sendiri.

Namun saat melihat sang suami memanggul tubuh seorang anak lelaki, dia segera berlari ke arah suaminya dan mengambil keranjang ikan sambil bertanya heran bercampur kaget,

"Aduh Pak, Anak siapa ini? Kok badan nya luka berdarah semua?"

"Nggak tau Bapak Bu. Tadi bapak dapatkan hanyut di sungai. Bentangkan tikar Bu, Bapak akan bersihkan luka lukanya." Jawab si kakek sambil berjalan ke dalam rumah.

Tampak nenek itu berlari meletakkan keranjang dan membentang tikar lalu segera berlari ke dapur memetik daun Cocor Bebek ( On Phahlan / On Gapah Iteek ) dalam bahasa daerahnya dan segera menggiling nya di campur air putih lalu di bawakan kepada si kakek untuk dibaluri ke seluruh tubuh Satria.

Satria yang sudah kehabisan tenaga dan seperti hilang daya tahan tubuhnya masih terlihat pingsan dengan nafas yang kadang teratur kadang memburu cepat seperti sesak.

Selesai di obati dengan obat kampung / obat herbal alami, Kakek itu segera mandi dan sholat dhuhur bersama istrinya.

Selesai sholat, mereka segera makan bersama dengan ikan hasil tangkapan si kakek. Mereka berdua hanya melihat saja ke arah Satria yang masih pingsan dan kini nafas nya telah teratur setelah dicekoki obat rebusan daun dan akar berkhasiat.

Sudah beberapa kali mereka membangunkan bocah itu. Namun Satria masih tertidur seperti dalam keadaan koma tidak sadar.

Sampai hari menjelang magrib, Kek Rahmat dan istrinya menunggu Satria, lalu mereka segera masuk ke dalam untuk melaksanakan Sholat Magrib dan membaca Yasin.

Satria yang masih tertidur itu kini mulai bergerak. Dengan lapat-lapat dia mendengar bunyi orang mengaji seperti suara ibunya. Mimpi kah aku? Seru Satria dalam hatinya.

Perlahan lahan dia bangun dan bau ikan goreng dan ikan gulai segera memasuki hidungnya. Di lihatnya bahwa di dekatnya terdapat sebuah tudung saji dan segera dibukanya.

Dengan cepat di ambilnya nasi itu sepiring penuh dengan ikan besar yang entah berapa potong di makannya. Sampai tiga piring Satria makan nasi dan minum air putih segelas penuh.

Rasanya tidak percaya kalau tidak melihat sendiri betapa anak itu menghabiskan banyak sekali nasi. Kini, lapat-lapat dia kembali mendengar suara orang mengaji yang sudah hampir selesai itu.

Dengan cepat Satria sembunyi di balik pintu sebelah luar saat mendengar langkah kaki dua orang keluar dari kamar.

"Waduh Bu. Dimana anak itu?"

Seru si kakek yang langsung menyambung suara kaki berlari si nenek ke arah tudung saji. Saat si nenek membuka tudung saji dan melihat, dia berkata kepada suaminya,

"Agaknya dia sudah pergi Pak setelah menghabiskan nasi"

Satria yang mendengar dari luar tetap bersembunyi tanpa ada suara sedikitpun yang keluar. Meski digigiti nyamuk, tetap di tahannya agar tidak ketahuan bahwa dia masih bersembunyi di situ.

"Sungguh aneh bocah itu, semoga saja tidak terjadi apa apa dengannya di luar sana".

Terdengar perkataan si kakek dengan suara agak lirih.

Tiba tiba mereka melihat pintu bergerak dan tampaklah bocah kecil itu keluar memandang Pak Rahmat dan istrinya sembari berkata,

"Terimakasih banyak, agaknya Kakek dan Nenek yang baik hati telah menyelamatkan saya. Mohon maaf karena saya lapar, saya telah menghabiskan nasi"

Satria berkata dengan suara yang teratur dan sopan sambil membungkuk ke arah kakek nenek tersebut.

"Tidak apa Nak. Memang makanan ini kami siapkan untukmu. Oh ya, Anak darimana dan siapa?" Tanya sang kakek dengan lembut.

Mendengar pertanyaan itu, Satria langsung berlari sambil mengucapkan terimakasih untuk kedua kalinya.

Si kakek yang mengejar, saat sampai di luar kehilangan jejak nya karena memang malam itu gelap gulita tanpa ada sepotong pun bulan.

Akhirnya dengan nada mengeluh, Kek Rahmat kembali masuk sambil memberitahukan kepada istrinya bahwa anak itu telah lari menghilang, anak yang sungguh aneh.

Satria terus melarikan diri menyusuri hutan di pinggir sungai menuju ke arah utara. Dia berlari seperti di kejar iblis tanpa melihat kemanapun.

Akan aneh jika ada orang yang melihatnya lari dalam keadaan gelap gulita tanpa penerangan. Namun tak pernah sedikitpun bocah itu tersandung akar pohon atau bahkan menabrak pohon yang banyak tumbuh di hutan pinggir sungai tersebut.

Satria yang kini berlari pun tak pernah menyadari bahwa dalam keadaan gelap gulita, dia dapat melihat segala yang ada di depannya tanpa terpengaruh kegelapan.

Setelah lama berlarian di pinggir sungai, bocah itu melihat sebuah lampu Serungkeng ( Patromaks ) di tengah sungai bergerak ke arah utara.

Saat telah mendekati tempat itu, Satria kecil segera menceburkan diri ke sungai sambil berenang ke tengah sungai setelah dia mendengar suara tertawa yang sangat di kenalnya yaitu suara si Badu yang menjadi kepala perampok yang telah mencelakakan seluruh keluarganya.

Saat Satria menceburkan diri, beberapa orang dari atas perahu besar itu melihat keluar perahu. Namun setelah melihat ke seluruh permukaan sungai yang airnya bergoyang, mereka kembali masuk ke dalam bilik perahu yang ternyata sedang ada pesta bersama gadis gadis yang mereka culik di dusun sebelumnya.

Satria terus saja berenang perlahan ke arah perahu dan menempelkan tubuhnya ke bawah perahu sambil berpegang pada tali jangkar yang tersembul keluar perahu.

"Hahahaha, cepat layani kami sebaik baiknya. Apa kalian mau ku bunuh seperti keluarga si Mahmud itu?, Hahahaha." Terdengar suara Badu diiringi gelak tawanya bersama 3 perampok lain.

Dengan teliti Satria mendengarkan segala kejadian di dalam bilik perahu. Anehnya, sampai suara nafas, gerakan, langkah kaki seperti terbayang di benaknya saat suara suara itu di dengarnya di samping suara tangisan kecil dan rintih ketakutan. Terdengar pula suara hembusan nafas penuh nafsu dari para perampok yang memuakkan itu.

"Bos, mengapa harus kita bunuh semua anggota keluarga si Mahmud itu. Kalau Bos membiarkan pelayan cantik itu ikut kita, tentu kita tidak kekurangan gadis di sini Bos"

Seru seorang anggota perampok yang langsung membuat marah Badu. Sambil menggebrak meja kecil yang penuh dengan minuman keras dia berkata,

"Bos besar memerintahkan menghabisi seluruh anggota keluarga sampai ke pembantunya. Apakah kau berani kehilangan nyawamu tidak melaksanakan tugas dengan baik?"

"Kan Big Bos tidak tau apa yang kita lakukan Bos"

"Tolol kau." Bentak Badu sambil menampar kepala anak buahnya.

"Siapa yang tidak kenal Bos Kunto. Jangankan kita yang menjadi bawahannya, keluarga sendiri pun di penggal kalau tidak menurut perintahnya. Sudah, diam kau."

Mereka terus berlayar sambil mabuk mabukan dan menikmati tiga orang gadis secara bergantian dan bergilir. Sedangkan Satria terus memegang tali jangkar sampai tiba ke sebuah dermaga di lautan dan mereka melempar sauh/ jangkar.

Melihat mereka turun hanya bertiga saja, Satria perlahan lahan naik ke kapal yang langsung di teriaki oleh bawahan si Badu yang tinggal menjaga tawanan.

Melihat dirinya ketahuan, Satria berlari ke arah darat yang langsung di hadang oleh Badu dan dua bawahannya.

Kembali Satria di pukuli habis habisan dengan tinju, tendangan, bahkan dengan kayu yang berserakan sampai bocah itu babak belur. Saat terdengar teriakan dari perahu bahwa salah seorang gadis menceburkan diri ke laut, Badu dan dua orang bawahannya lengah.

Saat itu di pergunakan oleh Satria yang merebut kayu di tangan badu lalu secepatnya di tusukkan ke perut anak buah rampok sebelah kiri. Satria pun kembali berlari kedua kalinya dalam keadaan yang sangat mengerikan dan memprihatinkan.

Saat sampai bocah itu di sebuah kaki bukit di Dusun Tani, kembali dia pingsan dan darah masih terus menetes di sekujur tubuh dan kepalanya.

Sekitar sejam kemudian, ada seorang petani yang ingin mengambil air di tengah bukit berjalan membawa timba bakul melihat seorang anak rebah berlumuran darah.

Sontak saja Pak Ari berteriak memanggil warga dusun, karena disangkanya mayat bocah yang tergeletak di situ.

Begitu di periksa, ternyata bocah itu masih hidup dan langsung di bawa ke Puskesmas terdekat.

Karena memang Dusun Tani ini dekat dengan daerah Kota, maka di situ terdapat peralatan kesehatan. Sampai sampai, Satria kecil mendapat tambahan tenaga bertahan hidup melalui selang infus di tangannya.

Bersambung ...

Terpopuler

Comments

Vellix Avalon

Vellix Avalon

saran aja nih tor, kasih adegan yang detail plus dialog agar setiap penjelasan yang author sampaikan tidak terasa hambar.

mau diterima atau tidak juga tidak apa apa

2022-10-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!