Di sebuah bangunan luas bekas PT (perseroan terbatas) yang sudah tidak digunakan lagi, tampak adegan mengerikan dimana sepuluh orang yang kejam dan beringas rebah dalam keadaan patah kaki tangannya.
di sudut lain tampak seorang pemuda tampan dan gagah memegang sebatang pedang bertuliskan di pangkalnya Pedang Naga, yang membuat sepuluh orang beringas itu kini menangis ketakutan adalah seekor binatang seperti Naga yang telah berada di belakang pemuda tampan itu.
"cepat katakan,,!" ucap pemuda yang tidak lain adalah Satria.
"kami dibayar untuk membunuh si Mahmud dan keluarganya." jawab pimpinan yang biasanya garang bernama Badu sambil memegang lengan kirinya yang patah.
"shiiiinggg,, crrhhaaaaakkkh,,,"
putuslah lengan kiri Badu kepala rampok yang dulu menghabisi keluarga Satria dengan ganas.
"Kunto membayar kami untuk membunuh keluargamu." ucap Badu dengan muka meringis dan suara gemetar.
"bukan itu yang aku tanyakan, apa sebabnya ayahku di bunuh?," kembali Satria bertanya sambil memandang kesana kemari.
"ayahmu termasuk keluarga yang membantu terbasminya keluarga Bos Kunto," ucap Badu yang jatuh pingsan.
kini Satria melangkah keluar dari situ dengan kecepatan kilat hingga sebentar saja dia telah berada di dermaga depan tempat dimana dulunya dia pernah singgah mengikuti perahu Badu dan tiga anak buahnya.
sedangkan nasib para perampok yang berada di dalam gudang PT tersebut sungguh mengerikan, dengan cakarnya yang keras dan tajam, Candu merobek tong minyak limbah dan dari percikan api kukunya, meledaklah tempat itu yang otomatis membuat sepuluh perampok itu tewas dalam keadaan hangus terbakar semuanya.
Satria kini menuju ke arah timur dari atas lautan luas menunggang Naga nya, kini tujuannya adalah pulau Bana yang berada di perairan laut provinsi Silim.
dua hari yang lalu, Satria yang tiba di kampung halamannya berjumpa dengan Pak Jol yang kini tinggal di tanah bekas rumahnya dulu menjadi penjaga seluruh aset kekayaan mendiang Pak Mahmud.
Satria yang di serahkan seluruh harta berupa berkas berkas surat tanah, rumah barunya dan uang hasil dari Toko ayahnya yang hingga kini masih di kelola oleh orang orang kepercayaan ayahnya dulu berkata,
"Saya percayakan kepada bapak untuk tetap mengelola semua aset milik ayah, kelak aku akan kembali dan membagi keuntungan dengan semua pegawai ayah, sekarang saya masih ada urusan yang harus saya selesaikan pak, saya mohon pamit."
Satria terus melangkah menyusuri arah dia melarikan diri dulu, berkat otaknya yang telah berubah berpuluh kali lebih cerdas, dia mampu mengingat jalan jalan yang pernah di lalui.
dari mereka Satria mendapatkan alamat rumah kakak kandungnya yang tinggal di Banda Aceh ibukota provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
setelah menempuh jalan yang jauh dan panjang, akhirnya sampailah Satria di tempat persembunyian Badu.
.---***---. .---***---. .---***---.
Malam itu tepat seminggu dari waktu uji coba yang telah di tetapkan.
di dalam ruangan besar itu terlihat Kunto yang duduk bersama komandan Hans dan beberapa ilmuan kepala seperti Prof Andi, Dr Anne, Dr Dian yang kini telah setuju membantu bersama Prof Wang dan di samping mereka terdapat juga Dr Sidar dan Prof Bram serta tiga ilmuan lainnya yang pernah bekerja sama dengan Dr Dian dulu.
beberapa bawahan para ilmuan itu yang tergabung dalam BWO (Big World Organisation) kini tampak sedang sibuk mempersiapkan mesin luar yang memompa uap dingin ke dalam ruangan kaca seluas 10X10 meter berisikan sebuah mesin besar dimana terdapat tabung berisi cairan hijau kebiru biruan setinggi dua meter.
terlihat kaca setebal lima inci itu kini di penuhi kabut yang selalu di bersihkan oleh anggota BWO berpakaian seperti astronot yang terdapat dalam ruangan kaca sehingga dari luar para pimpinan dapat melihat menembus kedalam.
setelah para pimpinan berbincang serius, diputuskan lah bahwa yang akan menjalani uji coba pertama kali adalah komandan Hans yang kini merasa tegang juga hatinya.
kita tinggalkan dulu para ilmuan bersama Kunto dan Hans yang sibuk mempersiapkan proses uji coba mereka.
setelah menelusuri lautan yang sangat jauh ke arah timur laut memutar dari utara, sore itu tibalah Satria di pulau Bana yang kini berada jauh di depannya.
melihat dari jauh, Satria mendapati bagian pulau tersebut di jaga ketat oleh anak buah dengan memegang senjata tajam.
meski tak tampak, namun Satria dapat menduga bahwa tentu para penjaga mempunyai senjata api terselip di pinggang mereka.
Satria melihat dari jauh hanya sebelah belakang pulau saja yang tidak di lakukan penjagaan ketat, hanya terdapat puluhan penjaga saja di bagian pantai pulau yang memang sedikit agak curam itu.
saat matahari mulai tenggelam, perlahan Satria mendekat ke arah belakang pulau menunggangi Naga nya yang kini berenang meliuk liku di atas permukaan lautan.
dalam jarak 50 meter, Satria yang menyelam itupun telah tiba di sebuah pantai curam, hanya sesekali saja tempat itu terkena sinar dari dua buah mercu suar yang menyorot berkeliling secara bergantian.
Candu yang memang hanya mengantar Satria dalam jarak puluhan meter saja dari pulau menanti sambil berenang berputaran jauh dari pantai tersebut.
dua orang penjaga tiba di dekat Satria, dengan secepat kilat, Satria meringkus keduanya yang kaget tak sempat mengeluarkan suara.
kini Satria telah tiba di pinggir hutan sebelah belakang pulau, dengan gerakan secepat kilat sambil tetap mengendap endap, Satria terus berjalan melewati hutan lebat itu hingga sampai di sebuah bangunan sedang yang berada di belakang pulau berbatas dengan puluhan bangunan bangunan lainnya.
tak lama kemudian, Satria melihat para penjaga berada dalam keadaan siap siaga, ratusan penjaga tampak mempersiapkan diri mereka dengan berbagai senjata lengkap di tangan mereka.
Satria yang tetap bersembunyi di atas sebuah pohon rindang besar yang tinggi, menunggu sambil mencari akal bagaimana dapat masuk tanpa menimbulkan korban yang besar.
tiba tiba, dari ruangan besar di tengah pulau agak sedikit ke kanan, terdengar ledakan keras sekali, agaknya sejauh 2 kilometer suara tersebut masih akan terdengar.
sesaat kemudian, alarm berbunyi di setiap sudut pulau, satria yang melihat hal itu segera melayang turun dari pohon yang tingginya 7 meter itu ke arah bangunan sedang dimana terdapat 20 orang penjaga yang berwajah tegang.
terjadilah perkelahian yang berat sebelah, bukan berat karena Satria di keroyok banyak orang, namun 20 penjaga itu dibuat seperti tikus oleh Satria, setiap ada penjaga yang mengarahkan senjata api kepadanya, penjaga itu merasakan tangannya nyeri dan senjata yang di pegangnya hilang tiba tiba.
dibagian dalam bangunan induk pula terjadi sebuah petaka, saat alat sudah siap di uji coba, Hans segera memasuki ruang kaca dan masuk ke mesin, sementara Kunto Aji yang mengantar Hans di pintu ruang kaca segera di dorong ke dalam oleh beberapa peneliti suruhan ilmuan yang telah berkomplot itu.
ternyata, Prof Andi yang sebelumnya telah bercerita kepada Dr Dian dan Prof Wang mengatur rencana penjebakan atas permintaan Dr Anne dan Prof Bram yang ternyata merupakan dua orang khusus anggota intelijen Nusantara.
Prof Sidar, Roki dan pengawal khusus komandan Hans yang berjaga di luar ruang kaca kini telah melakukan penyerangan dan terjadilah adu tembak dan pergumulan seru di luar ruang kaca tersebut.
sedangkan beberapa ilmuan anggota bawahan yang menghidupkan mesin NDP kini telah tertembak.
Kunto Aji yang paling tersiksa merasakan radiasi mesin dan cairan limbah yang sedang bekerja itu.
tanpa peduli lagi, Kunto mengambil senjatanya dan menembak ke arah Dr Dian di luar kaca, agak nya dia lupa bahwa dia sendiri yang memesan kaca tebal anti peluru itu untuk melakukan risetnya.
seperti gila Kunto menembak beberapa kali dan Hans yang berada di dalam ruangan mesin memandang kaget hingga sebuah peluru mengenai tabung kaca setinggi 2 meter berisi cairan kimia campuran ratusan bahan lainnya yang mengakibatkan ledakan keras menggetarkan ruangan.
suara itulah yang di dengar oleh Satria yang berada di hutan belakang pulau.
para penjaga yang merupakan anak buah Kunto kini sibuk menghadapi Satria yang memegang sebatang pedang berkilat.
merasakan desakan 50 orang lebih yang menyerangnya, Satria yang hanya memutar pedang melindungi tubuhnya dari ratusan peluru senjata api yang di tangkisnya tiba tiba memekik keras,
"Candu,,,,!!!"
tak berselang lama, terdengar kepakan sayap seekor binatang yang menyerang para pengepung Satria hingga membuat sebagian mereka lari kocar kacir Sambil berteriak teriak ngeri,
"Naga,,, Naga,,,,"
terdengar pula pekik mengerikan para pengurung lainnya yang masih menyerang Satria.
Satria yang tidak memperdulikan lagi pengepungnya yang kini banyak yang tewas akibat serangan Candu, menarik seorang kepala jaga dan dengan kekuatan sihirnya dia membentak sambil menatap mata kepala jaga,
"dimana Kunto,?"
dengan mata kehilangan sinarnya dan terbelalak ketakutan, komandan jaga menunjuk ke arah bangunan besar di tengah pulau sebelah kanan.
setelah melepaskan komandan jaga yang kini pingsan, seperti kilat saja Satria telah berada di ruangan bangunan induk yang sedang kacau balau oleh pertempuran yang semrawut itu.
mudah saja untuk memilih pihak mana yang akan di tolongnya, Satria melesat cepat ke arah kepungan dan segera merobohkan anak buah Kunto dan kembali dia bertanya,
"dimana Kunto?"
seorang pria paruh baya yang berpakaian seperti Dr menunjuk ke sebelah dalam ruang kaca tebal dimana seorang pria berpakaian hitam yang telah rusak melepuh muka dan tangan serta sebagian badan dan kakinya sambil mengamuk memukul mukul kaca dengan jeritan yang tak terdengar suaranya dari situ.
sedangkan sebuah mesin masih terus hidup menyedot daya yang sangat besar yang tampak dari lampu seluruh pulau yang kini berkedip kedip.
"paman, cepat bawa semua nya keluar pulau, sekarang juga." ucap Satria kepada Dr Dian yang tidak di kenalnya itu.
para ilmuan itu kini berbondong bondong keluar gedung dan menuju ke sebelah kanan bangunan dimana terdapat banyak speedboat berjajar rapi.
sedangkan Satria kini melesat kesana kemari melumpuhkan para bawahan Kunto yang ingin menghadang para ilmuan yang keluar tersebut.
banyak pula anak buah pulau Bana yang kabur menggunakan perahu dan bahkan ada yang berenang karena ketakutan kepada manusia siluman dan terutama Naga mengerikan yang mempunyai mata mencorong merah.
"tolong, tolong,," terdengar jeritan mengerikan dari sebelah kanan bangunan besar.
Satria yang mendengar hal itu segera menerobos bangunan sebelah kanan, Satria melihat Candu sedang mencengkeram tubuh Roki yang membuat takut seluruh ilmuan.
"Candu, jangan sakiti mereka, mereka kawan bukan lawan,,,"
mendengar ucapan Satria, Naga itu segera terbang ke arah belakang melemparkan tubuh Roki ke arah lautan.
setelah memastikan para ilmuan menaiki Speedboat besar dimana terdapat seorang wanita memegang senjata yang tidak lain adalah Dr Anne, Satria segera kembali ke dalam gedung.
dia melihat Kunto yang telah menjadi seorang manusia cacat mengerikan di dalam kaca tebal yang luas itu.
dengan pedang di tangan, Satria menerjang kaca tebal itu hingga pecah dan tanpa disadarinya, Satria telah terkena Radiasi cairan kimia berbahaya.
setelah berhadapan dengan Kunto, Satria mengeluarkan pekikan keras,
"Mengapa kau membunuh keluarga Pak Mahmud,??"
Kunto segera berlari ke arah Satria yang pada Saat itu hatinya di penuhi dendam.
pada saat yang bersamaan, atap bangunan besar itu di terjang seekor Naga mengerikan yang langsung mencengkeram tubuh Kunto dan merobeknya menjadi empat bagian.
tamatlah riwayat bos besar mafia yang di takuti ribuan orang itu di tangan Candu, Satria yang masih nanar mendengar ledakan kecil dari kotak mesin di depannya dan muncul seorang monster besar mengerikan setinggi dua meter yang tidak lain adalah Hans yang telah berubah.
saat itu Satria dalam keadaan lengah di himpit kepedihan akibat kenangan kepada keluarganya,
"dhuaaassss" tubuh Satria terpental keras ke arah luar pintu.
pekikan Candu yang kini menerjang monster mengerikan itu seperti membuat nya sadar, Satria langsung saja melompat menjauh dari bangunan besar yang tiba tiba meledak keras membuat daya loncatan Satria bertambah hingga melemparkannya ke arah lautan yang di penuhi darah dan mayat mayat terapung dimana mana.
Satria berteriak keras memanggil nama Candu yang meledak di dalam bangunan itu bersama monster jadi jadian yang tadi menyerangnya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
suratno ratno
up
2022-09-16
1