Racun Berkah

Pagi hari yang cerah, disambut tetesan embun yang memercik disinari matahari yang masih hangat.

Percikan embun akibat goyangan kaki burung kecil nan indah bersuara merdu mencicit cuit seakan merupakan alarm alam yang sangat merdu yang membuat seorang anak terbangun dari tidurnya, atau lebih tepatnya terjaga dari pingsan nya di hutan pinggir danau yang luas.

Satria setelah memakan dua macam jamur aneh yang sedikit agak pahit sebanyak enam buah, semalaman tergeletak pingsan.

Memang saat memakan jamur itu Satria sudah berniat dalam hatinya, seandainya jamur ini beracun, maka dia akan rela mati dan dapat bertemu dengan ibu dan keluarganya.

Namun pagi ini, agaknya Tuhan masih belum mengambil nyawanya. Satria yang masih nanar terlihat duduk sambil menggelengkan kepalanya untuk menghilangkan pening. Setelah hilang rasa pusing di kepalanya, untuk sesaat Satria seperti kosong dari seluruh perasaannya.

Dia merasakan keindahan pada siulan burung, gerak kepakan sayap di sertai loncatan kaki dari dahan ke dahan serta gemericik sisa air embun yang jatuh menimpa tanah. Semua itu sangat jelas terdengar di telinga nya sampai sampai membayang di matanya yang tertutup.

Tanpa di sadari nya, Satria mendapat anugrah bakat yang sangat besar dari Tuhan Sang Maha Berkehendak. Akibat benturan di kepala dan ratusan luka di tubuhnya, sehingga terjadi pergeseran urat dan saraf besar maupun saraf motorik serta otot otot akibat besitan golok, pukulan kayu dan tamparan serta tonjokan sehingga otot dan tulang menjadi padu.

Memang pada dasarnya Satria adalah anak yang mempunyai darah yang bersih dan tulang baik karena tanpa diketahui siapapun, Satria adalah seorang keturunan pendekar besar zaman dulu.

Dari kejadian yang merupakan malapetaka besar baginya dan keluarganya, kini dia mendapat ketahanan tubuh yang kuat tanpa di sadari nya. Jika ada pihak kesehatan yang meneliti tubuhnya maka mereka akan terkaget kaget dibuatnya akibat keadaan tubuh yang telah berubah.

Seorang anak yang dalam keadaan gelap gulita dapat melihat apa saja yang di lihatnya seperti mata orang biasa melihat ditempat terang. Bahkan pendengarannya seperti berfungsi berpuluh puluh kali lipat.

Daya tahan tubuhnya meningkat dan dia mampu berlari kencang berjam jam tanpa mengalami sesak nafas.

Di tambah lagi jika ada orang yang melihat dia memakan jamur aneh di tepi rawa tersebut, maka orang akan semakin terheran heran. Karena kandungan racun di dalam sebuah jamur saja mampu membunuh seekor kerbau besar dalam setengah jam.

Namun tidak aneh kalau kita mengetahui bahwa hawa racun di dalam kedua jenis jamur tersebut bertentangan seperti plus minus bagi tubuh Satria yang memang telah berubah sama sekali.

Maka hanya hawa itu saja yang masih dirasakannya berputar putar di dalam tubuhnya antara pusar dan dada karena kedua macam racun yang berlawanan itu telah saling memunahkan.

Setelah Satria bangun dan berdiri, kembali dia ke tepi telaga dan minum air sebanyaknya untuk mengatasi rasa lapar dan dahaga.

Karena jamur yang semalam dimakannya masih terdapat banyak sekali di sekitar danau tersebut, Satria pun membuka baju dan mengambil jamur itu sebanyak banyaknya.

Karena dia orang yang mempunyai darah seni tinggi, 18 buah jamur yang diambilnya merupakan 9 jamur warna merah muda beracun panas dan 9 buah lagi jamur beracun dingin berwarna ungu.

Dia tak berani lagi memakannya pagi itu karena takut akan pingsan lagi. Namun, jamur jamur itu di tenteng di dalam baju yang di panggulnya seperti tas di bahu.

Berjalanlah Satria ke arah barat di mana ujung puncak gunung kembar terlihat oleh nya dari kejauhan.

Kini walaupun tubuhnya masih penuh luka, namun luka nya sudang kering semua dan rasa sakit tidak di rasakan sedikitpun lagi.

Saat berjalan Satria selalu menjauhkan dirinya dari jalan besar. Dia lebih senang menyusuri hutan yang lebih sukar dilalui.

Tanpa di sadari nya, bocah itu kini memiliki tubuh dan tenaga yang ajaib berkat kejadian yang telah dialaminya hingga hari itu.

Satu pagi sedang turun hujan lebat disertai petir yang menyambar-nyambar menggiriskan hati ketika Satria sampai di sebuah pedusunan sederhana di seberang sungai.

Bocah yang berjalan perlahan itu segera menuju ke rumah yang berada paling dekat dengannya.

Tampak orang di rumah gubuk tersebut sedang berkumpul dengan keluarganya makan bersama di temani lampu teng dari minyak.

Karena memang merasakan lapar yang sangat berat, Satria mengetuk pintu itu berkali kali tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.

Setelah memastikan bahwa yang mengetuk adalah seorang manusia bahkan seorang anak lelaki, pintu segera dibuka. Melihat bocah lelaki dalam keadaan setengah telanjang, pria setengah tua itu segera memberi tempat mengajak makan bersama.

Sambil makan, pria yang bernama Hamdan itu bertanya kepada si anak,

"Siapa namamu dan dari mana asal mu Nak?"

"Saya bernama Satria Pak. Rumah saya berada di Desa Madat" Jawab Satria sambil menikmati makan sederhana yang sangat lezat di mulutnya.

Buntalan baju yang berisi 9 pasang jamur beracun di simpan nya di sebuah akar kayu besar yang ditutupi dibalik semak belukar di luar dusun.

Setelah selesai makan dan mengobrol yang berupa pertanyaan empunya rumah yang di jawab secara singkat saja oleh Satria, si bapak segera masuk ke dalam kamar di temani istrinya mengambil 2 setel pakaian anak mereka yang sedang berada di pondok pesantren yang sedikit lebih tua dari Satria.

Setelah menyerah kan pakaian itu dan beberapa lembar sarung, si Bapak lalu menyuruh Satria istirahat di dipan sudut ruangan.

Karena memang keadaan dusun yang sepi dan sunyi, kedua suami istri dan seorang anak perempuan mereka yang masih 6 tahun kembali ke kamar untuk tidur.

Satria yang di tinggalkan sendiri itu segera membungkus pakaian pemberian yang punya rumah dengan selembar sarung dan segera merebahkan diri di atas dipan yang langsung tertidur pulas. Karena memang tubuhnya sangat kelelahan.

Keesokan harinya, Satria yang telah bangun melihat ada masakan di meja kecil sebelah dipan. Dia tidak melihat seorang pun penghuni rumah yang memang pada waktu itu sedang bekerja di ladang mereka.

Setelah makan sarapan sederhana dan mandi ke belakang, Satria yang kini terlihat lebih bersih dan tampan dengan pakaian yang baru semalam di milikinya itu segera mengambil buntalan pakaian dan keluar berjalan ke arah kiri.

Melalui pendengarannya yang tajam, satria dapat menangkap suara orang bekerja sambil bercakap cakap sekitar lima ratus meter dari arahnya berdiri.

Sesampainya Satria di sana, dia melihat si bapak dan ibu sibuk memanen jahe dan melihat pula putri mereka bermain main dengan jahe yang baru di panen di belakang tumpukan jahe lainnya.

Secara sopan dan bersahaja, Satria memohon izin pamit dan berterimakasih sekali atas pertolongan dan kebaikan mereka.

Dengan tulus pria itu menawarkan Satria tinggal di sana menjadi anak angkat mereka. Namun dengan sopan dan halus di tolak Satria yang katanya ingin merantau memperluas pengalamannya.

Dengan di iringi mata kagum dan kecewa dari keluarga petani yang sangat baik kepadanya itu, Satria melangkah kan kaki nya untuk menuju ke arah barat setelah selesai mengambil buntalan baju yang berisikan jamur jamur yang hingga kini masih terus di bawa oleh Satria.

Bersambung ...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!