"Maaf Tengku, baru sekarang saya bisa pulang kemari. Bagaimana kabar Tengku, Kakek dan Lina?" Tanya Satria yang kini telah duduk di sebuah ruangan di dinding tebing.
"Tidak ku sangka akan melihatmu seperti sekarang ini. Sungguh, kami bertiga kaget setengah mati melihat mu turun. Binatang apakah itu?" Tanya Tengku Isa atau Kek Mahesa yang biasanya kelihatan tenang dan ceria wajahnya.
"Setelah berpisah dengan Tengku, saya mengalami pengalaman aneh dan tak masuk akal, namun semua itu sungguh merupakan sebuah anugrah buat saya," Seru Satria yang kini telah meletakkan buntalan kainnya dan juga pedang indah bersarung kayu.
Atas permintaan mereka, Satria pun mengisahkan betapa setelah menuju ke Hindia atas perintah gurunya, dia mengalami siksaan dan di penjara hingga dia dapat keluar menyusuri sebuah sungai yang membawanya ke kaki gunung.
Dia juga bercerita saat terkurung di dasar gunung dengan putus harapan hingga akhirnya berjumpa dengan hewan yang di panggil nya Candu.
Bersama Candu, Satria melewati lintasan Dimensi, Ruang dan Waktu akibat kedahsyatan gabungan kekuatan yang menimpanya hingga membuatnya terlempar ke Pulau Es dimana dia belajar kepada seorang pendekar super yang sangat sakti bernama Suma Han yang buntung sebelah kakinya.
"Aku mengira, Pendekar Siluman itu hanya berada di dalam dongeng saja. Ternyata dia benar ada? Sungguh mengherankan," Ucap Kek Mahesa bimbang.
"Bukan pendekar itu saja yang merupakan dongeng bagi kita Bang. Bahkan Naga itu sendiri adalah dongeng. Namun hari ini kita berjumpa dan menyaksikannya dengan mata kepala kita sendiri. Sekarang, matipun tak kan penasaran." Sambung Kek Muhardi yang di anggukkan oleh Kek Mahesa.
Lina yang sedang menyiapkan makanan, hanya mendengarkan saja. Ketika dia membawa minum yang lebih dulu disiapkannya, Lina selalu melirik ke arah Satria yang berubah menjadi seorang pemuda yang sangat tampan dengan dagu sedikit terbelah, mata tajam yang indah, hidung mancung, rambut panjang terikat di bagian atasnya.
Persis seorang pendekar gagah yang di lihatnya di buku cerita dongeng.
Satria yang kini melanjutkan ceritanya bercerita panjang lebar hingga subuh tiba. Selesai mereka semua shalat, Satria melanjutkan ceritanya hingga matahari terbit.
Selesai bercerita pengalamannya, Satria juga menjelaskan asal muasal Candu. Saat itu Lina telah duduk bergabung dengan mereka bertiga.
"Apakah hewan itu tidak berbahaya?" Tanya Lina.
"Sudah bertahun tahun aku hidup berdua dengannya Lin, tidak ada masalah sedikitpun," Ucap Satria yang kini baru menyaksikan wajah Lina dengan jelas.
Sebuah wajah yang cantik dengan mata indah berbulu lentik, hidung mancung kecil ujungnya dan bibir merah jambu alami tanpa lipstik dengan muka bulat dan dagu indah bentuknya.
Selama dua hari Satria di situ melepas rindu dengan gurunya. Saat dia bertanya tentang Sari, Kek Mahesa pun menjelaskan bahwa setahun lalu, Sari telah diantarkan kepada orang tuanya yang kini telah menjadi Gubernur Kaltim.
Tampak sedikit raut muka kecewa di wajah Satria mendengar hal itu. Tentu saja pandangan tersebut tidak lepas dari perhatian Kek Mahesa.
"Saya akan pergi merantau Tengku, adakah tugas lain yang harus saya terima dari Tengku?" Tanya Satria menunduk.
"Tugas tidak ada. Hanya pesanku, kepandaian mu kini telah sangat luar biasa. Pergunakan ilmu mu pada jalan kebaikan, usahakan jangan membunuh sembarangan. Renungkan dulu sebelum membunuh seseorang sesuai tidak dengan kejahatannya. Dan pesan paling penting, jangan ikatkan dirimu dalam lingkaran dendam."
"Baik Tengku, nanti sore saya akan berangkat. Kelak saya akan singgah disini dan ingin tinggal di sini selamanya,"
"Dalam perjalananmu, tolong kau cari seorang bernama Dr Dian Muharsyah ayah Lina. Menurut pamannya Sari, Ayah Lina masih hidup dan pernah berhubungan dengan Mafia yang di pimpin Kunto Aji."
"Baik Tengku," Jawab Satria perlahan.
Meskipun hatinya sedikit kaget mendengar nama Kunto Aji, Satria dapat langsung menguasai perasaannya.
Sore itu, berangkatlah dia ke kampung halamannya di ikuti Candu yang kadang bersamanya, namun adakalanya Satria hanya berjalan sendiri saja di ikuti oleh Candu melalui hutan hutan, laut, sungai dan udara.
.---***---. .---***---. .---***---.
Dalam sebuah ruangan yang luas, terlihat banyak ilmuan berkumpul seperti menunggu sesuatu.
Mereka semua sedang berada di pulau bernama Pulau Bana dimana seluruh pusat kekuatan Kunto Aji berada di sana.
"Minggu depan, alat ini sudah bisa kita uji coba," Terdengar suara seorang pria India yang biasa di panggil Dr Sidar.
"Tiga hari lagi, Bos bersama Komandan Hans akan tiba di sini," Seru seorang kepercayaan Kunto yang berjaga mewakili Bos bernama Roki.
Beberapa ilmuan lainnya hanya tampak diam. Sebagian tetap bekerja menyempurnakan persiapan uji coba.
Tiba tiba terdengar bunyi alarm berdering dan semua penduduk pulau siap siaga dengan senjata di tangan.
Pintu bangunan besar yang di pakai sebagai tempat percobaan Projek NDP (Endipi) kini telah otomatis terkunci dengan seluruh ilmuan dan beberapa bawahan Kunto masih di dalam.
Hanya Roki seorang yang melihat gangguan apa yang terjadi di luar.
Saat Roki tiba di sebelah kanan bangunan besar itu, dari dermaga berjarak 300 meter Roki melihat dua orang yang memakai baju ringkas berwarna hitam dengan penutup wajah sedang mengamuk di kelilingi oleh para penjaga yang kini saling berkelahi.
Karena belum tau siapa penyerang tersebut, para anak buah pulau agak ragu menggunakan senjata api. Mereka hanya berusaha menangkap dua orang penyelundup itu dengan senjata tajam seperti golok, celurit, parang panjang dan pedang.
Setelah semua anggota Mafia berkumpul di situ, sukar lah bagi kedua orang itu untuk dapat melawan atau melarikan diri. Bahkan seorang yang bertubuh kecil kini telah tampak berdarah lengan dan kakinya.
Roki yang telah bosan menyaksikan perlawanan kedua orang musuh tersebut kini tampak mendekat. Dengan sigap dia menembak ke .. atas dan perkelahian pun terhenti.
Tak lama kemudian, kedua tawanan itu telah di kurung dalam tahanan bawah tanah tepat di bawah bangunan besar.
.---***---. .---***---. .---***---.
"Siapa mereka? Apa? Dr keparat itu bersama Profesor kurang ajar? Baiklah. Dua hari lagi aku akan ke sana, kurung mereka dan jaga dengan baik. Beri makan, jangan sampai mereka mati. Tiit." Kunto menutup teleponnya dengan gusar.
Seandainya bukan karena telah berjanji kepada putrinya, tentu Kunto akan segera berangkat ke Pulau Bana untuk menghukum orang orang yang di bicarakan nya tadi di telepon.
"Wei. Cepat lah, lambat kali kau. Raja mana? Cepat cepat, jangan sampai ketinggalan kapal." Seru Kunto kesal. Masalah tadi kini di lampiaskan kepada anak istri nya.
Hari itu Kunto memang telah berjanji untuk menghadiri wisuda putrinya di Aceh. Telah tiga tahun Rani menempuh pendidikan Akademik dan esok adalah hari wisudanya.
Sebenarnya Kunto agak malas pergi ke Aceh apalagi putranya mengajaknya naik kapal laut.
Namun karena telah berjanji dengan putrinya, mau tidak mau harus ia tepati.
Kini mereka bertiga di temani dua orang Bodyguard nya telah menuju ke pelabuhan Silim di antar oleh sopir.
Di samping rasa geram dan gusar, hatinya kini bahagia karena mendapat kenyataan bahwa kedua ilmuan yang dulu berkhianat kini telah kembali ke pulau dan di tawan oleh bawahannya.
Yang paling membuat hatinya bahagia adalah laporan bahwa Projek nya bernama NDP (New Dobel Power) akan segera di uji coba beberapa hari lagi.
Mungkin bagi Kunto, hal itu adalah kebahagiaan. Namun pastinya kebahagiaan palsu yang di dapat Kunto dari rasa senang bahwa cita citanya tercapai.
Kebahagiaan yang hakiki memang sangat lah susah di dapatkan oleh manusia yang tidak berserah kepada Tuhan. Karena kebahagiaan itu telah ada di setiap hati manusia, hanya perlu menggali dan merasakannya saja.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
suratno ratno
kpn di up lg boss
2022-09-16
1