Bab 18 Kelulusan

Hari kelulusan yang ditunggu-tunggu kini telah tiba. Rafika sudah kembali ceria semenjak dia tahu akan melanjutkan kuliah di ibu kota. Dadanya dipenuhi oleh harapan kalau dia akan bertemu lagi dengan Erlangga.

Kini semua siswa kelas XII telah berkumpul di lapangan upacara. Mereka tidak sabar mendengarkan pengumuman kelulusannya. Guru-guru pun sudah berjejer rapi di dekat tiang bendera. Tinggal menunggu Bapak Kepala Sekolah yang masih berada di ruangannya.

Tidak lama kemudian, Bapak Kepala Sekolah yang ditunggu-tunggu sudah datang. Semua murid yang hadir di sana merasakan jantung yang berdebar-debar. Merasa khawatir tidak lulus sekolah.

Berbeda dengan dua orang gadis yang terlihat biasa-biasa saja. Bahkan mereka tersenyum bahagia. Seperti orang yang menantikan kebebasannya.

"Fika, kira-kira siapa yang mendapatkan nilai tertinggi?" tanya Kiran.

"Gak tahu, mungkin Zaenal. Dia kan juara terus," jawab Rafika cuek.

"Kalau aku yang mendapatkan nilai tertinggi, kamu jangan iri ya!"

"Ngapain iri sama kamu, Kiran? Kalau aku dapat nilai yang tertinggi, aku traktir kamu. Kalian juga yang ada di sini aku traktir," ucap Rafika asal. Karena rasanya mustahil dia akan mendapatkan nilai tertinggi dalam ujian nasional. Belajar saja hanya saat bersama dengan Erlangga.

"Awas loh Fika, kita tagih janji kamu."

"Bener, kita uber dia kalau bohong."

"Kalau perlu, kita datangi rumahnya."

Terus saja teman-teman Rafika menggoda gadis itu. Karena mereka merasa sangsi kalau Rafika akan mendapatkan nilai tinggi. Sehingga kepala sekolah yang sedang memberikan pengumuman kelulusan merasa terganggu.

"Kalian yang di belakang, sedang membicarakan apa? Ayo salah seorang dari kalian maju untuk memberi tahu kita semua yang ada di sini," tanya Pak Ade, kepala sekolah Rafika.

"Kalau nilai Rafika yang tertinggi, kita semua mau ditraktir," celetuk salah satu siswa

"Benar, Rafika seperti itu?" tanya Pak Ade.

"Benar, Pak. Tapi kan gak mungkin nilai aku paling tinggi, hehehe ...." Rafika langsung cengengesan dengan jawabannya sendiri.

Mendengar penuturan muridnya, Pak Ade hanya tersenyum sebelum dia melanjutkan bicaranya. "Anak-anak ucapan itu do'a. Kalian berhati-hatilah dalam berucap. Karena setiap ucapan itu akan berbalik pada diri kita sendiri. Kalau kita selalu berucap baik, maka kita akan mendapatkan kebaikan. Begitupun jika kita selalu berucap buruk, maka besar kemungkinan keburukan yang akan menghampiri kita. Seperti teman kalian Rafika, dia memiliki niat baik jika mendapatkan nilai yang tertinggi dalam ujian nasional tahun ini, maka dia akan mentraktir kita semua. Ternyata Allah mengabulkan do'anya. Dia mendapatkan nilai tertinggi se-kabupaten."

"Apa, Pak? Nilai aku yang tertinggi?"

Gubrak!

Rafika langsung jatuh pingsan setelah mendengar apa yang Pak Ade katakan. Bukan karena senang dia mendapatkan nilai yang bagus, tapi dia syok karena harus mentraktir satu angkatan.

"Fika, Fika sadar!" Kiranti yang berdiri di sampingnya langsung panik. Untung saja Zaenal sigap. Dia langsung membawa gadis yang dicintainya ke UKS.

"Kiran, buka sepatu dan kaos kakinya. Gespernya juga. Aku mencari kayu putih dulu," ucap Zaenal.

"Iya, Zen!" Kiranti langsung mengikuti apa yang Zaenal suruh. Dia pun membuka satu kancing baju Rafika yang paling atas agar melancarkan sirkulasi udara.

Tidak berapa lama kemudian, Zaenal kembali dengan kayu putih di tangannya. Dia menggosok kayu putih itu ke telapak kaki Rafika, lalu ke belakang leher gadis itu dan membiarkan Rafika menghisap aroma kayu putih.

Perlahan Rafika membuka matanya. Dilihatnya wajah panik Zaenal tepat ada di atas wajahnya. Kadang dia merasa sangat bersalah pada laki-laki itu karena tidak bisa membalas perasaannya. Padahal Zaenal selalu baik padanya. Tidak peduli Rafika melakukan hal yang baik ataupun tidak.

"Fika, syukurlah kamu sudah sadar. Apa ada yang sakit?" tanya Zaenal cemas.

"Tidak ada. Aku hanya pusing, boleh aku tidur di sini sebentar?"

"Fika, kamu gak apa-apa kan?" tanya Kiranti.

Saat Rafika akan menjawab pertanyaan Kiranti, terdengar suara temannya di ambang pintu UKS. Dia disuruh oleh guru untuk memanggil Zaenal dan Kiranti

"Zen, Kiran. Cepat kembali! Fika juga kalau sudah sadar disuruh ikut. Mau ada ritual sekolah untuk murid yang mendapatkan nilai tertinggi," ucap Komar.

"Ritual apaan?" tanya Kiranti heran.

"Sudah cepat! Nanti juga di kasih tahu. Mungkin mau diberi hadiah," ucap Komar asal.

"Ayo Fika, kita mau dikasih hadiah!" ajak Kiranti.

"Ya udah ayok!" Rafika yang mau tidur pun mengurungkan niatnya. Sementara Zaenal hanya tersenyum tipis melihat kelakuan dua gadis itu. Karena dia sudah tahu ritual seperti apa yang biasa sekolah lakukan pada muridnya yang memiliki nilai tertinggi dalam ujian nasional.

Setibanya di lapangan, sudah ada enam orang yang berdiri terpisah dari teman-temannya yang lain. Mereka siswa yang masuk tiga besar dalam tiap jurusan karena angkatan Rafika ada tiga jurusan, IPA, IPS dan Bahasa.

"Ayo Rafika, Zaenal dan Kiranti kalian berdiri di samping mereka," tunjuk Pak Ade.

Ketiganya pun mengikuti apa yang Bapak Kepala Sekolah itu katakan. Sampai akhirnya mereka merasakan ada guyuran air kembang pada tubuhnya. Guru-guru bergantian memandikan kesembilan siswa itu sebagai rasa syukur karena mereka mendapatkan nilai yang tinggi.

"Selamat buat kalian semua, semoga ilmu yang kalian dapatkan di sekolah dapat bermanfaat untuk kehidupan kalian di masa depan."

Selesai acara mandi kembang, semua murid pun membubarkan diri dengan hati yang bahagia. Mereka senang karena semuanya dinyatakan lulus. Untuk memenuhi janjinya, Rafika pun mengundang siapa saja yang mau ikut dalam acara liwetan di rumahnya.

Tentu saja teman sekelasnya merasa senang karena mereka tahu kalau main ke rumah Rafika pasti makan nasi liwet dengan ikan bakar, tahu tempe, lalapan dan sambal. Sementara guru-guru tidak ada yang ikut karena mereka memiliki acara sendiri.

"Selamat ya Fika, Ibu tidak menyangka kamu akan dapat nilai paling tinggi. Berarti kamu sebenarnya bisa hanya saja kemauan untuk belajar kurang. Selama ini, kamu kebanyakan liwar," ucap Ibu Astuti wali kelas Rafika.

"Iya, benar. Tapi Bapak merasa heran, siapa yang mengajari kamu sampai bisa mendapatkan nilai yang nyaris sempurna dari setiap mata pelajaran yang ada dalam ujian nasional?" timpal Pak Usman.

"Tentu saja karena Kang Asep yang ngajarin. Padahal hanya satu bulan belajar sama dia tapi apa yang dia ajarkan, ada semua dalam soal ujian," jawab Rafika.

"Siapa Kang Asep?" tanya guru-guru kepo.

"Pacar aku," jawab Rafika singkat.

"Memang cewek seperti kamu ada yang suka? Rugi sekali laki-laki yang jatuh cinta sama kamu," ledek Bu Astuti yang memang suka bercanda kalau di luar kelas.

"Ibu ikh, Kang Asep sudah janji mau melamar Fika kalau nanti Fika sudah besar."

"Apanya Fika yang besar?"

...~Bersambung~...

Terpopuler

Comments

Ami batam

Ami batam

akhirnya yg kelulusan dg nilai terbaik di peroleh Rafika, segera otw well come to ibu kota, impian mau bertemu dg sang kekasih yg telah lama tiada kabar sudah di dpn mata 🥰

2022-09-19

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Terbawa Arus Sungai
2 Bab 2 Aku Tidak Ingat
3 Bab 3 Ayo Pulang!
4 Bab 4 Menolak Ikut
5 Bab 5 Kang, rujakan yuk!
6 Bab 6 Memancing Ikan
7 Bab 7 Ajari kita dong, Kang!
8 Bab 8 Bukti Kuat
9 Bab 9 Periksa Mata
10 Bab 10 Suka dan Duka
11 Bab 11 Rencana Operasi
12 Bab 12 Malam Terakhir
13 Bab 13 Berpisah
14 Bab 14 Ujian
15 Bab 15 Membaik
16 Bab 16 Suara Gadis Dalam Mimpi
17 Bab 17 Layu Sebelum Berkembang
18 Bab 18 Kelulusan
19 Bab 19 Life Must Go On
20 Bab 20 Move On
21 Bab 21 Dia Berbeda
22 Bab 22 Bos Aneh
23 Bab 23 Makan Bersama
24 Bab 24 Mungkinkah dia?
25 Bab 25 Tertidur Di Bahu
26 Bab 26 Langit dan Bumi
27 Bab 27 Melepaskan Perasaan
28 Bab 28 Pura-pura Sakit
29 Bab 29 Dipanggil Bos
30 Bab 30 Bonus
31 Bab 31 Mabuk
32 Bab 32 Peringatan Calvin
33 Bab 33 Berdamai
34 Bab 34 Bibir Kamu Manis
35 Bab 35 Kang Asep Bukan Bos
36 Bab 36 Kedatangan Tuan Ageng
37 Bab 37 Cicilan
38 Bab 38 Kang Asep Akan Menepati Janji
39 Bab 39 Tawaran Erlangga
40 Bab 40 Kembali Bersama
41 Bab 41 Cokelat Cinta
42 Bab 42 Menyamar
43 Bab 43 Tragedi Pesta Dansa
44 Bab 44 Kekasih Gelap Bos
45 Bab 45 Menguntit
46 Bab 46 Mencari Rafika
47 Bab 47 Belajar Realistis
48 Bab 48 Lamaran
49 Bab 49 Ganti Rugi
50 Bab 50 Gugurkan anak itu!
51 Bab 51 Cukup, Kakek!
52 Bab 52 Keputusan Kakek
53 Bab 53 Serah Terima Jabatan
54 Bab 54 Dihadang Penguntit
55 Bab 55 Rahasia Rafika
56 Bab 56 Terciduk
57 Bab 57 Gara-gara Ketiduran
58 Bab 58 Sah
59 Bab 59 Malam Pengantin
60 Bab 60 Palang Merah
61 Bab 61 Lupakan!
62 Bab 62 Tanggung Jawab Calvin
63 Bab 63 Rencana Yang Sukses
64 Bab 64 Salah Mencintai
65 Bab 65 Mencoba Rumah Baru
66 Bab 66 Pulang
67 Bab 67 Terungkap Fakta
68 Bab 68 Permintaan Kakek
69 Bab 69 Kenapa harus malu?
70 Bab 70 Gara-gara Rafika
71 Bab 71 Bermain di Taman Hiburan
72 Bab 72 Manjanya Rafika
73 Bab 73 Peringatan Fika
74 Bab 74 Pemandangan Panas Dingin
75 Bab 75 Mual di Pagi Hari
76 Bab 76 Periksa Kandungan
77 Bab 77 Makan Siang
78 Bab 78 Kiran Jatuh
79 Bab 79 Azab
80 Bab 80 Kemarahan Erlangga
81 Bab 81 Rumput Fatimah
82 Bab 82 Kontraksi
83 Bab 83 Koma
84 Bab 84 Pelajaran Berharga
85 Bab 85 Syukuran
86 Bab 86 Buka Puasa
87 Bab 87 Calvin Pingsan
88 Bab 88 Bang, lihat apa?
89 Bab 89 Ghibah
90 Bab 90 Berlibur Bersama
91 Bab 91 Sunrise
92 Bab 92 Puber Kedua
93 Bab 93 Terima Kasih ( End )
94 Promo Mainan CEO Arogant
95 Promo Novel Maaf, Jika Aku Harus Pergi
Episodes

Updated 95 Episodes

1
Bab 1 Terbawa Arus Sungai
2
Bab 2 Aku Tidak Ingat
3
Bab 3 Ayo Pulang!
4
Bab 4 Menolak Ikut
5
Bab 5 Kang, rujakan yuk!
6
Bab 6 Memancing Ikan
7
Bab 7 Ajari kita dong, Kang!
8
Bab 8 Bukti Kuat
9
Bab 9 Periksa Mata
10
Bab 10 Suka dan Duka
11
Bab 11 Rencana Operasi
12
Bab 12 Malam Terakhir
13
Bab 13 Berpisah
14
Bab 14 Ujian
15
Bab 15 Membaik
16
Bab 16 Suara Gadis Dalam Mimpi
17
Bab 17 Layu Sebelum Berkembang
18
Bab 18 Kelulusan
19
Bab 19 Life Must Go On
20
Bab 20 Move On
21
Bab 21 Dia Berbeda
22
Bab 22 Bos Aneh
23
Bab 23 Makan Bersama
24
Bab 24 Mungkinkah dia?
25
Bab 25 Tertidur Di Bahu
26
Bab 26 Langit dan Bumi
27
Bab 27 Melepaskan Perasaan
28
Bab 28 Pura-pura Sakit
29
Bab 29 Dipanggil Bos
30
Bab 30 Bonus
31
Bab 31 Mabuk
32
Bab 32 Peringatan Calvin
33
Bab 33 Berdamai
34
Bab 34 Bibir Kamu Manis
35
Bab 35 Kang Asep Bukan Bos
36
Bab 36 Kedatangan Tuan Ageng
37
Bab 37 Cicilan
38
Bab 38 Kang Asep Akan Menepati Janji
39
Bab 39 Tawaran Erlangga
40
Bab 40 Kembali Bersama
41
Bab 41 Cokelat Cinta
42
Bab 42 Menyamar
43
Bab 43 Tragedi Pesta Dansa
44
Bab 44 Kekasih Gelap Bos
45
Bab 45 Menguntit
46
Bab 46 Mencari Rafika
47
Bab 47 Belajar Realistis
48
Bab 48 Lamaran
49
Bab 49 Ganti Rugi
50
Bab 50 Gugurkan anak itu!
51
Bab 51 Cukup, Kakek!
52
Bab 52 Keputusan Kakek
53
Bab 53 Serah Terima Jabatan
54
Bab 54 Dihadang Penguntit
55
Bab 55 Rahasia Rafika
56
Bab 56 Terciduk
57
Bab 57 Gara-gara Ketiduran
58
Bab 58 Sah
59
Bab 59 Malam Pengantin
60
Bab 60 Palang Merah
61
Bab 61 Lupakan!
62
Bab 62 Tanggung Jawab Calvin
63
Bab 63 Rencana Yang Sukses
64
Bab 64 Salah Mencintai
65
Bab 65 Mencoba Rumah Baru
66
Bab 66 Pulang
67
Bab 67 Terungkap Fakta
68
Bab 68 Permintaan Kakek
69
Bab 69 Kenapa harus malu?
70
Bab 70 Gara-gara Rafika
71
Bab 71 Bermain di Taman Hiburan
72
Bab 72 Manjanya Rafika
73
Bab 73 Peringatan Fika
74
Bab 74 Pemandangan Panas Dingin
75
Bab 75 Mual di Pagi Hari
76
Bab 76 Periksa Kandungan
77
Bab 77 Makan Siang
78
Bab 78 Kiran Jatuh
79
Bab 79 Azab
80
Bab 80 Kemarahan Erlangga
81
Bab 81 Rumput Fatimah
82
Bab 82 Kontraksi
83
Bab 83 Koma
84
Bab 84 Pelajaran Berharga
85
Bab 85 Syukuran
86
Bab 86 Buka Puasa
87
Bab 87 Calvin Pingsan
88
Bab 88 Bang, lihat apa?
89
Bab 89 Ghibah
90
Bab 90 Berlibur Bersama
91
Bab 91 Sunrise
92
Bab 92 Puber Kedua
93
Bab 93 Terima Kasih ( End )
94
Promo Mainan CEO Arogant
95
Promo Novel Maaf, Jika Aku Harus Pergi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!