Hari kelulusan yang ditunggu-tunggu kini telah tiba. Rafika sudah kembali ceria semenjak dia tahu akan melanjutkan kuliah di ibu kota. Dadanya dipenuhi oleh harapan kalau dia akan bertemu lagi dengan Erlangga.
Kini semua siswa kelas XII telah berkumpul di lapangan upacara. Mereka tidak sabar mendengarkan pengumuman kelulusannya. Guru-guru pun sudah berjejer rapi di dekat tiang bendera. Tinggal menunggu Bapak Kepala Sekolah yang masih berada di ruangannya.
Tidak lama kemudian, Bapak Kepala Sekolah yang ditunggu-tunggu sudah datang. Semua murid yang hadir di sana merasakan jantung yang berdebar-debar. Merasa khawatir tidak lulus sekolah.
Berbeda dengan dua orang gadis yang terlihat biasa-biasa saja. Bahkan mereka tersenyum bahagia. Seperti orang yang menantikan kebebasannya.
"Fika, kira-kira siapa yang mendapatkan nilai tertinggi?" tanya Kiran.
"Gak tahu, mungkin Zaenal. Dia kan juara terus," jawab Rafika cuek.
"Kalau aku yang mendapatkan nilai tertinggi, kamu jangan iri ya!"
"Ngapain iri sama kamu, Kiran? Kalau aku dapat nilai yang tertinggi, aku traktir kamu. Kalian juga yang ada di sini aku traktir," ucap Rafika asal. Karena rasanya mustahil dia akan mendapatkan nilai tertinggi dalam ujian nasional. Belajar saja hanya saat bersama dengan Erlangga.
"Awas loh Fika, kita tagih janji kamu."
"Bener, kita uber dia kalau bohong."
"Kalau perlu, kita datangi rumahnya."
Terus saja teman-teman Rafika menggoda gadis itu. Karena mereka merasa sangsi kalau Rafika akan mendapatkan nilai tinggi. Sehingga kepala sekolah yang sedang memberikan pengumuman kelulusan merasa terganggu.
"Kalian yang di belakang, sedang membicarakan apa? Ayo salah seorang dari kalian maju untuk memberi tahu kita semua yang ada di sini," tanya Pak Ade, kepala sekolah Rafika.
"Kalau nilai Rafika yang tertinggi, kita semua mau ditraktir," celetuk salah satu siswa
"Benar, Rafika seperti itu?" tanya Pak Ade.
"Benar, Pak. Tapi kan gak mungkin nilai aku paling tinggi, hehehe ...." Rafika langsung cengengesan dengan jawabannya sendiri.
Mendengar penuturan muridnya, Pak Ade hanya tersenyum sebelum dia melanjutkan bicaranya. "Anak-anak ucapan itu do'a. Kalian berhati-hatilah dalam berucap. Karena setiap ucapan itu akan berbalik pada diri kita sendiri. Kalau kita selalu berucap baik, maka kita akan mendapatkan kebaikan. Begitupun jika kita selalu berucap buruk, maka besar kemungkinan keburukan yang akan menghampiri kita. Seperti teman kalian Rafika, dia memiliki niat baik jika mendapatkan nilai yang tertinggi dalam ujian nasional tahun ini, maka dia akan mentraktir kita semua. Ternyata Allah mengabulkan do'anya. Dia mendapatkan nilai tertinggi se-kabupaten."
"Apa, Pak? Nilai aku yang tertinggi?"
Gubrak!
Rafika langsung jatuh pingsan setelah mendengar apa yang Pak Ade katakan. Bukan karena senang dia mendapatkan nilai yang bagus, tapi dia syok karena harus mentraktir satu angkatan.
"Fika, Fika sadar!" Kiranti yang berdiri di sampingnya langsung panik. Untung saja Zaenal sigap. Dia langsung membawa gadis yang dicintainya ke UKS.
"Kiran, buka sepatu dan kaos kakinya. Gespernya juga. Aku mencari kayu putih dulu," ucap Zaenal.
"Iya, Zen!" Kiranti langsung mengikuti apa yang Zaenal suruh. Dia pun membuka satu kancing baju Rafika yang paling atas agar melancarkan sirkulasi udara.
Tidak berapa lama kemudian, Zaenal kembali dengan kayu putih di tangannya. Dia menggosok kayu putih itu ke telapak kaki Rafika, lalu ke belakang leher gadis itu dan membiarkan Rafika menghisap aroma kayu putih.
Perlahan Rafika membuka matanya. Dilihatnya wajah panik Zaenal tepat ada di atas wajahnya. Kadang dia merasa sangat bersalah pada laki-laki itu karena tidak bisa membalas perasaannya. Padahal Zaenal selalu baik padanya. Tidak peduli Rafika melakukan hal yang baik ataupun tidak.
"Fika, syukurlah kamu sudah sadar. Apa ada yang sakit?" tanya Zaenal cemas.
"Tidak ada. Aku hanya pusing, boleh aku tidur di sini sebentar?"
"Fika, kamu gak apa-apa kan?" tanya Kiranti.
Saat Rafika akan menjawab pertanyaan Kiranti, terdengar suara temannya di ambang pintu UKS. Dia disuruh oleh guru untuk memanggil Zaenal dan Kiranti
"Zen, Kiran. Cepat kembali! Fika juga kalau sudah sadar disuruh ikut. Mau ada ritual sekolah untuk murid yang mendapatkan nilai tertinggi," ucap Komar.
"Ritual apaan?" tanya Kiranti heran.
"Sudah cepat! Nanti juga di kasih tahu. Mungkin mau diberi hadiah," ucap Komar asal.
"Ayo Fika, kita mau dikasih hadiah!" ajak Kiranti.
"Ya udah ayok!" Rafika yang mau tidur pun mengurungkan niatnya. Sementara Zaenal hanya tersenyum tipis melihat kelakuan dua gadis itu. Karena dia sudah tahu ritual seperti apa yang biasa sekolah lakukan pada muridnya yang memiliki nilai tertinggi dalam ujian nasional.
Setibanya di lapangan, sudah ada enam orang yang berdiri terpisah dari teman-temannya yang lain. Mereka siswa yang masuk tiga besar dalam tiap jurusan karena angkatan Rafika ada tiga jurusan, IPA, IPS dan Bahasa.
"Ayo Rafika, Zaenal dan Kiranti kalian berdiri di samping mereka," tunjuk Pak Ade.
Ketiganya pun mengikuti apa yang Bapak Kepala Sekolah itu katakan. Sampai akhirnya mereka merasakan ada guyuran air kembang pada tubuhnya. Guru-guru bergantian memandikan kesembilan siswa itu sebagai rasa syukur karena mereka mendapatkan nilai yang tinggi.
"Selamat buat kalian semua, semoga ilmu yang kalian dapatkan di sekolah dapat bermanfaat untuk kehidupan kalian di masa depan."
Selesai acara mandi kembang, semua murid pun membubarkan diri dengan hati yang bahagia. Mereka senang karena semuanya dinyatakan lulus. Untuk memenuhi janjinya, Rafika pun mengundang siapa saja yang mau ikut dalam acara liwetan di rumahnya.
Tentu saja teman sekelasnya merasa senang karena mereka tahu kalau main ke rumah Rafika pasti makan nasi liwet dengan ikan bakar, tahu tempe, lalapan dan sambal. Sementara guru-guru tidak ada yang ikut karena mereka memiliki acara sendiri.
"Selamat ya Fika, Ibu tidak menyangka kamu akan dapat nilai paling tinggi. Berarti kamu sebenarnya bisa hanya saja kemauan untuk belajar kurang. Selama ini, kamu kebanyakan liwar," ucap Ibu Astuti wali kelas Rafika.
"Iya, benar. Tapi Bapak merasa heran, siapa yang mengajari kamu sampai bisa mendapatkan nilai yang nyaris sempurna dari setiap mata pelajaran yang ada dalam ujian nasional?" timpal Pak Usman.
"Tentu saja karena Kang Asep yang ngajarin. Padahal hanya satu bulan belajar sama dia tapi apa yang dia ajarkan, ada semua dalam soal ujian," jawab Rafika.
"Siapa Kang Asep?" tanya guru-guru kepo.
"Pacar aku," jawab Rafika singkat.
"Memang cewek seperti kamu ada yang suka? Rugi sekali laki-laki yang jatuh cinta sama kamu," ledek Bu Astuti yang memang suka bercanda kalau di luar kelas.
"Ibu ikh, Kang Asep sudah janji mau melamar Fika kalau nanti Fika sudah besar."
"Apanya Fika yang besar?"
...~Bersambung~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Ami batam
akhirnya yg kelulusan dg nilai terbaik di peroleh Rafika, segera otw well come to ibu kota, impian mau bertemu dg sang kekasih yg telah lama tiada kabar sudah di dpn mata 🥰
2022-09-19
2